Share

Di Madu?

Dimadu katanya?

Flora merasa hatinya sudah ditusuk berkali-kali. Karena tidak tahan mendengar ucapan pedas itu terlalu lama, Flora memutuskan untuk pergi ke kamar.

“Aku masuk dulu, Mas,” ucap Flora sambil berdiri. “Mas bisa lanjutkan obrolannya dengan Mama.”

“Flora! Sayang!” Flora mendengar Dewa memanggilnya, tapi ia tidak berbalik dan terus saja melangkah.

“Mama benar-benar sangat keterlaluan! Mama bicara seperti itu sama sekali tidak memikirkan perasaan Flora!”

Flora tahu kalau Dewa kemudian menyusul langkahnya. Ia hanya bisa menangis di dalam kamar, meluapkan semua kesedihannya di atas kasur.

Dadanya begitu sangat sesak, tidak terima jika ia harus dimadu atau diceraikan.

Dewa menghampirinya dan mengelus-elus punggung Flora. “Kamu yang sabar ya, Flo. Tidak usah masukan ke hati ucapan Mama.”

Flora tidak menjawab.

“Saat ini, Mama mungkin sedang kesal saja karena sebuah tragedi yang menimpa kita,” ujar Dewa.

Mendengar ucapan Dewa, Flora pun berucap, “Aku tau aku ini bukan istri yang sempurna untuk kamu, Mas. Aku juga tahu bahwa gara-gara kesalahan aku, kamu dan Mama harus kehilangan anak dan cucu. Tapi kan itu sama sekali bukan keinginan aku, aku juga sangat menginginkan anak, Mas. Seharusnya mama tidak dengan mudahnya menyuruh kamu untuk menikah lagi.”

“Maafin ucapan Mama, ya…,” ujar Dewa.

Flora mengubah posisinya menjadi duduk menghadap Dewa. Matanya yang masih basah dengan air mata yang berlinang, menatap lekat wajah tampan suaminya.

“Mas… kamu… apa kamu ingin memaduku?” tanya Flora sembari menatap kedua mata Dewa secara bergantian.

Dewa menggeleng dengan cepat. “Enggak, Sayang! Mana mungkin aku tega melakukan hal itu ke kamu? Aku sangat menyayangi kamu dan gak akan membagi perasaan aku kepada siapapun.”

“Tapi Mas... jika memang itu yang terbaik untuk kamu dan keluarga kamu, maka aku akan berusaha untuk ikhlas,” lirih Flora sembari meneteskan air matanya.

“Apa maksud kamu bicara seperti itu, Sayang? Apa kamu mau kita berpisah? Atau….”

Belum sempat Dewa menyelesaikan ucapannya, Flora segera memotong. “Aku akan rela membagi suamiku dengan perempuan lain. Aku pasrah, jika memang takdirnya aku harus dimadu.”

Meskipun dadanya terasa sesak dan perih saat mengucapkan kalimat itu, namun Flora tidak mau egois dan tetap memikirkan keluarga suaminya.

“Enggak, Flora! Kamu kenapa sih, kok malah mau mengorbankan perasaan kamu demi keegoisan Mama?”

“Aku hanya sadar diri, Mas. Benar kata Mama, apa yang bisa kamu andalkan dari aku? Bahkan... aku memberikan kebahagian untuk kamu dan mama saja, aku gak bisa….”

“Tidak! Aku tidak mau!” tolak Dewa.

“Kamu bisa bicara tidak sekarang, itu karena kamu belum pernah bertemu dengan perempuan pilihan mama kan? Temui saja dia dulu, Mas. Kalau dia memang wanita baik-baik dan kamu cocok dengannya, tidak ada salahnya jika kamu menikahinya kan?!”

“Tidak, Flora!” tolak Dewa untuk yang kedua kalinya.

“Aku mohon, Mas….”

Dewa memegang kedua pipi Flora, ia ikut menangis. “Mana mungkin aku bisa bertemu dengan perempuan lain di belakang istri aku sendiri?!”

“Kalau begitu, biarkan aku ikut. Dengan begitu, aku jadi bisa membantu kamu untuk menilai wanita itu.”

Dewa tampak berpikir. Flora pun mengungkapkan isi hatinya selama beberapa hari belakangan ini.

“Aku… aku gak mau disalahkan terus sama Mama. Kalo kamu menolak permintaan mama terus, nanti yang ada mama akan semakin membenci aku….”

Melihat air mata Flora kembali mengalir, Dewa tak kuasa. Ia pun memeluk Flora dengan erat, menyalurkan kekuatannya di sana.

“Baik, mari kita temui wanita itu bersama,” ucap Dewa pada akhirnya.

***

“Bagaimana Dewa, kamu mau kan jika Mama pertemukan dengan anak dari sahabat mama? Mama yakin deh, kamu pasti gak akan nyesel!”

Paginya, saat sarapan, Mama Ratna kembali membahas wanita yang ingin ia pertemukan dengan Dewa. Dewa sebenarnya ingin menolak, namun ia teringat obrolannya dengan Flora semalam.

Dewa menoleh ke arah Flora, dan istrinya tersenyum sembari mengangguk.

“Baik, aku mau ketemu sama perempuan yang Mama maksud. Tapi ..” Dewa menggantung kalimatnya.

“Tapi apa?” tanya Mama Ratna penasaran.

“Tapi aku mau, Flora juga ikut,” jawab Dewa dengan cepat.

Mama Ratna manggut-manggut. “Boleh, kalau memang Flora merasa sudah siap mental untuk bertemu calon madunya, tidak masalah. Justru itu bagus, karena selain Dewa, kamu juga memang harus melakukan pendekatan dengan calon madu kalian.”

“Iya Ma, aku harap, calon adik madu aku itu adalah calon istri yang baik untuk Mas Dewa,” ujar Flora dengan kebesaran hatinya.

“Pasti dong, Flo. Mama gak akan main-main memilihkan calon istri untuk Dewa. Karena dari dulu, Mama memang sudah berniat menjodohkan Dewa dengan dia. Tapi, Dewa nya aja yang ngeyel dan malah memilih kamu sebagai istri.”

Tanpa rasa bersalah, Mama Ratna berbicara seperti itu dengan santainya. Flora yang mendengar penuturan Mama Ratna, hanya tersenyum kaku tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status