Share

16. Membayar Doa

“Soal apa sih?” tanyaku menjadi penasaran.

“Soal suaminya Jeng Nia yang mereka bilang akan jatuh bangkrut.”

Aku menarik nafas panjang.

Mereka pasti selama ini mengamati perubahan di dalam rumah tangga kami. Tentang aku yang menjadi sangat jarang memborong banyak belanjaan di tokonya Narti, menyumbang sekedarnya saja saat ada tarikan sumbangan, tak lagi mengadakan acara makan-makan setiap satu bulan sekali di malam jumat untuk acara rutin kirim doa. Juga banyak hal lagi lainnya yang sekarang memang tak lagi aku dan Mas Mirza lakukan demi bisa mengatur keuangan keluarga kami dengan baik.

Aku terdiam sejenak kemudian memilih menggelengkan kepala saja tanpa berkomentar apapun.

Sampai akhirnya arisan dimulai dan dikocok lalu namaku disebut.

“Bu Mirza yang dapat!” seru Ibu RT yang juga ketua PKK kampung kami.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status