Setelah mandi dan berganti pakaian, Rehan menunggu Leona sadar sambil memainkan gadgetnya. Biasanya, dia akan selalu meninggalkan keysa begitu mereka selesai bermain.
Namun entah mengapa, dia tak ingin beranjak dari sisi Leona, dia ingin ada disamping istrinya ketika Leona membuka matanya.Pukul 11, Leona baru terjaga, seluruh tubuhnya remuk redam gara gara ulah suaminya. Leona melihat tubuhnya yang masih polos.“Sarapan dulu, kamu butuh tenaga untuk bisa ke kamar mandi,” suara bariton milik Rehan mengagetkannya.Dia berpikir, Rehan sudah pergi meninggalkannya, tapi ternyata, dia masih ada disini. Tak ingin membuat masalah, Leona menurut, sambil memegangi selimut untuk menutup tubuhnya, Leona memakan sarapan yang sudah dipesan Rehan.“Sudah?” tanyanya.Leona mengangguk, dia memberikan piring itu pada suaminya. Rehan lalu menaruhnya di atas nakas.“Setelah ini lekas mandi, aku ada operasi jam 1. Aku akan mengantarkanmu pulang terlebih dahulu,” kata Rehan.Leona menggeser tubuhnya mendekat ke arah kursi roda. Leona pikir, Rehan akan menggendongnya ke kamar mandi seperti tadi pagi. Namun sepertinya itu hanya angannya saja.Leona membasuh tubuhnya dengan air hangat rasa perih membuat Leona meringis kesakitan. Dia harus cepat sebelum psikopat itu mengamuk dan menghukumnya lagi.Leona sudah keluar dari kamar mandi, pakaiannya sudah disiapkan oleh Rehan di atas ranjang. Mau masuk ke kamar mandi, capek bolak balik. Akhirnya dia memutuskan untuk berganti pakaian disana. Toh Rehan juga sudah melihat semuanya.Jantung Rehan berdetak kencang melihat istrinya. Sepertinya, Leona sengaja menggoda dirinya dengan memakai pakaian didepannya.Rehan melirik jam tangannya, waktunya sudah mepet kalau dia bermain dulu dengan sang istri, bisa bisa dia terlambat.“Sial, bisa bisanya dia menggodaku, mana si junior sudah meronta lagi. Ya Tuhan, bagaimana ini,” gumamnya.Rehan mencoba mengalihkannya dengan bermain game di hapenya. Dia harus bisa menahannya, supaya nanti dia bisa fokus melakukan operasi.Namun sayang, lagi lagi, dia kalah oleh hasratnya. Rehan lalu mnelepon pihak rumah sakit untuk menanyakan keadaan pasien terlebih dahulu. Jika tidak terlalu urgent, dia akan mengundurnya satu jam ke depan.“Bagaimana keadaan pasiennya?” tanya Rehan pada Dokter jaga.“Maaf Dok, pasien harus segera dioperasi. Apakah Dokter tidak bisa lebih cepat?” tanya Dokter jaga.“15 menit lagi aku sampai,” ujarnya lalu menutup panggilannya.“Leona cepat, atau aku tinggal kamu sendiri disini,” teriak Rehan pada istrinya.“Iya Kak,” sahut Leona dari dalam kamar mandi.Begitu Leona keluar, Rehan langsung mendorong kursi roda istrinya keluar dari restoran miliknya.Rehan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh, hingga membuat Leona ketakutan.“Kak, pelan pelan, aku takut,” ujar Leona.“Salah sendiri, sudah aku bilang cepat malah lama. Apa kamu nggak tahu kalau aku ditunggu pasien yang sedang sekarat,” sentak Rehan.Leona hanya diam, dia tak berani lagi menjawab Rehan. Tidak sampai 15 menit, mobil Rehan sudah sampai di rumah sakit.Rehan langsung keluar, kemudian melemparkan kunci mobilnya pada security yang jaga.“Parkir mobilku di tempat biasa, lalu bawa wanita itu ke ruanganku,” titahnya.“Siap Dok,” sahut security itu.Begitu mobil sudah terparkir dengan benar, security itu kemudian membawa Leona ke ruang praktek Rehan.“Mari Non, saya dorong saja,” ujar Security itu.Sampai di ruangan Rehan, Leona kaget ketika melihat ada wanita lain yang sedang duduk di kursi Rehan. Leona memandangi wanita seksi itu. Pandangan mereka beradu. Aura permusuhan begitu terasa.“Siapa kamu? Kenapa kamu ada di ruangan suamiku?” tanya Leona.“Hahaha, aku adalah kekasih dari suamimu. Bagaimana rasanya dipukuli olehnya? Dan kamu akan terus mendapat siksaan karena menggagalkan rencana pernikahan kami,” ujar Keysa seraya memainkan kukunya.“Ohh, jadi kamu dalang dari semua ini,” sinis Leona.“Benar, aku yang menyuruh dia untuk menyiksamu, hingga kamu memilih lebih baik mati daripada hidup dengan Rehan,” sinis Keysa.“Kita lihat saja nanti, kamu atau aku yang akhirnya memilih pergi dari sisi Rehan,” tekan Leona.Bagaimanapun juga, Leona adalah istri Rehan yang sah. Dan dia akan mempertahankan suaminya sekuat tenaganya.Satu jam kemudian, Rehan sudah keluar dari ruang operasi. Dia sudah tidak sabar ingin bermain dengan Leona. Tubuh Leona seolah menjadi candu untuknya. Begitu membuka pintu ruangannya, Rehan terkejut melihat Keysa dan Leona ada disana.“Sayang, kamu sudah selesai?” tanya Keysa seraya mencium bibir Rehan sekilas.Rehan tidak menjawab, dia melihat Leona yang menunduk, dan memejamkan mata.“Kamu ngapain disini?” tanya Rehan.“Tentu saja merindukanmu. Apa kamu tidak ingin bermain denganku?” tanya keysa sambil memainkan tangannya didada Rehan.Rehan memegang tangan Keysa. “Habis ini, aku masih ada jadwal praktek. Kamu pulang saja dulu, selepas praktek aku akan ke apartemenmu.”“Benarkah?” serunya sembari menatap wajah Leona.Dia seolah menunjukkan bahwa dialah pemenangnya. Setelah mencium bibir Rehan, Keysa pun pergi meninggalkan ruangan Rehan.Dokter tampan itu segera mengunci pintu ruangannya begitu Keysa keluar. Leona menatap Rehan bingung.“Kak, kenapa pintunya dikunci?” tanya Leona.“Memberimu sedikit hukuman karena telah membuatku terlambat tadi,” jawabnya.Tubuh Leona sudah menegang. Bayangan pukulan, tamparan dan gigitan yang dilakukan oleh Rehan terlintas di kepalanya.“Tidak perlu takut begitu sayang, aku yakin kamu pasti menikmatinya,” ujar Rehan.Rehan kemudian menggendong Leona kemudian dia dudukkan di meja. Proses bercocok tanam pun terjadi.Satu jam kemudian, Rehan sudah keluar dari ruangannya. Dia menuju ke ruang prakteknya. Tak lama setelah itu, Leona sudah terbangun, dia melihat tak ada siapapun disana.“Dia pasti pergi ke apartemen kekasihnya yang ganjen itu, dasar laki laki playboy. Buaya kelas kakap. Sudah punya istri masih juga mencari yang lain,” umpatnya.Karena kesal ditinggal sendiri, Leona memilih pulang. Harusnya dia sadar, kalau Rehan masih sangat mencintai kekasihnya. Dia saja yang bodoh, tetap mencintai lelaki itu meski dia tahu sudah ada wanita lain di hidupnya.“Sepertinya hidupku sedikit berat. Semoga suatu saat nanti, aku bisa meluluhkannya,” gumam Leona.Leona pun memesan taksi online. Sampai di rumah, Leona menyuruh Bibi untuk mengobati luka di kepalanya.Tadi Rehan memang tidak memukul dan menggigitnya. Tapi dia menjambak dan juga membenturkan kepalanya di meja.“Bi, tolong beri obat ini kepalaku,” ujar Leona.Bibi mengompres lebam di dahi Leona dengan air hangat. Kemudian mengoleskan salep itu pada memar di kepalanya.Karena tubuhnya terasa lelah, Leona memilih mengistirahatkan tubuhnya.Di Rumah SakitRehan baru saja keluar dari ruangan prakteknya. Dia ingin mengajak Leona makan malam bersama. Namun saat melihat ruangannya kosong, ada rasa kecewa di hatinya.“Kemana dia? Kenapa pulang tidak bilang bilang? Apa sih susahnya menunggu sebentar,” gerutunya.Rehan lalu meminta kunci mobilnya yang tadi dibawa oleh security.“Pak, tadi lihat istri saya nggak?” tanya Rehan.“Istri Bapak?” security itu kebingungan dengan ucapan Rehan.“Wanita yang tadi di kursi roda,” ujar Rehan.“Ohh, iya Dok, tadi beliau naik taksi online,” jawab Security itu.“Siapa yang membantunya masuk ke mobil?” tanya Rehan.“Sopir taksi online-nya Dok,” jawab Security itu.Emosi Rehan sudah memuncak. Dia tidak rela Leona dipegang oleh lelaki lain.Rehan sudah sampai di rumah, dia sudah bersiap siap untuk menghukum istrinya yang berani membangkang padanya. Begitu sampai dii kamar, dia melihat sang istri tengah tertidur pulas. Rehan lalu menggoyang goyangkan tubuh istrinya.“Bangun.”Leona pun membuka matanya. Dia berpikir, dia sedang berkhayal suaminya pulang.“Kenapa kamu ada disini, bukankah kamu sedang bersenang senang dengan kekasihmu itu. Kenapa masih disini?” racaunya lalu kembali merebahkan tubuhnya.“Hei wanita cacat, bangun, siapa yang menyuruh kamu pulang duluan,” hardik Rehan.Sepertinya, Leona sedang mengigau sekarang. “Aku pulang duluan karena aku kesel sama kamu, baru juga bercocok tanam denganku, eh sekarang malah dengan kekasihmu. Coba kamu bayangin, bagaimana perasaanku. Hatiku sedih, sakit, kecewa jadi satu, membayangkan suamiku bercinta dengan wanita lain,” Leona masih setia dengan racauannya.Rehan jadi semakin kesal karena tidak diindahkan oleh istrinya. Rehan pun menggendong tubuh Leona kemudian mem
"Leona," Rehan buru buru kembali memakai celananya, entah kenapa hatinya tidak tenang melihat tangisan Leona tadi. Dia segera menyusul Leona yang hendak pergi tapi Keysa menahan tangannya."Biarkan saja dia sayang, kita lanjutkan saja permainan kita," ujar wanita itu yang kembali menarik tubuh Rehan.Rehan langsung mendorong tubuh Keysa. "Jangan coba coba untuk mendikteku," bentaknya lalu pergi meninggalkan ruangannya. Tanpa menghiraukan teriakan wanita itu, Rehan berlari mencari keberadaan sang istri.Rehan bernafas lega ketika melihat sang istri yang masih mengantri di depan lift. "Sayang, kita harus bicara," ujar Rehan.Lelaki itu langsung mendorong kursi roda sang istri. Dia bawa wanita itu ke taman rumah sakit."Dengarkan aku dulu, maaf, aku khilaf. Keysa menggodaku tadi, dan aku..," Rehan bingung harus menjelaskan apa."Aku tahu Kak, di hatimu memang dialah ratunya. Pernikahan kita ini hanyalah sebagai bentuk tanggung jawabmu saja. Pergilah, t
"Kak, siang nanti, aku ingin bertemu Andrew sepupuku. Dia mengajakku bertemu Bibi, karena dia sangat merindukanku. Boleh Kak?" tanyanya seraya menyisir rambut sang suami yang saat ini tidur di pangkuannya.Mereka sering melakukan pillow talk sebelum tidur sejak hubungan mereka membaik."Kenapa harus pergi keluar? Apa Bibimu tidak mau datang ke rumah ini?" tanya Rehan dengan sedikit amarah."Apa boleh?" harap Leona."Tidak," jawab Rehan singkat padat dan jelas.Leona mendengus kesal. "Kalau begitu, boleh ya aku pergi makan siang bersama mereka?" pinta Leona.Rehan tampak berpikir, namun sedetik kemudian lelaki tampan itu pun mengangguk. Leona tersenyum girang melihatnya. Dia pun spontan mencium bibir sang suami sekilas.Namun, sepertinya, ini tidak akan berhenti disitu saja. Rehan akhirnya mengajak sang istri berperang hingga hari menjelang siang. Rehan baru berhenti ketika dia mendapat panggilan darurat dari rumah sakit."Aku pergi dulu sayang, jam be
"Leona, apa suamimu memperlakukanmu dengan baik?" tanya Bibi tiba tiba.Entahlah, perasaannya mengatakan kalau hubungan mereka tidak baik baik saja."Kenapa Bibi bertanya seperti itu?" kata Leona."Tidak, hanya saja, Bibi takut kalau suamimu memperlakukanmu dengan buruk," sahut Bibi."Tidak, suamiku sangat baik, dia bahkan menyuruhku memberikan oleh oleh untuk Bibi sebelum pulang," bohong Leona."Benarkah?" tanya Bibi tidak percaya."Benar, sebentar, biar aku ambilkan," kata Leona.Wanita cantik itu pun mendorong kursi rodanya ke kamar. Karena baju yang akan dia berikan itu letaknya berada di lemari paling atas, Leona tak sanggup menggapainya. Leona pun memanggil Bibi ARTnya."Bibi," teriaknya.Hingga tiga kali memanggil, Bibi tak kunjung datang. Bibi Andrew yang mendengar teriakan Leona jadi khawatir akan sang keponakan. Wanita paruh baya itu akhirnya menyuruh Andrew untuk melihatnya."Coba kamu lihat, barangkali dia butuh apa apa."Andre
"Bangun," teriak RehanMelihat Keysa yang hanya menggeliat, dia merasa kesal melihatnya. Lelaki tampan itu pun menyiram wajah Keysa dengan air.Byuur"Hah, hah, hah. Apa sih sayang, kenapa kamu menyiramku dengan air?" omel Keysa."Bangun, dan segera pergi dari sini," titah Rehan."ini masih pagi, aku juga masih ngantuk, kenapa kamu kemarin bermain kasar? Badan aku sakit semua nih," keluhnya."Bangun, atau aku seret kamu keluar," bentak Rehan dengan wajah yang sudah tidak sedap dipandang.Keysa pun bangun, dia lalu memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Setelah memakainya, wanita itu pun duduk di ranjang."Ada apa sih sayang?" ocehnya."Apa pendengaranmu sudah tidak berfungsi dengan baik? Pergi dari sini," usir Rehan."Tapi sayang," Keysa masih ingin protes. "Pergii kataku!!" teriak Rehan kesetanan.Keysa yang ketakutan mendengar lengkingan suara Rehan, terpaksa pergi meninggalkan rumah mewah itu.Rehan lalu pergi ke dapur unt
"Tutup semua penerbangan sebelum aku sampai," titah Rehan.Lelaki tampan itu segera mengambil kunci mobilnya menuju bandara. Saat sedang mengantri check ini, Leona bingung, kenapa penerbangannya tiba tiba dibatalkan. Pikirannya sudah mengarah ke arah suaminya. Dia takut kalau sang suamilah yang menutup bandara ini. Leona melihat ke belakang, dia melihat ada seorang pria sedang berdiri sambil memainkan gawainya."Kak, bisa bantu aku?" tanya Leona."Bantu apa Nona?" tanyanya.Leona lalu membisikkan rencananya pada lelaki itu. "Please, aku tidak punya waktu, tolonglah aku," iba Leona.Lelaki bermata sipit itu akhirnya membantu Leona Karena tak tega melihat wajah sendunya. Dia pun mendorong kursi roda Leona masuk ke dalam toilet. "Aku tidak punya apa apa selain hoodie dan kacamata hitam. Mungkin, ini bisa membantumu," gumamnya.Setelah sedikit merombak penampilan Leona, lelaki itu pun menggendongnya kemudian mendudukannya di kursi tunggu. "Kita tun
"Kemana ini? Kenapa kamu membawaku kesini?" tanya Leona ketakutan."Tenang Nona, sebentar lagi, kita akan sampai," jawab lelaki itu dengan senyum menyeringai.Jantung Leona berdetak kencang seolah mau keluar, dia sudah berpikir, ini adalah akhir riwayatnya. Namun, setelah mereka berhenti di sebuah klinik ortopedi, Leona bernafas lega."Aneh, padahal ini desa yang mungkin banyak tidak diketahui oleh orang. Tapi, kenapa ada klinik besar disini?" tanya Leona."Mungkin, pemiliknya sedang menyamar," ujar lelaki itu asal."Ohh iya, kita belum berkenalan. Namaku Leona. Terima kasih karena sudah banyak membantuku," ujarnya."Namaku Sinyo, sudah tidak perlu sungkan," jawab lelaki bermata sipit itu.Leona menelisik wajah lelaki itu, tidak ada wajah Chinese disana selain matanya saja yang sipit, apa karena itu namanya Sinyo, pikirnya."Kenapa melihatku seperti itu?" tanyanya canggung."Kamu keturunan tionghoa?" tanya Leona.Lelaki itu pun menggeleng.
"Tidak, sampai matipun aku tidak akan mengabulkan permintaanmu," geram Rehan seraya meremas kertas yang dia pegang tadi."Bos, kami sudah mendapatkan data orang yang mengirim pesan pada Anda," lapor anak buah Rehan."Bawa kesini, biar aku lihat," kata Rehan.Begitu amplop dia terima, Rehan langsung membukanya. "Sialan, ternyata kamu dalang dari semua ini, lihat saja, akan aku buat kamu menderita seumur hidupmu," ujar Rehan dengan mata yang memerah.Hari ini, Rehan kembali memulai aktifitasnya, panggilan dari rumah sakit tidak bisa dia abaikan. Setelah melakukan operasi tadi pagi, Rehan beristirahat di ruangannya. Tiba tiba, pintu terbuka dari luar."Aku hamil," kata Keysa seraya melemparkan tespect di wajah Rehan.Rehan tersenyum sinis. Dia sangat ingat kalau dia tidak membuangnya di dalam."Kamu pikir aku bodoh? Aku bahkan membuangnya di luar. Mintalah pertanggungjawaban pada selingkuhanmu," sinis Rehan."Selingkuhan? Selingkuhan yang mana? Aku hanya