Aquila terdiam mendengar penuturan sahabatnya, pasalnya Altair pernah bercerita jika saat ini Ryota tidak bisa serius dengan perempuan karena belum bisa melupakan gadis yang menjadi cinta pertamanya. Namun, baru saja Emilia bercerita jika dia sudah melakukannya dengan Ryota itu berarti ada dua kemungkinan yaitu Ryota serius pada Emilia atau pria itu hanya mempermainkan sahabatnya. Ia takut jika kemungkinan yang kedualah yang benar. Aquila tidak bisa membiarkan sahabatnya dipermainkan oleh salah satu orang kepercayaan kekasihnya itu.
“Hei.. kau melamun?” Emilia melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Aquila.
“Tidak.. tidak.” sanggah gadis manis itu cepat. Ia akan mencari tahu kebenarannya terlebih dulu dari Altair baru menceritakan nya pada Emilia.
“Ya sudah, ayo mulai bekerja!”
***
“Tadaima!” lirih Aquila begitu memasuki apartem
Pagi menjelang, tidak seperti hari-hari sebelumnya yang mereka berdua sibuk dengan urusannya masing-masing, hari ini mereka khususkan untuk menghabiskan waktu bersama. Sesuai rencana yang mereka susun semalam, siang nanti mereka akan menonton drama panggung yang diperankan oleh sahabat Aquila yaitu Aki. Pria yang menjadi titik awal hubungan Aquila dan Altair, karena jika tidak tejadi kesalah pahaman seperti dulu mungkin mereka berdua tidak menyadari perasaan untuk satu sama lain dan akan tetap menjadi seorang sahabat.Altair sudah siap di ruang tengah, menunggu Aquila yang belum selesai bersiap. Pria itu menggunakan jogger pants warna hitam dipadukan dengan kemeja putih yang tertutup sweater hitam yang hanya menampakkan warna putihnya di bagian pergelangan tangan, kerah dan ujung kemeja, ada merk baju mahal
“Sama sekali tidak!” seru Aquila.“Terima kasih sudah menyempatkan melihat pementasanku!” ucap Aki tulus. Pria itu sama sekali tak menyangka Aquila dan Altair akan datang menyaksikan penampilannya.“Penampilanmu sangat bagus.” puji Altair.“Benar, penampilanmu sangat bagus, sebentar lagi kau pasti jadi pemeran utama!” Aquila ikut memuji penampilan teman masa kecilnya itu. Yang dipuji hanya tersipu malu.“Ayo kita makan, aku sudah lapar!” ajak Aquila kepada dua pemuda yang duduk satu meja dengannya.***“Ryota.. Emilia.. apa yang kalian lakukan di sini?” tanya Altair. Mereka baru saja sampai apartemen dan ternyata sudah ada Ryota juga Emilia di dalam. Sedikit terkejut karena keduanya tidak mengabari jika akan datang berkunjung.“Okaeri Altair.. Aquila..” se
Sinar matahari yang menerobos tirai-tirai tebal apartemen Altair membangunkan Aquila, diedarkan pandangan nya ke sembarang tempat, ia teringat semalam tertidur di sofa usai bermain uno dengan para sahabatnya. Tak jauh darinya Arata, Ryota dan Naoki terlihat tertidur di karpet tebal di samping sofa yang ia tempati, sementara Altair tidur di ujung sofa dengan posisi duduk, dengan kaki Aquila di atas pangkuan pria tampan itu. Sadar akan posisinya, Aquila buru-buru menurunkan kakinya.Aquila bangun lalu dengan perlahan merebahkan Altair di tempatnya tadi. Menyelimutinya dengan selimut yang tadi ia pakai. Gadis manis itu berjalan perlahan menuju dapur, membasahi tenggorokan nya yang terasa begitu kering.“Bagaimana kalau kita memasak sarapan?” tanya Emilia yang tiba-tiba berdiri di belakangnya, hampir saja gelas yang Aquila pegang terlempar karena terkejut.“Kau mengagetkanku, bodoh!” seru Aquila. Ia m
Seperti hari-hari sibuk biasanya, Altair dan Aquila hanya bertemu saat sarapan dan makan malam. Altair tengah sibuk untuk persiapan cabang baru di luar negeri, sementara Aquila sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya yang semakin banyak. Mereka juga jadi jarang menikmati musim semi seperti hari-hari sebelumnya. “Altair, Naoki.. sepertinya salah satu dari kita bertiga harus turun tangan untuk cabang kita di Malaysia.” ucap Ryota pada kedua sahabatnya. “Apa ada masalah?” balas Altair cepat. “Bukankah kita sudah mengirimkan manager penjualan ke sana?” imbuh Naoki. “Itulah masalahnya.. salah satu perusahaan lokal yang akan bekerjasama dengan kita tiba-tiba membatalkan kerjasama itu karena mereka pikir kita tidak serius-“ “Tidak serius bagaimana?” potong Naoki. “Dengarkan aku dulu!” seru Ryota. Altair memberi kode pada Naoki untuk diam sebentar sampai Ryota
“Sayang aku pulang!” seru Altair begitu memasuki apartemen. Tak ada jawaban yang terdengar, bahkan tak nampak sosok Aquila di ruang tengah. Ia penasaran apa yang sedang kekasihnya lakukan karena tidak biasanya Aquila sudah berada di kamar pukul sepuluh. Altair melangkahkan kaki jenjangnya menuju kamar gadis manis itu.“Aquila.. boleh aku masuk?” tanya Altair sambil mengetuk pintunya pelan. Lagi-lagi tak ada jawaban yang terdengar, ia membuka knop pintu yang tak terkunci itu perlahan, diedarkan pandangan nya keseluruh penjuru kamar bernuansa coklat muda itu dan ia masih tak menemukan kekasihnya.Diraihnya smartphone yang ada di saku celananya untuk menghubungi Aquila. “Aquila.. kau di mana?” tanya pria tampan itu begitu panggilan tersambung. Altair melangkah menuju kamarnya, lalu membuka knop pintu kayu itu.“Altair.. maaf, aku lancang masuk kamarmu!” seru Aquila begit
Dengan lengkah cepat Aquila menuju tempat di mana kekasihnya berada, dadanya bergemuruh melihat prianya dipeluk erat oleh wanita lain. Baru setengah jam ia meninggalkan pria tampan itu sendiri, sekarang sudah ada yang mendekatinya. Memang tak bisa dipungkiri pesona seorang Altair Ryu Sato begitu kuat. Dengan wajah campuran antara Australia dan Jepang membuatnya terlihat begitu tampan, dipadukan dengan tinggi badannya yang di atas rata-rata yaitu 181cm juga dengan badan atletisnya membuat pria itu terlihat semakin mempesona, membuat siapapun akan betah memandanginya.“Apa yang kalian lakukan?” desis Aquila.Wanita asing tadi menatap ke arah Aquila yang baru datang sementara Altair buru-buru melepaskan tangan yang melingkari pinggangnya. Ia berdiri dan meraih tangan Aquila, tidak mau sang kekasih salah paham.
“Kau masih tidur?” gumam Altair pada Aquila yang masih bersembunyi di bawah selimutnya. Semalam mereka membicarakan banyak hal hingga hampir dini hari. Beruntung ia ingat untuk meminta room service untuk membangunkan nya jika tidak, mungkin ia juga masih terlelap.Aquila sedikit menyembulkan wajahnya, hanya memperlihatkan mata bulatnya yang masih sayu, “Kau sudah mau berangkat?” desah Aquila.“Ya.. meetingku sekitar satu jam lagi.” Aquila meraih tangan Altair untuk melihat jam yang melingkari pergelangan tangan pria tinggi itu sudah menunjukkan pukul 8 pagi.“Kau mau turun sekarang?”Altair mengangguk, “Ryota dan Naoki sudah menunggu untuk sarapan di bawah, kau mau ikut?”“Aku nanti saja, aku masih sedikit mengantuk.” jelas Aquila.“Mungkin aku akan pulang sekitar tengah hari, setel
“Kau masak apa, sayang?” tanya Altair pada kekasihnya yang tengah sibuk di dapur, pria tampan itu melingkarkan tangannya di pinggang ramping Aquila. Sudah tiga hari sejak mereka kembali dari Malaysia.“Okonomiyaki, kau suka?”“Aku selalu menyukai apapun yang kau masak,” Altair memeluk Aquila dari belakang, “setelah selesai sarapan, bersiaplah.” lanjutnya.“Kita mau kemana?” tanya Aquila memutar tubuhnya agar bisa menatap sang kekasih.“Ke rumahku.”“Rumahmu?”“Ya.. kediaman Sato” seru Altair.