Altair menimbang-nimbang apakah ia harus melanjutkan kegiatan ini atau tidak. Ia tak mau menyakiti kekasihnya lebih lagi. Altair yang tengah bimbang dikejutkan dengan Aquila yang menariknya mendekat setelah tangan gadis itu ia lepaskan tadi. Dengan berani Aquila mengalungkan tangannya di leher Altair dan perlahan menariknya mendekat. Saat sudah cukup dekat gadis cantik itu meraih bibir ranum milik prianya. Altair tidak menolak maupun membalas ciuman Aquila, ia ingin tahu seberapa jauh kekasihnya itu akan mendominasi dirinya.
Aquila mencium bibir Altair dengan sangat lembut, mengabsen gigi gerigi kekasihnya seperti yang Altair ajarkan tadi, dengan perlahan melumat bibir merah itu. Puas merasakan bibir kekasihnya gadis manis itu berpindah ke leher jenjang Altair, menciumnya perlahan sebelum ia mengigitnya pelan hingga menimbulkan bercak merah tua yang begitu kontras dengan kulit putih pucat yang dimiliki Altair.
Aquila membuat banyak kissmark
Pukul tujuh tepat Aquila keluar kamar untuk membuatkan sarapan untuk kekasihnya dan sahabatnya, ia menggunakan sweater dengan model turtle neck untuk menutupi tanda cinta yang semalam kekasihnya bubuhkan di seluruh lehernya, ia tak ingin para sahabatnya melihat itu. Seulas senyum menghiasi wajahnya, wanita cantik itu masih merasakan kebahagiaan yang meluap yang tertinggal di hatinya usai kegiatan yang mereka lakukan semalam.Sebenarnya mereka melakukan kegiatan itu lagi usai Altair mengisi kembali tenaganya, pria tinggi itu berhasil membuatnya keluar sebanyak empat kali, sementara Altair keluar dua kali. Aquila tidak tahu kekasihnya itu benar-benar lihai membuatnya terbang bersama kupu-kupu di dalam perutnya.Arata datang menghampirinya saat wanita cantik itu tengah menghidangkan enam porsi sandwich, dua cangkir kopi susu dan empat cangkir kopi hitam di atas meja makan.“Aquila, kau sakit?” tanya Arata cemas
Altair melangkahkan kaki jenjangnya menuju ruangan pribadinya usai sampai di kantor. Wajahnya yang tampan tak berhenti mengulas senyum simpul. Rasa bahagia yang meluap masih tertinggal dari kegiatannya bersama Aquila kemarin. Founder dari North Star Corporation itu bahkan menyapa setiap pegawai yang berpapasan dengannya, hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya dan hal itu cukup menggugah rasa penasaran di benak karyawan, kira-kira apa yang sudah terjadi dengan bos mereka yang sangat dingin hingga mau menyapa mereka sebelum mereka menemukan noda merah ke unguan yang memenuhi leher pucat pria menawan yang merupakan atasan mereka. Ah sepertinya bosnya tengah jatuh cinta.“Selamat pagi Ryota.. Naoki..!” serunya begitu melihat kedua sahabatnya itu sudah mulai anteng dengan laptop masing-masing.Keduanya menatap Altair aneh, “Aquila salah memberimu obat?” sindir Ryota.“Nope.. dia memberiku ob
--> We're sorry but website doesn't work properly without JavaScript enabled. Please enable it to continue.
“Band yang akan mengisi live music belum datang padahal acaranya dimulai lima belas menit lagi dan kami tidak menyiapkan cadangannya.” Aquila mengacak rambutnya kasar. “Kau tau, Altair sangat bagus dalam bernyanyi” ucap Ryota yang dihadiahi tatapan tidak suka dari Altair.“Benarkah itu? Kak aku mohon bantu aku kak..”“Boss akan memecatku jika acara ini berantakan karena aku penanggung jawabnya.” Lanjut Aquila memelas, memberi tatapan puppy eyes ke arah Altair yang tentu saja tidak akan bisa ditolak oleh orang berbadan kekar tersebut. Dan Altair hanya mengangguk tanda persetujuan. Ia sudah tidak pernah bernyanyi setelah sibuk mengurus perusahaannya jadi Altair merasa aneh untuk bernyanyi, tetapi mendengar Aquila mungkin akan dipecat oleh bossnya membuat dirinya tidak tega. Menyanyi satu dua lagu sepertinya bukan masalah.“L
Cukup lama keduanya bertatapan tanpa sadar dan bunyi smartphone dari saku celana Altair membuyarkan keduanya. Sedikit panik Altair berjalan mejauh dari Aquila.“Ha.. hallo, Ryota?” Altair tergagap, mencoba menetralkan detak jantungnya.“Altair.. apa kau baru saja melalukan hal yang tidak pantas, kenapa suaramu gugup sekali?” goda Ryota seakan bisa melihat apa yang baru saja terjadi.“Apa maksudmu, aku hanya kaget tadi.. Untuk apa kau menelpon?” Altair tidak terima.“Aku dan Naoki sudah berada di apartemenmu, sekarang kau di mana?” Ryota menjelaskan.“Apa? untuk apa?”“Apa kau lupa besok pagi kita ada meeting penting dan kita harus menyiapkan semua materinya.” Ryota sedikit heran karena sahabatnya itu belum pernah melupakan schedule kerja sebelumnya.“Ahh.. aku a
Mereka berdua sudah di supermarket, Altair mendorong troli sementara Aquila yang akan mengambil bahan makanan yang mereka butuhkan tepatnya yang Aquila inginkan.Altair tidak keberatan tentang itu, ia menyukainya, ia menyukai wajah Aquila yang bersemangat tiap kali mengambil satu persatu makanan yang dia suka atau wajah memelasnya saat Altair melarangnya mengambil barang yang hanya terlihat lucu untuk Aquila.Tingkah keduanya membuat orang-orang disekitar mereka merasa iri karena menurut pandangan orang lain, mereka terlihat begitu mesra, juga serasi. Altair dengan tinggi diatas rata-rata sementara tinggi Aquila hanya sebatas pundak Altair. Altair yang begitu menawan, Aquila yang begitu menarik.“Kau bekerja nanti malam?” tanya Altair. Ia ingat Aquila harus bekerja setiap akhir pekan.“Tidak, hari ini aku cuti.”“Bagaimana jika nanti malam kita mengadakan pe
Semua terdiam mendengar pertanyaan yang lolos dari mulut Altair. Tentu semua tahu pertanyaan itu di arahkan untuk siapa meski Altair tidak menyebutkan nama.“Siapa pria itu.. Aquila Minami?” desis Altair merendahkan suaranya.“Di.. dia sahabatku.” gumam Aquila lirih tidak berani menatap Altair. Gadis manis itu takut mendengar nada rendah pria yang beberapa bulan ini tinggal bersamanya. Selama mereka tinggal bersama belum pernah sekalipun Altair menggunakan nada rendah untuk berbicara padanya, sekalipun Aquila membuat kesalahan Altair tak pernah marah padanya. Nada rendah Altair benar-benar mengintimidasi Aquila.“Jadi kami semua yang ada disini boleh mencium bibirmu seperti tadi, bukankah kami juga sahabatmu?”Hening.Semua orang terdiam mendengar pertanyaan Altair. Aquila menatap Altair tak percaya. Entahlah, tapi pertanyaan Altair membuatnya
“Aki bilang dia akan menjauh dariku tapi sebelumnya dia ingin berciuman sekali saja dan bodohnya aku menyetujui dan sialnya Altair melihatnya!” gerutu Aquila frustasi. Ia mengacak-acak rambutnya sendiri.“Kenapa.. kenapa kau takut saat Altair mengetahuinya?” Pertanyaan Emilia membuat Aquila terdiam. Ia tidak tahu kenapa ia merasa menyesal karena Altair melihatnya.“Lain kali saja kau beri jawabannya.” Emilia menepuk pundak Aquila pelan. Emilia tahu Aquila sendiri belum menemukan jawaban atas perasaannya sendiri.“Ayo keluar, sepertinya live music sudah selesai!” Ajak Emilia.***“Aquila.. kau bisa mengambil cuti besok, aku tidak tega melihatmu seperti ini.” ucap Emilia di parkiran apartemen Aquila atau lebih tepatnya apartemen Altair. Mereka berdua baru saja pulang bekerja.Emilia mengant