Share

Kabar buruk

Rinjani melewati tubuh Clara menuju meja makannya. Mahasiswi cantik itu sangat santai menyantap makanan yang ada di atas meja tanpa memikirkan hal apa pun yang menganggu pikirannya. Tiba-tiba seorang pemuda tampan duduk pada kursi yang ada di depannya, mata gadis cantik itu membulat dan menghentikan kegiatan makannya setelah tahu siapa yang duduk dengan dirinya.

“Apa kamu keberatan jika saya duduk di sini, Rinjani? Jika iya, saya akan pergi,” tegur pemuda tampan itu pada Rinjani.

“Silahkan, Pak. Saya juga tidak berhakmengusir anda dari sini, kan yang punya kursi bukan saya,” balas Rinjani dengan sopan.

Pemuda tampan itu memasukkan makanannya ke dalam mulut dengan pelan-pelan, sehingga tidak mengganggu kegiatan makan orang lain. Berbeda dengan gadis cantik yang ada dihadapannya, Rinjani terlihat terburu-buru dan dalam sekejap mata ia selesai.

“Pak, saya duluan ya! soalnya saya masih ada kelas,” gadis cantik itu beranjak dari tempat dudukya dan meninggalkan pemuda tampan itu.

“Sunggu wanita yang menarik sekaligus menggoda, aku akan mencari cara untuk mendapatkanmu,” ucap pemuda tampan itu pada dirinya.

***

Di dalam sebuah rumah yang terlihat sederhana dan unik jika di pandang dari luar, seorang wanita paruh baya tengah sibuk dengan masakannya. Sesekali ia mencicipinya dan menambah bahan yang kurang dalam masakan itu, karena ia tahu aka nada seseorang yang datang untuk menikmatinya.

Bel berbunyi dari luar, Linda segera beranjak dari dapur untuk melihat siapa yang datang. Pintu terbuka lebar dengan kedatangan seseorang yang sangat ia nantikan. Wanita paruh baya itu langsung memeluk orang itu yang tak lain adalah suaminya sendiri, Jordi.

Buliran hangat mengalir membasahi wajahnya yang masih terlihat cantik dalam dekapan sang suami. Akan tetapi pelukannya di lepas oleh seorang wanita yang baru saja datang di sana dan menggandeng tangan Jordi dengan sangat mesra.

“Kamu siapa? Kenapa bergelayut manja seperti itu pada suamiku?” tanya Linda pada wanita itu.

“Perkenalkan namaku Lilis, istri baru mas Jordi. Iya kan, Sayang?” Lilis mengecup wajah Jordi singkat.

“Mas, apa benar yang dikatakan wanita ini? Katakana kalau dia bohong, mas!”pinta Linda dengan linangan air matanya.

“Itu semua benar, Linda. Aku memutuskan untuk menikah dengannya, karena kami saling mencintai. Dia juga lebih muda dan segar dari kamu,” ucap Jordi pada Linda yang masih berstatus sebagai istrinya.

“Aku gak percaya kamu bersikap seperti ini, Mas. Aku sudah menunggumu selama dua bulan ini dengan sabar, tetapi lihat perbuatanmu padaku,” tukas wanita paruh baya itu.

“Udahlah, Mbak. Akui aja mbak gak jago layanin mas Jordi, makanya dia berpaling sama aku, kami hanya ingin memberitahukan hal ini. Ayo kita pergi, Mas!” ajak Lilis pada Jordi.

“Dasar wanita penggoda! Kamu tega merusak rumah tangga orang lain demi kepuasan kamu sendiri, kamu pasti dapat balasannya,” teriak Linda pada suaminya dan wanita yang menjadi istri baru Jordi.

Linda masuk ke dalam rumahnya dengan langkah yang sangat pelan. Seakan seluruh isi bumi tengah berada di atas punggungnya dan seluruh makhluk hidup sedang menertawakan nasibnya yang selalu saja buruk. Ia sangat kecewa dengan perlakuan sang suami yang memutuskan untuk menikah dengan wanita lain tanpa izin darinya serta menggantung statusnya.

Wanita paruh baya itu duduk dan mendekap tubuhnya pada sofa yang ada di ruang tamu. Air matanya tak berhenti mengalir sehingga matanya membengkak. Ia masih tidak menyangka sang suami akan bertindak sekejam itu pada dirinya, nasib malang tak bisa ia elakkan lagi.

***

Rindu dan kedua sahabatnya keluar dari kelas setelah bel pulang berbunyi. Gadis cantik itu menggandeng tangan kedua sahabatnya dengan sangat erat. ia tidak mau berpisah dengan mereka dan kembali ke dalam rumah, hanya dengan Bulan dan Bintang gadis cantik itu bisa tersenyum dan menikmati hari-harinya sebagai gadis remaja.

“Rindu, kamu gak lupa kan kalau hari ini kita kumpul di rumah aku,” ucap Bintang pada gadis cantik itu.

“Iya, setelah aku pulang nanti aku pasti datang ke rumah kamu,” balas Rindu lembut pada sahabatnya.

“Oke, aku juga ikut deh! lagian di rumah aku bosan, gak ada kegiatan apa pun,” timpal Bulan pada kedua sahabatnya.

Mereka saling tertawa dengan candaan receh yang mereka buat sendiri. Begitulah tiga gadis cantik itu menjalani kehidupannya dalam persahabatan. Mereka akan saling dukung dan menjaga agar tidak ada kesalahpahaman di antaranya.

Rindu masuk ke dalam bus yang biasa ia tumpangi untuk pulang ke rumah. Sementara kedua sahabatnya di jemput oleh orangtuanya masing-masing. Rindu terkadang iri dengan kedua sahabatnya yang memiliki keluarga yang hangat sekaligus penyayang, tetapi ia juga tidak bisa memaksakan hidupnya akan seperti mereka, karena manusia memiliki kehidupan yang berbeda-beda.

Satu jam berlalu, Rindu sampai di depan rumahnya. Gadis cantik itu melangkah masuk ke dalam rumah dan melihat seorang wanita menunduk dan mendekap tubuhnya. Rindu mendekati sang ibu dan menyentuh tubuh wanita itu dengan lembut.

“Bu, apa yang terjadi? Kenapa wajah dan mata ibu bengkak seperti ini,” ucap Rindu khawatir pada ibunya.

“Rindu, kamu jangan tinggalin ibu, Nak! Ibu mohon padamu,” Linda memeluk tubuh putrinya dengan erat.

Rindu melepas pelukan ibunya dengan paksa karena merasa sesak. Ia menatap wajah Linda dengan intens untuk mencari apa yang terjadi pada wanita pruh baya itu. Gadis cantik itu merapikan rambut Linda yang terlihat sedikit berantakan, lalu ia beranjak dari sana menuju dapur untuk mengambil air minum.

“Bu, minum dulu air ini. Agar pikiran ibu normal kembali,” Rindu menyuguhkan segelas air putih pada Linda.

Linda meneguk air putih itu ke dalam mulutnya, kemudia ia menarik nafas dan menghembuskannya dengan perlahan. Matanya menatap pada putrinya yang sedang berdiri, segera ia mendudukkan tubuh Rinjani pada sofa.

“Rindu, ibu mau bilang sesuatu yang penting untukmu. Akan tetapi ibu gak mau kalau kamu menjadikan ini beban dalam hidupmu, Nak! Apa kamu siap mendengarnya?” ujar Linda dengan lembut.

“Aku siap, Bu. Katakana saja, aku pasti bisa menerimanya walaupun itu kabar buruk,” balas Rindu pada ibunya.

“Ayahmu sudah menikah lagi, Nak. Baru saja ia pergi dari rumah ini dengan istri barunya,” jelas Linda pada putrinya.

Sebenarnya Linda tak ingin memberitahukan hal itu pada putrinya. Biarlah Rindu dan Rinjani mengangga[ bahwa Jordi pergi untuk bekerja, tetapi sebagai wanita biasa ia tak mampu untuk membendung hal itu dan terpaksa untuk mengatakannya.

Bagaikan tersambar petir di siang bolong setelah Rindu mendengar penjelasan ibunya yang membuat tubuhnya tidak berkutik seketika. Gadis cantik itu hanya diam dan tanpa disadari tetesan air hangat jatuh dari matanya yang indah dan membasahi wajahnya. Ada sesuatu yang menusuk ke hulu hatinya, tetapi tidak mengeluarkan darah.

Linda mendakap tubuh putrinya yang masih terdiam, ia tahu bahwa Rindu sangat terpukul dengan kabar ini, akan tetapi ia juga tidak bisa menahan hal tersebut. Tangis kedua wanita itu pecah tanpa berhenti dengan sangat lama.

***

Di kampus, Rinjani keluar dari kelasnya untuk segera pulang karena waktu perkuliahan sudah habis. Mahasiswi cantik itu menunggu kendaraan di depan gerbang dan ia sudah terbiasa dengan hal itu. ketika ia tengah asyik mengamati jalanan yang ramai dengan kendaraan, matanya berhenti pada seseorang yang sangat familiar baginya sedang tertawa bebas dengan seorang wanita.

Rinjani memutuskan untuk menghampirinya, mahasiswi cantik itu menyeberang jalan dengan sangat hati-hati agar terhindar dari celaka. Kakinya semakin cepat menuju tempat itu dan akhirnya ia sampai. Belum sempat orang itu menyapanya, tangan Rinjani telah mendarat pada wajah wanita yang ada di samping orang itu yang tak lain adalah ayahnya.

Darah segar mengalir di tepi bibir wanita itu, Rinjani menatap tajam padanya dengan nafas tersengal seolah tidak puas dengan tindakan yang baru saja ia lakukan. Jordi dan Lilis berdiri menatap Rinjani, tentu saja Lilis heran dengan tingkah mahasiswi cantik itu padanya.

“Heh! Kamu siapa seenaknya aja nampar wajah saya? Kamu mau saya laporin ke polisi, kenal aja nggak!” ketus Lilis pada Rinjani.

“Aku putri dari lelaki ini. Lalu kamu siapa, seenaknya aja menggandeng suami orang!” bentak Rinjani pada Lilis.

“Aku istri baru Jordi, kenalkan namaku Lilis. Aku akan menjadi ibu barumu,” Lilis mengulurkan tangannya pada mahasiswi cantik itu.

Rinjani tak menerima tangan itu, lalu menatap pada sang ayah untuk meminta kebenaran akan hal itu. Jordi yang semula menunduk, segera mengangkat kepalanya dan menatap sendu pada putri sulungnya.

“Itu semua benar, Nak. Ayah sudah menikah lagi, tapi kamu jangan khawatir ayah akan berlaku adil,” ujar Jordi lembut pada putrinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status