Thalita merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Setelah seharian dia memakai high'hels mundar mandir sambil tersenyum meladeni para pembeli. Hari ini di toko banyak pengunjung.
"Suami macem apa seharian enggak ada kasih kabar sama istrinya!" Thalita melirik jam dinding pukul 10 biasanya pukul 8 Arion sudah pulang.
Sudah terbiasa di rumah seorang diri, Thalita tidak takut lagi untuk mundar-mandir tengah malam. Sebentar ke kamar terus berpindah ke dapur ngutak-atik kompor lalu pindah ke ruang tv. Tangannya berulang kali mengganti Chanel TV.
Tidak lama kemudian suara pintu terbuka."Thalita." Arion kaget istrinya sudah ada di depannya melipat tangan ke depan dada dengan tatapan tajam.
"Kenapa berdiri di situ? Wajahmu mengerikan.” Arion melepaskan jas hitamnya.
&nb
Ost Perfect - Ed SheeranKita makan malam di luar Isi pesan Arion membuat Thalita tidak sabaran. Bahkan dia berdandan ria hanya untuk makan malam bersama Arion. Memikirkan dulu ia menolak laki-laki itu dan sekarang ajakan Arion membuatnya kegirangan. "Pakaianmu seperti ini?" protes Andre saat Thalita membuka pintu. Dimana Arion? Kenapa harus Andre yang menjemput, Thalita mengerutkan keningnya melihat Andre di depan pintu. Andre memperhatikan pakaian Thalita dari atas sampai bawah. Tatapan wajahnya sangat sinis. Thalita hanya mengenakan kaus biasa dan celana jeans. Andre mendengus. Percuma saja wajah cantik tapi tidak berpenampilan menarik. Itu akan mengurangi nilainya. "Kenapa? Ada yang salah." Thalita merasa risih dengan p
HmmhmmTangannya menarik ujung sepray dengan wajah yang sudah berpeluh. Nafasnya sesak tidak bisa menghirup udara.Mata Thalita terbuka, kemudian menarik napas, "Arion." Thalita mengusap keningnya yang sudah basah. Matanya melirik bantal di sampingnya.Arion belum pulang.Dia melihat cincin di jari manisnya. Sudah lama tidak mimpi buruk. Di saat seperti ini dia ingin dipeluk Arion. Jam dinding masih pukul 2 subuh.Thalita pergi ke dapur mengambil botol air mineral di kulkas. Sekali teguk sebotol habis dia minum.Brubrukk brukkk!Suara keras dari arah pintu. Buru-buru Thalita membuka pintu.ArionBiasanya Arion tidak pernah seperti ini. Dia tahu pasword pintu apartment mereka. Thalita ragu-ragu saat membuka pintu."Lama bener buka pintunya!" teriak Arion dengan aroma alkohol di tubuhnya. Matanya merah, lang
"Mau makan atau mau mandi dulu," ucap Thalita yang sudah berdiri di depan Arion. Sedari tadi Arion diajak bicara tidak ada jawaban. Thalita mengeluh perlahan. Lebih baik dia dibentak dan dikasih tahu apa salahnya. Seperti ini ia merasa terombang-ambing. "Kau tidak perlu pura-pura jadi istri yang baik ternyata diluar kau jalan dengan laki-laki lain," ucapnya sinis. "Pantesan kau ingin kerja diluar," tambah Arion. "Oh...Tadi enggak sengaja ketemu di jalan," kata Thalita tersenyum. Arion buang muka. "Gimana waktu pulang ke rumah orangtuamu? Kau belum cerita," tanya Thalita yang yang penasaran. Semanjak pulang dari sana Arion berbeda. "Kenapa? Kau sekarang berharap jadi bagian keluargaku." Arion menyeringai tanda menge
Arion duduk di sofa dengan suara muzik yang keras dan minuman alkohol di atas meja. Matanya hampa melihat gelas yang berisi warna bening di tangannya. Setelah rasa bersalah telah melukai Thalita. Arion mendatangi teman-temannya di club malam. Dulu mereka memang sering berkumpul di club malam. Tapi, setelah pernikahannya dengan Thalita dan setelah Thalita menerimanya sebagai suami. Arion selalu ingin cepat-cepat pulang melihat istrinya. "Menjauh bitch!” suara Arion pelan tapi cukup membuat gadis yang memegang pahanya menjauh. "Arion, dia hanya bermaksud menemanimu. Kau datang ke sini untuk mencari hiburan, kan?" ucap Deva sambil tersenyum. Tidak ada rasa bersalah sedikit pun saat dia tahu pelaku itu adalah istri Arion. Dia hanya memberikan berkas-berkas yang ingin diketahui Arion. "Minum saja minumanmu sialan
"Hoii..Melamun. Kerasuk saiton baru tahu rasa," tegur Renata mendapati Thalita terbengong saat memegang baju yang akan dihanger. "Kau saitonnya." Thalita mengelus dada. "Oiii..Napa mukamu nih macem kelebihan blus on." Renata memperhatikan wajah Thalita kemudian menyentuhnya. "Auu..." rintih Thalita. "Siapa yang buat? Suami misteriusmu. Kau hanya tinggal dengannya. Kau punya musuh? Pasti suamimu." Renata menodong Thalita. "Dia enggak sengaja Ree. Kami lagi main di tempat tidur. Tahulah pengantin baru," bohongnya. "Alamak... Ganas juga suamimu." Renata berdecak kagum.Thalita tersenyum kecil. Begitulah Renata kalau sudah menjurus bagian dewasa. Thalita takut menceritakan masalahnya. Renata mengambil baju hendak menghange
Thalita terbangun saat mendengar suara pintu terbuka. Dia bangkit duduk sofa. Tangannya mengucek matanya yang masih belum mengantuk. Suara tv masih menyala. "Udah pulang," sapa Thalita pada Arion.Langkah Arion terhenti menatap istrinya, "Kenapa tidur di situ?" "Aku menunggumu.” Thalita berdiri mendekati Arion. Suaminya membuang wajahnya. Dalam hati berfikir selama dia tidak pulang, apakah Thalita menunggunya selalu seperti itu di sofa. "Udah makan?" "Lain kali tidak usah menungguku. Urus saja urusanmu." Arion melangkah ke kamar sambil membuka jasnya. Hatinya kembali perih mendengar ucapan itu. Beberapa hari Arion tidak pulang sudah membuatnya khawatir. Apakah dia harus menyerah.
Seperti biasa Thalita selalu bangun pagi saat masih gelap. Kira-kira setengah lima pagi. Dia menatap suaminya yang masih pulas. Rindu rasanya seperti dulu. Dia mendekatkan badannya menatapi lekat-lekat wajah suaminya yang masih terpejam. "Mas." Rasanya senang sekali memanggil sebutan itu. "Kapan maafin aku, Mas," ucap Thalita pelan. Thalita menuruni tempat tidur dengan pelan dia pergi ke dapur. Dia akan membuat sarapan untuk keluarga Arion. Sebenarnya tidak perlu karena asisten rumah tangga mertuanya sudah banyak. Arion membuka kelopak matanya setelah mendengar suara pintu tertutup. Semalaman dia tidak bisa tidur. Bahkan tadi malam dia sempat berdiri dan melihat wajah Thalita yang sudah tertidur. Mata istrinya lembab karena air mata. Dan barusan jantungnya hampir berhenti mendengar ucapan istrinya.
Arion seperti tidak ingin membiarkan Thalita bernafas. Dari pagi tadi laki-laki menyuruhnya terus menerus tanpa jeda. Thalita mundar-mandir melakukan perintah Arion. Se-benci itukahah Arion padanya. Thalita mengusap keringatnya dengan Lengannya. Rasa penat dan kesal pada dirinya. “Bersihkan kamar mandiku. Lihat sana kamar mandi di kamarku masih berkerak." "Iya nanti aku sikat lagi." Persoalan kamar mandi saja sekarang jadi bahan dia untuk ceramah. Padahal kamar mandi itu udah dibersihin sama Mbok Nur, sepertinya kalau bukan Thalita sendiri yang jadi kuli, Arion tidak akan puas.Laki-laki itu sudah menjadi Lucifer yang kerjaannya nyakitiin Thalita dengan ocehan ataupun tingkah lakunya. Memang benar cinta dan benci itu beda tipis. "Sepatuku sudah disemir belum? Ambilin k