Arka mencoba menghentikan Sandra dan membujuknya. Tentu Arka juga merasa tidak enak kalau harus membuat Sandra marah di hari kepulangannya.
"Sayang, maaf. Kita lakukan di lain hari dan di tempat yang aman. Oke?"Hanya dengan kalimat itu saja, Sandra kembali melunak. Namun tetap saja, Sandra tidak ingin terlihat mudah oleh Arka.***Sandra masih merajuk akibat penolakan Arka dan Arka harus membujuknya lagi. Apalagi Sandra menolak untuk makan malam saat semua orang sedang menikmati makan malam mereka.“Jangan gitu, nanti kamu laper gak bisa tidur. Kalau gitu, biar aku suapin kamu ya.” Sandra mengagguk setuju sedang Dimas melirik Dinara yang terihat cemburu.Dinara menyelesaikan makan malamnya lebih dulu kemudian Dinara berpamitan sopan pada semua orang dengan alasan kalau Dinara ingin menyusun jadwal untuk Arka besok. Arka mengijinkan, dan tak lama setelahnya Dimas juga berpamitan pergi meninggalkan Arka bersama dengan Sandra.Acara makan malam berakhir, Sandra mengajak Arka menonton tv dan Arka menurut. Tapi tampaknya Arka tidak terlihat menikmati waktu kebersamaan mereka. Arka terlihat gelisah seraya sesekali melirik jam tangannya.“Nara uda minum vitamin apa belum ya?” Pikir Arka yang kemudian memutuskan untuk pergi memeriksa Dinara di kamarnya sedang Sandra menatap curiga Arka.“Sayang, sebentar ya. Aku mau ke toilet sebentar.” Arka berbohong agar Arka bisa pergi ke kamar Dinara. Bukannya Arka takut pada Sandra, tapi Arka tidak ingin rencananya kacau untuk mendapatkan anak dari Dinara dan juga menikahi Sandra.“Cepat balik ya, Sayang.” Sandra mengangguk seraya tersenyum ke arah Arka. Walau bagaimanapun Sandra tidak ingin kehilangan kesan baiknya terhadap Arka. Arka mulai berlalu sedang Sandra diam-diam mengikuti Arka, namun sialnya Sandra tertangkap Dimas lebih dulu.Dinara terlihat sedang mencatat sesuatu di buku jadwal miliknya untuk Arka bekerja besok. Tapi Arka tak senang melihat Dinara bekerja di waktu istirahat seperti ini.“Sudah, kerjakan besok pagi saja. Lebih baik kamu istirahat kalau uda minum vitamin. Jangan sampai kelelahan. Ingat, kesehatan kamu dan calon bayiku itu tanggung jawab kamu.” Arka segera berlalu pergi setelah memastikan jika Dinara sudah meminum vitaminnya sedang Dinara merasa campur aduk.Dinara senang mendapat perhatian Arka walau itu bukan untuknya namun untuk bayinya. Tapi Dinara juga sedih dengan statusnya dan berpikir bahwa Arka hanya perhatian pada calon anaknya saja.“Kamu harus kuat, Dinara. Kamu harus bisa menjalani semua ini. Hanya butuh waktu 9 bulan untuk kamu bertahan, dan setelah semuanya berakhir, kamu akan bebas.” Dinara menguatkan dirinya sendiri seraya Dinara membereskan barangnya dan menghela nafas panjang.Dinara memutuskan untuk tidur sedang di tempat lain, Arka juga menyuruh Sandra agar tidur sendiri di kamarnya karena Sandra meminta tidur bersama dengan Arka. Akhirnya tetap saja, Sandra harus tidur sendiri di kamarnya malam ini.Pagi hari.Dinara sudah ada di meja makan padahal semua orang belum keluar dari kamar mereka masing-masing. Wajah Dinara terlihat tidak sehat walau Dinara sudah menutupinya dengan riasan. Tak lama, saat Viona sedang menyeruput teh jahenya, Arka menyusul bersama dengan Dimas dan Sandra.“Pagi, Pak. Pagi, Bu.” Dinara berdiri menyapa Arka dan Sandra secara formal.“Pagi.” Jawab singkat Arka memperhatikan wajah pucat Dinara sedang Dinara menunduk karena takut dilihat oleh Arka dan dicurigai Sandra.“Pagi juga, Dinara.” Sahut Sandra dengan nada sedikit centil. Sandra juga terlihat menggandeng lengan Arka seolah Sandra ingin mengatakan jika Arka adalah miliknya.Ketika semua orang sudah kumpul, makanan mulai disajikan, dan pada momen itu, keadaan Dinara akan memburuk.“Maaf semuanya, silakan sarapan duluan.” Dinara bangkit dari kursi dan berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya. Arka yang khawatir dengan keadaan Dinara kemudian menatap salah satu pelayan dan memberinya kode agar segera menyusul Dinara.“Sekretaris kamu itu kenapa sih? Kok kayaknya aneh banget,” ujar Sandra curiga setelah memperhatikan gelagat Dinara.“Dia suka bergadang kalau kerja, jadi mungkin masuk angin,” jawab Arka yang kemudian meyumpal mulut Sandra yang hendak bicara dengan roti isi.10 menit berlalu, Dinara belum juga kembali dan itu membuat Arka khawatir.“Dim, panggil Nara. Kenapa dia lama sekali?” Pinta Arka pada Dimas tanpa sadar jika Sandra mulai menyidik mimik wajah khawatirnya.“Baik, Pak.” Dimas berlalu menuju kamar Dinara namun tak lama setelahnya Dinara kembali bersama dengan Dimas sudah dengan make-up yang lebih baru dan fresh.“Aku harus tetap ke kantor biar Bu Sandra gak curiga,” pikir Dinara mempertahankan rasa tidak nyamannya. Dinara kembali duduk di kursinya dengan wajah canggung.“Kalau kamu gak sehat, kamu bisa tinggal di rumah saja, Nara. Kamu tidak perlu ke kantor.” Pinta Arka khawatir melihat keadaan Dinara.“Pak, saya...” Entah kenapa Dinara menghentikan kalimatnya setelah menatap Sandra. “Saya...”“Saya baik-baik saja, Pak.” Dinara menjawab cepat, menolak saran Arka karena tidak ingin Sandra curiga walau sebenarnya Sandra sudah mulai curiga.“Yaudah, kita berangkat.” Arka melirik kaki Dinara yang memakai sandal tanpa tumit setelahnya Arka berlalu menggandeng Sandra.Sesampainya di kantor, seperti biasa, semua orang yang berpapasan dengan Arka dan Dinara akan menyapa mereka dan Dinara adalah satu-satunya orang yang akan membalas sapaan mereka dengan senyum hangat nan ramah yang hal itu ternyata tidak disukai oleh Sandra yang menatap sinis Dinara apalagi sapaan terakhir seseorang membuat langkah Dinara mendadak terhenti membuat Arka juga Sandra ikut berhenti sejenak dan menoleh ke arah Dinara dengan orang yang memanggilnya.“Nara!”“Hardi?”Pagi ini cukup menjengkelkan untuk Arka karena harus melihat Dinara berinteraksi dan didekati oleh pria lain padahal Dinara adalah istrinya.Apalagi Arka tau betul bahwa Hardiansyah menyimpan perasaan istimewa untuk istrinya itu sejak lama dalam status persahabatan mereka walau Dinara tidak mengetahui hal itu. Karena sedang bersama dengan Sandra, Arka tidak bisa berbuat apa-apa dan akhirnya memutuskan untuk membawa Sandra pergi ke ruangannya meninggalkan Dinara bersama dengan Hardiansyah.Arka tidak bisa berbuat banyak karena Arka harus menjaga sikapnya agar tidak ada orang yang curiga terutama Sandra yang saat ini sudah berada di rumah orang tua Arka untuk melaporkan sikap aneh Arka terhadap Dinara yang membuatnya curiga. Bahkan Sandra meminta agar orang tua Arka membantunya untuk menyelidiki Dinara dan Arka.Sekarang di ruangan Arka hanya ada Arka dan Dimas saja sedang di depan ruangan Arka ada Dinara yang terlihat sedang menikmati tehnya buatan Hardiansyah. Arka diam-diam memantau
Klak!Dinara membuka pintu kamar mandi dan segera keluar dari kamar mandi dengan wajah sedih dan murung. “Maaf, Pak. Saya lupa bahwa seharusnya saya tidak pantas untuk melakukan ini dan seharusnya saya menjaga calon anak bapak ini.” Dinara kemudian berlalu mengambil pecahan ponselnya dan memisahkan kartu ponselnya. Dinara juga berjalan keluar dari kamar menuju entah kemana sedang Arka menatap Dinara pergi dengan tatapan bersalah dan juga sedih.“Ini gak benar. Aku harus minta maaf. Aku gak boleh membuat Dinara sedih atau merasa buruk. Itu akan mempengaruhi calon anakku. Bagaimana jika nanti anakku jadi anak yang cengeng?” Arka segera keluar dari kamar Dinara dan berjalan menuruni anak tangga rumahnya namun ternyata Dinara dan yang lain berada di meja makan.“Sayang, kenapa lama sekali? Kami jadi makan duluan tanpa kamu.” Sandra menatap Arka tersenyum namun matanya menunjukkan sebaliknya.“Maa
“Hmm,” gumam Dinara bergerak memunggungi Arka namun Dinara tidak bangun sama sekali. Arka melepaskan nafasnya yang sempat ia tahan tadi seraya kembali memeluk pinggang Dinara.Pagi hari.Arka bangun lebih awal dan segera keluar dari kamar Dinara sebelum Dinara bangun. Arka juga segera meminta pelayan untuk menyiapkan makanan dan susu untuk Dinara, baru setelahnya Arka masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap-siap. Saat semua orang berada di meja makan, tiba-tiba saja Arka kedatangan tamu tak terduga. Yaitu orang tua Arka bersama dengan Sandra.“Arka, mama mau bicara. Bisa kita bicara di depan?” Tegas Dena, mama Arka seraya melirik Dinara.“Iya, Ma.” Arka bangkit dari kursinya dan segera berjalan menuju ruang tamu meninggalkan Dinara dengan Dimas yang menatapnya penasaran di meja makan.Dena memanggil Arka ke meja makan sendirian sedang papa Arka dan Sandra duduk menunggu Arka di ruang tamu.“Ada apa, Ma?” Arka mendudukkan boko
“Sepertinya Dinara tidak sedang baik-baik saja. Dinara sedang dalam tekanan. Aku harus menolong Dinara.” Pikir Hardiansyah seraya berlalu ke ruangan kerjanya.Di depan ruangan Arka, Dinara duduk membereskan barang-barangnya seperti biasa dan menyusunnya ke atas mejanya sedang Arka masih berdiri di samping Dinara dan menatap Dinara seraya berpikir. Arka harus memberitahu Dinara kalau Arka akan menikahi Sandra secara langsung.“3 hari lagi saya akan menikahi Sandra.” Arka ingin melihat reaksi Dinara, jadi Arka menahan kalimatnya.“Ohh, kalau gitu, apa yang perlu saya siapkan untuk bapak?” Dinara bersikap layaknya sekretaris profesional mengesampingkan status dan perasaannya sebagai istri dan ibu dari anak Arka dan Arka tidak suka itu. Begitupun Arka tidak bisa berbuat banyak karena Arka tidak ingin membuat siapapun curiga pada status hubungannya dengan Dinara. “Tidak perlu, saya cuman mau kasih tau kamu saja. Dan setelah kami menikah, Sandra jug
Malam hari.Seperti pasangan normal lainnya ketika malam pengantin. Arka membawa Sandra masuk ke dalam kamar hotel mereka sedang Dinara dan Dimas juga masuk ke dalam kamar mereka masing-masing. Entah apa yang Arka dan Sandra lakukan di kamar mereka sebagai pengantin baru, di sisi lain, Dinara merasa tidak nyaman berada di kamarnya dan memikirkan sesuatu yang tidak sepantasnya ia pikirkan. Dinara berniat untuk pulang namun sepertinya ini tidak akan mudah karena Dimas pasti mengawasinya.Perlahan Dinara membuka pintu kamarnya dan menoleh ke sebelah kanan dan kirinya untuk memastikan kalau Dinara dalam kondisi aman untuk kabur. Kebetulan saat itu Dimas sedang mandi dan Arka serta Sandra sedang dalam ritual mereka. Segera Dinara melangkahkan kakinya keluar dari hotel tersebut tanpa sadar jika seseorang mengawasinya.Di kamar Arka, ponsel Arka berdering ketika Arka sedang bermesraan dengan Sandra, terpaksa Arka menjawab telepon tersebut lebih dulu sedang Sandra
Semua orang sudah berkumpul di meja makan dan sarapan siap dimulai dengan Sandra yang selalu menempeli Arka seperti lem. Pagi ini, Dinara harus melihat apa yang tidak ingin ia lihat. Terpaksa Dinara hanya duduk diam dan menunduk seraya menunggu makanannya disajikan.“Terima kasih, Mbak.” Dinara bersikap ramah bahkan pada pelayan yang hal itu membuat Sandra menatap Dinara yang sudah seperti orang yang suka cari perhatian dengan tatapan tak suka. Namun Sandra menyadari makanan yang pelayan sajikan pada Dinara selalu berbeda dengan mereka. Apakah Dinara sespesial itu untuk Arka?“Dinara, kenapa kamu setiap hari minum susu? Kamu suka susu? Lalu kenapa bisa makanan kamu selalu berbeda dengan kami?” Sandra sengaja langsung bertanya pada Dinara untuk melihat reaksi Dinara dan juga Arka.“Iya, Bu. Saya suka susu. Saya ada alergi pada beberapa jenis makanan, Bu. Jadi saya terpaksa harus memilih sendiri makanan saya,” jawab Dinara gugup dengan senyum canggung.
“Sayang, lidahku sangat perih seperti terbakar. Sepertinya sekretarismu tidak menyukai aku,” ujar Sandra mengadu sedang Dinara menahan tangisnya membersihkan pecahan gelas.“Dinara, hentikan. Kamu keluar dari ruangan saya dan jangan buat masalah apapun lagi.” Bentak Arka membuat Dinara benar-benar menangis dan pergi seraya Arka menenangkan Sandra.“Maaf Pak, Bu, saya tidak sengaja.” Dinara berlalu keluar dari ruangan Arka menuju toilet.“Dimas, panggil orang suruh bersihkan pecahan gelas ini. Katakan pada Nara jangan buat minuman apapun lagi atau dia akan membuat lidah semua orang terbakar.” Pinta Arka pada Dimas berikutnya setelah Dinara keluar dari ruangan Arka. Arka sengaja melakukan ini sebenarnya untuk menghukum Dinara sekaligus melindungi Dinara dari Sandra.Sandra merasa menang dan yakin kalau Arka lebih memilihnya dari pada Dinara. Sedang Arka hatinya merasa tidak tenang setelah membentak Dinara dan membuat Dinara menangis. Jujur s
“Kalau kamu sudah bisa kasih mama cucu, mama dan papa akan bantu kamu menyingkirkan wanita itu dan bayinya. Kalau sekarang, mama gak bisa bantu kamu untuk menyingkirkan mereka. Kamu tenang saja, Arka milikmu. Semua orang tau itu. Mama punya cara agar sekretaris itu tidak mengganggu kamu dan Arka. Mama akan suruh wanita itu tinggal di sini. Bagaimana?” Rupanya orang tua Arka ingin melindungi cucu mereka dari Sandra walau mereka mendukung Sandra untuk menjadi istri tunggal nan utama Danel.Sandra mengerti jika orang tua Arka memang sangat menginginkan cucu, tidak heran jika mereka ingin melindungi Dinara. Yang harus Sandra lakukan untuk menyingkirkan Dinara adalah dengan cara Sandra harus hamil dan membunuh Dinara dengan cara yang bersih atau yang berkesan bahwa itu terjadi karena sebuah kecelakaan. Yang lebih baik lagi adalah, jika Sandra ingin membuat semua orang membenci Dinara, maka Sandra harus membuat Dinara menjadi pelaku.“Haruskah aku berpura-pura hamil