"Selesai ini, kita akan ke kota, benarkan Shen Xiao?"
Xin Xin berputar-putar di atas Shen Xiao yang tengah tertidur di rerumputan bersama dengan Bian Xiao, nama bayi Harimau yang Shen Xiao dapat dari Lin Tian.Lin Tian sendiri tertidur pulas di samping Shen Xiao, sedikit berjaga jarak karena secara langsung Shen Xiao memintanya agar tidur tak dekat-dekat dengannya.Padahal suasana sudah menuju siang hari. Tetapi mereka masih saja tidak ada pergerakkan untuk bangun, padahal Xin Xin sudah membuat keributan.Xin Xin memang tak menganggu Lin Tian, ia hanya mengganggu Shen Xiao saja yang lebih penting untuk mengatur arah jalan mereka selanjutnya."Shen Xiao, kita akan ke kota kan?" Xin Xin mendekatkan bibirnya di telinga Shen Xiao sampai menggelitik telinga Shen Xiao.Tetapi sepertinya, rasa kantuk Shen Xiao lebih besar dibandingkan gangguan yang diberikan Xin Xin. Sampai Xin Xin mendengus kesal. "Kebiasaan sekali, selalu saja sulit bangun. Begini nih jika seminggu sekali baru tidur dan sekalinya tidur seperti putri tidur, tapi sayangnya kamu bukan putri melainkan pangeran.""Pangeran?" Lin Tian menyahutnya dengan bingung dan tampak dari kerutan di dahinya.Bocah laki-laki itu sudah terbangun dan kini mengambil posisi duduk dengan wajah tampak kusut begitu kentara baru bangun tidur.Xin Xin mengedikkan bahunya membalasnya acuh, "Aku hanya berumpamaan."Memperhatikan wajah Shen Xiao yang lebih terlihat jelas ketika sinar matahari menerpa wajahnya. Lin Tian berkata dengan kekaguman yang tampak jelas dimatanya, "Wajahnya ternyata tidak seburuk sikapnya.""Menurut ku biasa saja, jika kamu melihat para bangsawan dan keluarga berstatus tinggi. Wajah seperti itu sudah biasa," ujar Xin Xin tanpa sedikit pun menunjukkan kebanggaan memiliki Tuan seperti Shen Xiao."Apa seperti itu? Pasti banyak juga gadis yang lebih cantik dari mu?"Ukhuk!Xin Xin berbatuk kecil merasa tersedat dengan salivanya sendiri.Bocah ini! Sebenarnya apa isi otaknya? Kenapa mengesalkan sekali!"Xin Xin! Kamu kenapa?" Lin Tian langsung beranjak dari duduknya dan menghampirinya cukup panik."Pftttt ... Ha ha ha! Dasar Lin Tian bodoh! Ha ha ha!" tawa Xin Xin meledak, tak kuasa melihat ekspresi khawatir Lin Tian yang dianggapnya sangat lucu itu, perutnya menjadi tergelitik."Kamu membohongi ku ya?!" Lin Tian berkata marah sampai membuat Xin Xin mengehentikan tawanya.Melihat amarah Lin Tian. Xin Xin dapat merasakan hawa panas meledak dari tubuhnya sampai-sampai membuat Shen Xiao yang semulanya tertidur pulas menjadi terbangun dengan tekanan aura pembunuh yang begitu kuat menekan mereka berdua hingga keduanya terjatuh telungkup di tanah."Sudah kukatakan, jika aku tidur jangan ganggu aku!" tekan Shen Xiao dengan suara keras.Hal itu membuat Lin Tian dan Xin Xin tertekan sendiri. Keduanya dibuat sama-sama tak bergerak bahkan tak bisa bernapas.Roar!"Kamu juga jadi bangun, Bian Xiao." Aura pembunuh itu tertarik kembali berkat Bian Xiao yang baru bangun mengigit jari tangan Shen Xiao menandakan bila bayi Harimau itu sudah sangat kelaparan. Shen Xiao menunjukkan perubahan sikap yang drastis di hadapan hewan mungil itu, sampai-sampai Lin Tian dan Xin Xin saling bertatapan dan menghela napas lega.Roar! Roar!"Kamu lapar ya? Ini makanlah darah ku sebanyak-banyaknya. Aku pasti akan dengan senang hati memberikannya kepada mu bayi manisku~ makanlah yang banyak, lalu setelah itu bekerjalah untukku~ "Lin Tian dan Xin Xin saling melempar pandangan dan akhirnya keduanya menggeleng-geleng kepala tak habis pikir dengan pola pikir Shen Xiao."Tuan tidak pernah berubah.""Buruk sekali sikapnya."Mereka sama-sama berbicara dari dalam hati tak berani langsung mengatakannya didengar Shen Xiao.Puas dengan darah yang diberikan Shen Xiao. Bian Xiao bayi Harimau itu sudah sangat mudah bergerak aktif sampai menaiki kepala Shen Xiao dan bertengger di atasnya.Shen Xiao tak mempermasalahkannya. Ia malah merasa senang Bian Xiao bisa mendapatkan tempat ternyamannya."Sekarang kita akan kemana?" tanya Xin Xin saat melihat Shen Xiao sudah berdiri dibantu tongkat bambunya."Aku ingin membersihkan diri, sepertinya aku mendengar ada aliran sungai di sini," kata Shen Xiao lalu berjalan pergi."Aku ikut, aku juga ingin membersihkan tubuh ku." Lin Tian mengejarnya memilih mengikutinya dan meninggalkan Xin Xin yang sendirian.Aliran sungai yang mengalir dengan tenang dapat mereka berdua lihat setelah menempuh jalan yang dipenuhi rumput liar dan berduri sampai Lin Tian perlu berhati-hati di setiap langkahnya, jika tidak, mungkin kakinya akan terluka.Takjubnya Lin Tian saat melihat Shen Xiao yang jalan tanpa memperhatikan apa saja yang diinjaknya. Padahal duri-duri tajam banyak mengenainya. Tapi, ketika sudah sampai dan Lin Tian dapat melihat kaki Shen Xiao lebih jelas. Lin Tian tak sama sekali melihat darah di kaki Shen Xiao."Ini bukan sesuatu yang perlu kamu kagumi, ini suatu hal yang wajar jika kamu seorang Kultivator," kata Shen Xiao menyadarkan Lin Tian yang melamun menatap ke bawah dimana kakinya berada."Apakah Kultivator sehebat itu?" tanya Lin Tian begitu penasaran.Roar! Roar!"Anak pintar, bisakah kamu turun sebentar Bian Xiao?" Shen Xiao menggelitik perut Bian Xiao sampai bayi Harimau itu meloncat turun dari atas kepala Shen Xiao begitu berani, padahal Shen Xiao tengah berdiri. "Kamu anak yang hebat." Acungan jempol Shen Xiao berikan padanya sebagai pujian keberhasilannya turun dengan sempurna dari atas kepalanya."Ikut dengan ku, sekarang kita akan membahasnya di saat mandi."Shen Xiao mendekat ke arah tepi pantai bersama dengan Lin Tian.Perlahan-lahan Shen Xiao menurunkan kakinya."Anda tidak melepaskan pakaian?" tanya bingung Lin Tian.Shen Xiao tersenyum menanggapi Lin Tian. "Aku akan melepaskannya."Lin Tian tak berbicara lagi, melihat bagaimana Shen Xiao secara hati-hati menurunkan kaki kirinya yang berbeda dari kaki kanannya. Lin Tian melihat kaki kiri Shen Xiao berwarna kehitaman dan urat-uratnya berwarna merah. Jangan ditanyakan lagi, betapa penasarannya Lin Tian saat ini, bila saja ia tak ingat pesan orang tuanya yang telah tiada, agar selalu menjaga sikap untuk tak terlalu ikut campur dan ingin tahu tentang masalah dan kehidupan orang lain."Menjijikkan bukan?""E-eh, ti-tidak kok." Lin Tian berusaha mengelaknya gugup, saking kagetnya saat Shen Xiao menyadari ia menatap kakinya."Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa menerima tatapan seperti itu. Aku sendiri merasa jijik melihatnya apalagi orang lain," kata Shen Xiao tanpa mempermasalahkannya."Anu ... ""Panggil aku kakak Shen saja.""Kak Shen, sepertinya kakak salah paham. Aku menatapnya karena penasaran bukan jijik, sebenarnya apa penyebab kaki kakak seperti? Itu saja." Lin Tian bertanya dengan apa yang telah ia pikirkan sejak tadi.Shen Xiao cukup terkesima dengan lontaran perkataan Lin Tian yang jarang ia dengar dari orang lain. Rasa penasaran ya? Itu lebih baik dari rasa jijik."Anggap saja ini penembusan dosa ku selama ini," kata Shen Xiao dan setelah itu Shen Xiao membuka pakaian sampai menunjukkan punggung putih Shen Xiao yang begitu penuh goresan luka kering dan bukan hanya itu saja, luka yang lain juga terdapat pada lengan, perut, dada serta bagian yang lainnya kecuali yang dilihat Lin Tian, pada bagian wajahnya yang mulus sendiri."I-itu ... " Lin Tian kaget melihatnya."Bagus bukan?" Shen Xiao tersenyum."Kenapa lukanya separah itu?" Lin Tian menjadi sulit berkedip melihat luka yang dimiliki Shen Xiao tak main-main. Wajahnya memang tampan dan bersih, tetapi tubuhnya, kenapa seperti itu?"Latihan yang ku jalani selama ini terlalu berlebihan, jadi seperti ini," kata Shen Xiao tanpa menunjukkan kebohongan di matanya."Apa menjadi pendekar dan Kultivator seburuk itu?" tanya Lin Tian menjadi ragu atas keputusannya menjadi pendekar hebat di saat melihat luka besar Shen Xiao.Shen Xiao sudah turun ke air dan merendamkan tubuhnya bersama Lin Tian. "Tidak semua pendekar dan Kultivator seperti ku, ada mereka yang merawat tubuhnya dengan bagus tapi berkemampuan hebat dan ada juga jenis orang yang senang mencabik-cabik tubuh sendiri untuk menjadi lebih kuat.""Sampai segitunya, itu sangat berlebihan," gumam Lin Tian."Itu tidak akan berlebihan jika kekuatan yang ingin diraih. Lin Tian, dunia ini keras, jika tidak ingin diinjak-injak, maka kamu harus bisa menginjak balik."Menengadahkan wajahnya ke atas. Shen Xiao sedikit menghela napas gusar."Bisakah dengan cara lain? Tidak ingin diinjak dan tidak ingin juga menginjak," kata Lin Tian memberikan pilihan."Bisa, asalkan kamu menjadi yang terkuat." Shen Xiao menoleh ke arah Lin Tian. "Tapi kekuatan juga bukan landasan utama kita bisa tenang. Musuh bisa datang kapan saja jika kamu kuat dan pada dasarnya, menjadi biasa-biasa saja jauh lebih baik.""Aku tidak tahu tentang dunia ini dan aku hanya ingin menjadi pendekar hebat. Jika kakak mengatakan, pendekar itu tidak semuanya sama, maka menjadi pendekar adalah pilihan yang baik untukku."Melihat binar semangat di netra merah Lin Tian. Shen Xiao hanya bisa menanggapinya dengan segaris tipis senyuman. "Jika kamu tahu seperti apa dunia keras ini, kamu pasti akan menyesal menjadi pendekar yang kamu impikan," batinnya.Di dalam kegelapan hutan. Terdapat dua anak kecil berbeda jenis kelamin tengah berlari cepat berusaha menghindar dari kejaran orang-orang yang membantai habis Klan mereka. Mereka berdua berlari tak tahu arah memasuki hutan yang sama sekali tak pernah mereka jamah, hanya demi bisa meloloskan diri dari para pembunuh yang berniat menghabisi seluruh Klan mereka. Apalagi mereka berdua satu-satunya lah yang tersisa dari Klan tersebut.Salah satunya, anak laki-laki yang tubuhnya sedikit tinggi dari anak perempuan di depannya denhan jarak usia 3 tahun lebih tua dari anak perempuan yang menggandeng tangannya berusaha mengajaknya berlari cepat dengan anak perempuan itu yang mengarahkannya. Namun, sepertinya terlihat sendiri, anak laki-laki itu sudah merasa tak sanggup lagi untuk berlari kembali dalam keadaannya yang terluka parah seperti itu. Dia sampai berhenti sambil memegangi perutnya yang terluka akibat terkena serangan pedang dari pembunuh bayaran tersebut.Merasa saudara laki-lakinya terhe
"Xin Xin! Habisi mereka!" seru Shen Xiao menyuruh Xin Xin bergerak maju melawan para pembunuh bayaran yang mengepung mereka.Xin Xin mendengus, memutarkan bola matanya malas. "Kebiasaan." Sudah ia duga, Tuan-nya yang berotak licik ini pasti akan mempermainkannya lagi. Sekarang lihatlah, setelah memanggil para pembunuh yang bersembunyi itu dengan sendirinya, bukannya dia yang melawan, malahan melibatkan Xin Xin lagi-lagi. "Tuan tidak akan turun tangan selama ada bawahannya di sini, kau harus mengingatnya Xin Xin." Shen Xiao menunjukkan senyum simpul yang begitu mengesalkan sampai setiap kali Xin Xin melihatnya merasa muak sendiri. Wajahnya memang lumayan ditambah senyumannya itu, tapi kelakuannya itu selalu menutupinya. "Kak Shen, apa Xin Xin bisa melawan mereka?" Lin Tian bertanya ragu. Bocah lelaki itu sampai menarik lengan baju Shen Xiao merasa takut.Shen Xiao menoleh ke arahnya. "Kau lihat saja, dia itu pintar bermain api. Asal kamu tahu, tidak ada orang yang mampu memegang tang
"Ka-kakak, bangun ... aku takut."Shen Xiao mengusap matanya kemudian dia memijit pangkal hidungnya. Suara gadis itu muncul kembali, ia mendengarnya, sangat jelas dari indra pendengarannya yang sangat tajam.Apa yang dilakukan Shen Xiao itu membuat dua orang pembunuh bayaran yang memiliki senjata andalan panah menjadi berpikir bahwa pemuda itu tengah dalam kegelisahan, mereka menganggapnya, dia khawatir dan takut dengan gertakkan mereka. "Sudah kuduga, dia pasti hanya Tuan Muda sampah yang lemah," kata salah satu dari mereka. Melihat tingkah Shen Xiao, perasaannya menjadi yakin bahwa pemuda itu hanya pemuda cacat saja yang lemah.Satunya lagi menanggapi, "Kau benar, sepertinya dia berada di hutan ini juga karena keluarganya menginginkan dia mati saja. Mungkin, dia aib keluarga karena kecacatannya."Hanya seorang saja yang beranggapan berbeda. Dia mengabaikan para rekannya memilih memperhatikan pemuda itu begitu serius dengan kedua mata tajamnya. "Aku yakin ada sesuatu yang salah," pi
"Kau memungut anak kecil lagi?" Xin Xin memandang Shen Xiao hampir dibuat geleng-geleng kepala.Sudah menghilang ntah kemana sampai malam hari sudah terasa mencengkram di dalam hutan ini. Pemuda itu datang-datang membawa dua orang anak yang kiranya salah satunya seusia dengan Lin Tian, sebelas tahun. Dan satunya lagi sekitar tujuh-delapan tahun.Tapi, ada satu hal yang membuat Xin Xin dibuat menggeleng-geleng kepala ketika melihat Shen Xiao menggendong seorang anak laki-laki sedangkan Shen Xiao tampak membawa dirinya sendiri saja kesulitan dengan tongkatnya itu. "Shen Xiao-- ""Panggil aku Tuan Shen," tukas Shen Xiao mengatur panggilan Xin Xin dengan tegas. Xin Xin menganggukkan kepalanya, walaupun wajahnya terpasang tertekuk. Semulanya menatapnya menjadi mengalihkan wajah kembali ke depan yang terdapat api unggun, dibuat secara langsung oleh Lin Tian yang kini pemuda itu bersama Bian Xiao si bayi Harimau tengah tertidur beralas daun talas.Shen Xiao mengetahui Xin Xin pasti tengah m
Sang fajar sudah menyingsikan wujudnya. Sahut menyahut kicauan burung menyambut kedatangannya. Sesegar udaranya, sesosok pemuda yang kini disibukkan berburu di hutan dengan menjadikan anak-anak umpannya, begitu sangat semangat sekali membuat para anak-anak menjebak hewan masuk ke dalam perangkapnya.Dia hanya menangkring di atas pohon dan hanya mengarahkan anak-anak untuk berlari demi lolos dari kejaran Hewan Buas yang ingin diperangkapnya. Tapi Xin Xin kebanyakan yang membantu anak-anak lolos dari kejaran Hewan Buas tersebut. Shen Xiao lebih banyak mengaturnya saja, sedangkan dia santai di atas pohon memandangi mereka dari bawah. Xin Xin memandangnya begitu sinis, dia bisa membawa anak-anak bersama mereka, tapi tidak bisa menjaga anak-anak dengan baik dan akhirnya Xin Xin juga yang turun tangan.Xin Xin melesat terbang ke arahnya sambil berteriak memanggilnya, "Tuan Shen!""Pelankan suara mu, kau bisa membuat sekawanan Serigala Darah muncul di sekitaran sini." Shen Xiao memperingatin
"Ayo anak-anak manis, makanlah." Mereka bertiga melihat kepedulian Shen Xiao merasa heran. Setelah memasakkan sup daging dari peralatan masak yang ntah darimana asalnya begitu terlihat lengkap, seperti langsuny diambil dari dapur restoran, Shen Xiao menyajikan sup itu ke mangkuk dan memberikannya kepada mereka bertiga dengan hati-hati. Shen Xiao turut makan seperti mereka juga, dia duduk bersila di antara mereka dan menikmati makanan itu bersama-sama dengan tenang dan begitu fokus pada makanannya. Ada yang aneh, ketiga anak itu memikirkannya. Sampai suara Lin Tian terdengar di tengah makan mereka. "Kak Shen, di mana Xin Xin?" tanya Lin Tian, menyadari tak adanya gadis Blue Phoenix itu di sini sejak tadi, bahkan ketika makan, Xin Xin tak ikutan hadir menikmati makanan yang dibuat Shen Xiao dari hasil buruan mereka dan Xin Xin turut andil membantu mereka bahkan dia juga mengajari mereka bertiga cara menguliti kulit para Hewan Buas tersebut. Karena bermacam-macam Hewan yang mereka ta
Suara berisik dari luar membuatnya terbangun. Semulanya ia tertidur sangat pulas dengan tidak tahu malunya berada di tempat orang. Tempat tinggal kerabat pedagang yang memberikanya tumpangan. Namun kini juga memberikanya kamar untuk ditinggali untuk sementara waktu. Sangat menguntungkan, tak perlu lagi ia susah payah mencari penginapan di kota. "Kakak! Kau tahu kan bagaimana situasi kota ini? Kau seharusnya tidak asal membawa orang asing ke sini! Kau ingatkan waktu lalu apa yang terjadi dari tindakan baik mu itu?!" Shen Xiao melihat keluar, sedikit ia membuka pintunya untuk melihat siapa yang berdebat di luar. "Li Mei, pemuda itu dalam keadaan buruk, dia bahkan tidak bisa bicara karena keadaannya sekarang. Li Mei, keluarga kita tidak pernah membiarkan orang lain yang tengah terluka begitu saja. Adikku dengarkanlah kakak mu kali ini saja," mohon pria berbadan gempal menyatuhkan kedua tangannya pada seorang gadis yang dilihat dengan kedua mata hitam pekat Shen Xiao. Gadis yang seperti
Kedua netra hitam tajam Shen Xiao menyapu pandang pada sekitaran kota dari atas atap rumah warga. Shen Xiao tengah berdiri sambil memegang sebuah tongkat kebanggaannya melihat dari atas suasana kota yang begitu sangat ramai, aman, damai dan tenang. Seperti tak ada sesuatu yang mencurigakan di dalam kota ini, tapi anehnya membuat gadis yang ditemuinya saat siang hari tadi menyuruhnya untuk segera pergi.Karena penasaran akan sesuatu yang dikatakan gadis itu, Shen Xiao memutuskan untuk mencari tahunya sendiri. Sebenarnya apa yang terjadi di kota ini?"Ibu! Ibu! Lihat ada bunga api!" Seruan seorang gadis kecil yang terdengar sangat jelas meski ributnya suara warga kota sambil jarinya menunjuk pada langit di atasnya seketika membuat Shen Xiao serta para warga kota lainnya mendongakkan matanya. Bunga api di malam hari, memang indah sekali. Sebenarnya apa ada festival di kota ini sampai ada bunga api segala? Shen Xiao memikirkan itu. "Sudah lama sekali aku tidak melihat bunga api di langi