Share

Suami Dan Adikku Adalah Pengkhianat
Suami Dan Adikku Adalah Pengkhianat
Author: Petrycia

Bab 1

"Jahat! Ini terlalu sakit untukku. Sangat tidak adil. Kenapa dia bisa setega itu?" tangis Ayu pecah tak terkendali begitu mendapati kenyataan bahwa suaminya telah mendua.

"Tenangkan dirimu, Yu .." pinta Bi Sari sambil berusaha memeluk Ayu yang berontak tak dapat mengendalikan diri.

"Mereka jahat, Bi. Bagaimana mungkin adik kandung dan suamiku bisa setega itu? Mereka menusukku dari belakang. Adik yang aku besarkan penuh kasih sayang, ternyata begitu Licik!" pekikku keras. "Mengapa harus dia yang menjadi selingkuhan suamiku? Mengapa?! Kenapa dia harus mencintai pria yang sudah menjadi suami kakaknya?!"

Ayu semakin histeris, rasanya tak sanggup menerima kenyataan.

***

Entah salah apa yang telah Ayu perbuat, sehingga Tuhan memberikannya ujian yang bagi Ayu terasa berat. Sakit, sesak itu yang Ayu rasakan. Yang bisa ia lakukan hanya menangis dan menangis. Kadang Ayu bertanya-tanya dosa apa yang telah di perbuatnya, sampai-sampai Tuhan memberikannya hukuman dengan adanya perselingkuhan antara suami dan adik kandungnya sendiri. Dan kini adalah hari bahagia dari kedua anak manusia itu. Sesak rasanya saat adik kandungnya sendiri tega melakukan hal keji itu kepadanya. Adik yang sangat ia sayangi, juga suami yang begitu ia cintai, dengan begitu tega kedua orang yang sangat penting di hidup Ayu, bisa menusuknya dari belakang, dan menjadi sumber lukanya.

Mau berontak pun rasanya percuma bagi Ayu. Mau menyalahkan takdir pun rasanya sia-sia saja. Mungkin ini adalah salah sat bagian dari ujian yang Tuhan berikan kepada Ayu. Mau tidak mau, Ayu harus melewatinya, dan yang pasti Ayu harus tegar menghadapi kenyataan pahit itu.

Ayu hanya bisa menangis meratapi nasib. Menertawakan diri yang harus tetap tersenyum tegar di hari pernikahan adiknya. Adik satu-satunya yang begitu Ayu sayangi. Bagaimana tidak, selepas orang tua mereka meninggal, hanya adiknya yang Ayu miliki. Ayu dan adiknya adalah yatim piatu. Ibu mereka meninggal ketika melahirkan adiknya. Sedang ayah mereka, telah berpulang kepangkuan Sang Kuasa ketika usia Ayu genap dua puluh tahun. Sejak itu, Ayu hanya hidup berdua bersama adiknya. Ayu bekerja keras agar mereka bisa hidup dengan layak. Tentunya, Ayu juga harus membiayai adiknya yang kala itu masih duduk di bangku SMP.

Ayu menangis di hari pernikahan adiknya. Bukan tangis haru, melainkan tangis kesedihan. Seharusnya Ayu bahagia di hari pernikahan adiknya itu, tapi bagaimana mungkin Ayu bahagia, kalau pengantin prianya adalah suami Ayu sendiri. Jelas saja Ayu sedih dan sakit hati. Ayu harus merelakan suaminya menikahi adiknya sendiri.

"Yang sabar ya, Yu." Kata Bi Sari yang merupakan tetangga Ayu.

Sabar? Ayu hanya tersenyum kecut mendengar kalimat itu. Sampai kapan Ayu harus bertahan menghadapi itu semua? Melihat adik dan suaminya yang tengah berbahagia sudah membuat dada Ayu sesak dan tersiksa melihat bagaimana raut keceriaan yang ada di wajah keduanya.

Ayu hancur, dadanya terasa sesak, serta rasa kecewa yang menyeruak. Jika tidak mengingat anaknya yang masih kecil, mungkin Ayu sudah mengambil jalan yang tidak benar, seperti bunuh diri agar ia tidak menyaksikan hari bahagia dari adik dan suaminya.

"Bibi tau ini berat untuk kamu, Yu. Tapi ini sudah menjadi keputusanmu." Bi Sari menepuk pundak Ayu, memberikan kekuatan pada Ayu, agar Ayu bisa tegar menghadapi kenyataan pahit yang sekarang ini ia saksikan.

"Ini memang keputusanku, Bi." Tangis Ayu semakin pecah. Ayu beralih menatap anaknya lalu dipeluknya anaknya itu. Sementara anaknya hanya menatap bingung pada Ayu yang tengah menangis.

"Bunda kenapa nangis?" Tanya anak kecil itu dengan polos.

"Gapapa, nak. Ini mata Bunda kelilipan." Ayu berkilah.

Ayu semakin memeluk erat anaknya, air matanya juga semakin deras. Bi Sari yang melihat itu, memeluk Ayu dan anaknya untuk memberi kekuatan.

"Sabar, Yu, sabar." Bi Sari mengelus-elus pundak Ayu.

"Makasih Bi, Bibi selalu ada untukku." Gumam Ayu, yang entah di dengar atau tidak oleh Bi Sari.

Ayu sudah menganggap Bi Sari seperti ibunya. Sedari kecil Bi Sari ikut merawat Ayu dan adiknya saat ayah Ayu pergi bekerja, Ayu dan adiknya selalu di titipkan kepada Bi Sari. Bi Sari sangat baik, dia selalu menguatkan Ayu disaat Ayu merasa terpuruk seperti sekarang ini. Bi Sari selalu menguatkan dan mendampingi Ayu agar tetap kuat dan bertahan menghadapi cobaan yang menimpa rumah tangganya itu. Mungkin Bi Sari takut kalau tiba-tiba Ayu berpikiran sempit dan melakukan hal yang nekat, mengancam keselamatannya.

"Kuatkan hatimu, Yu. Tuhan itu maha baik. Bibi tau ini berat untukmu, tetapi Bibi yakin, kamu bisa melaluinya."

Mata Ayu kembali berkaca-kaca, mendengar kalimat penguat yang selalu Bi Sari ucapkan. "Semoga aku kuat, Bi."

"Harus kuat, kamu pasti bisa, Yu."

***

Para tamu mulai hadir, tidak banyak, hanya beberapa kerabat dan tetangga sekitar.

Acara akad nikah akan segera di mulai. Calon pengantin telah duduk di tempatnya begitu juga dengan penghulu. Ayu memandangi adiknya, Vika. Dia nampak cantik dengan balutan kebaya berwarna putih. Ayu beralih menatap perut Vika, di dalam perut Vika sudah ada janin hasil dari percintaannya dengan suami Ayu. Seketika dada Ayu terasa sesak.

Ayu memandangi kedua mempelai. Dulu dialah yang duduk di samping Anton, suaminya. Laki-laki yang dulu sangat mencintainya, namun sekarang Ayu tidak tahu apakah di hati Anton masih ada nama Ayu atau tidak. Dulu awal pernikahan Ayu berjalan dengan mulus. Ayu dan Anton saling mencintai. Hari-hari mereka terasa sangat indah. Anton juga terlihat sangat menyayangi Vika, adik Ayu. Ayu merasa tenang dengan hal itu. Setelah duka atas kehilangan ayah mereka, Ayu dan Vika merasa menemukan sosok pengganti yang bisa menjaga mereka.

Para tamu mulai hadir, tidak banyak, hanya beberapa kerabat dan tetangga sekitar.

Acara akad nikah akan segera di mulai. Calon pengantin telah duduk di tempatnya begitu juga dengan penghulu. Ayu memandangi adiknya, Vika. Dia nampak cantik dengan balutan kebaya berwarna putih. Ayu beralih menatap perut Vika, di dalam perut Vika sudah ada janin hasil dari percintaannya dengan suami Ayu. Seketika dada Ayu terasa sesak.

Ayu memandangi kedua mempelai. Dulu dialah yang duduk di samping Anton, suaminya. Laki-laki yang dulu sangat mencintainya, namun sekarang Ayu tidak tahu apakah di hati Anton masih ada nama Ayu atau tidak. Dulu awal pernikahan Ayu berjalan dengan mulus. Ayu dan Anton saling mencintai. Hari-hari mereka terasa sangat indah. Anton juga terlihat sangat menyayangi Vika, adik Ayu. Ayu merasa tenang dengan hal itu. Setelah duka atas kehilangan ayah mereka, Ayu dan Vika merasa menemukan sosok pengganti yang bisa menjaga mereka.

Setelah dua tahun pernikahan, Ayu dan Anton di karuniai seorang putra yang di beri nama Reysand Erlangga. Kehadiran seorang anak membuat Anton semakin menyayangi Ayu. Anton bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mereka, termasuk untuk mencukupi biaya sekolah Vika. Ayu dan Anton memiliki usaha kecil-kecilan, dan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Tahun demi tahu berganti, Rey tumbuh dengan baik. Vika juga telah lulus SMA. Vika tidak melanjutkan kuliah, ia lebih memilih untuk bekerja. Namun ia tidak mau bekerja dengan Ayu. Maka Ayu menyuruh suaminya agar membantu Vika untuk mencari pekerjaan. Anton tidak menolak, ia membantu Vika untuk mencari pekerjaan. Ayu percaya kepada Anton, karena Anton sangat menyayangi Vika layaknya adiknya sendiri.

Namun ternyata kepercayaan Ayu terhadap Anton dan Vika hancur. Tak pernah sekalipun terlintas di dalam benak Ayu jika suami dan adiknya akan menjalin hubungan yang lebih dari seorang kakak dan adik. Mereka dengan tega berselingkuh di belakang Ayu, dan Ayu baru mengetahuinya setelah hubungan mereka berdua hampir dua tahun. Hancur tentunya iya, terlebih Ayu mengetahui fakta bahwa Vika telah mengandung anak hasil perselingkuhannya dengan Anton.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status