Mira, Sera, dan Lia, ketiga gadis cantik yang baru saja lulus dari bangku kuliah dan telah diwisuda di sebuah universitas ternama di Jakarta. Ingin merayakan kelulusan mereka dengan bertualang di laut. Ketiganya telah menyewa sebuah kapal kecil untuk membawa mereka berkeliling perairan laut mengarungi samudera biru. Namun disaat ketiganya sedang asyik berlayar dan menikmati keindahan lautan di perairan Indonesia. Tiba-tiba saja cuaca yang tadinya cerah seketika menjadi gelap. Angin kencang mulai memainkan perannya. Gelombang laut pun mulai pasang. Sekoci kapal yang mereka sewa juga rusak. Yang membuat kapal mereka terombang-ambing di lautan luas. Setelah beberapa hari melayang-layang di atas lautan biru, ternyata ada kapal lain yang juga mengalami nasib yang sama dengan mereka. Di dalam kapal itu ada tiga orang pria bernama Edu, Hezki, dan Ronald. Kondisi kapal Lia, Mira, dan Sera telah bocor karena terkena batu karang yang keras. Membuat mereka harus pindah ke atas kapal yang ada tiga orang pria tadi. Beruntungnya, kehadiran ketiga gadis itu disambut baik oleh para pria tersebut. Akankah keenam orang itu dapat selamat dari amukan lautan bebas itu? Dapatkah mereka bertahan hidup selama berada di atas samudera yang luas? Mungkinkah mereka akan menemukan daratan? Ataukah kapal mereka akan tenggelam? Plagiarisme melanggar undang-undang hak cipta nomor 28 tahun 2014.
Lihat lebih banyakMalam pun tiba, para orang tua berkumpul di ruang keluarga yang ada di vila. Di atas perapian yang hangat, mereka saling berbagi cerita kenangan tentang putri-putrinya. Meskipun air mata kadang-kadang mengalir jatuh tanpa diduga, namun mereka menemukan kekuatan dalam kebersamaan itu."Pada akhirnya, yang penting adalah kita harus tetap bersama," ucap Papa Herman dengan suara yang penuh keyakinan."Kita tidak akan pernah kehilangan harapan, karena kita adalah keluarga,” seru Papa Bagas menambahkan.Kata-kata itu memenuhi ruangan dengan kehangatan yang luar biasa. Di tengah kegelapan malam yang menyelimuti vila, cahaya harapan dan kebersamaan mereka masih tetap bersinar terang.Dalam keheningan malam, di tengah gemuruh hutan yang gelap dan suara kicauan burung-burung malam, para orang tua merasa sedikit lega, lebih kuat, dan siap untuk menghadapi apa pun yang mungkin akan terjadi di masa depan. Karena dengan kebersamaan, mereka tahu bahwa cinta
Dalam kegelapan malam di Jakarta, ketika hamparan langit dipenuhi cahaya gemerlap kota yang tak pernah tidur, tiga keluarga terpisah tetap bersatu dalam doa dan harapan yang sama. Mereka adalah Keluarga Sera, Mira, dan Lia. Di setiap detik yang berlalu, seakan-akan membawa serpihan harapan yang terus membara dalam dada mereka.Di sudut ruang tamu rumah Sera, Papa Theo duduk di kursi goyang kayu dengan rasa gelisah yang tak bisa tersembunyi di wajahnya. Mama Nara duduk di sebelahnya, tangan keduanya terjalin erat, mencerminkan kekuatan mereka dalam menghadapi masa sulit ini. "Sera, kamu di mana sekarang?" bisik Papa Theo sambil menundukkan kepala, suaranya penuh keputusasaan.“Papa, kita tidak boleh putus asa seperti itu. Mama yakin, Sera, Lia, dan Mira pasti baik-baik saja saat ini,” tukas Nyonya Nara mencoba menguatkan suaminya.“Tapi, Ma. Sudah terlalu lama putri kita berada di lautan luas sana, entah bagaimana nasibnya sekarang,” lirih Pa
Pagi yang indah menyambut Ronald dan Sera di pantai Pulau Asu. Udara segar dan deburan ombak memberikan kesan romantis yang tak terlupakan. Saat matahari mulai muncul dari ufuk timur, Ronald merasa inilah saat yang tepat untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Sera.Dengan dukungan kedua temannya, Hezki dan Edu yang telah mengungkapkan isi hati mereka kepada para gadis favoritnya. Kini tiba saatnya bagi Ronald untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Sera.Beberapa saat yang lalu, Ronald mengetuk pintu kamar para gadis yang berada di atas kapal. Dia menyebut nama Sera beberapa kali yang tiba-tiba saja membangunkan gadis itu.Sera lalu membuka pintu kamar, dengan masih berwajah bantal. Gadis itu sangat kaget melihat Ronald yang telah berdiri di depan kamar para gadis.“Ya ampun, Bro Ronald! Aku pikir kamu siapa!” kaget Sera.“He-he-he. Maaf jika aku mengagetkan dirimu,” sahut Ronald dengan ceria.“Iya …
“Lia, bagaimana jika kita kembali kepada teman-teman?” tutur Edu kepada kekasih hatinya.“Boleh, Du. Siapa tahu mereka butuh bantuanmu untuk memasak ayam bakar,” sahut Lia.“Baiklah kalau begitu, ayo kita ke sana!” seru Edu sambil meraih tangan Lia dan menggenggamnya dengan erat.Edu dan Lia berjalan berdampingan menuju ke tepian pantai yang terletak di sisi lain pulau, setelah mereka berdua menikmati kolak buatan Edu. Matahari yang telah terbenam, memberikan sentuhan keemasan pada langit senja yang indah yang telah berubah menjadi langit malam bertaburan bintang-bintang. Angin pantai yang sejuk menyapu lembut rambut keduanya saat mereka melangkah menuju ke arah teman-temannya. Saat Edu dan Lia mendekati tepian pantai, keduanyz dapat melihat empat teman mereka, Mira, Sera, Ronald, dan Hezki, sedang duduk di sekitar api unggun. Mereka sedang memanggang daging ayam hutan yang telah masuk perangkap dan ditangkap oleh Hezki dan Ronald sore tadi.
“Edu, puisimu sangat indah. Sungguh aku sangat menyukainya,” ucap Lia dari kesungguhan hatinya.“Benarkah Lia?” tanya Edu tak percaya.“Iya, Edu ….”“Jadi … jawaban kamu, bagaimana Lia?” tanya sang pria masih dengan hati yang berdebar-debar.“Sebenarnya aku juga mulai mengagumimu sejak kebersamaan kita dimulai dari atas kapal, sampai kita terdampar di pulau ini. Menurutku kamu adalah seorang pria tangguh dan berani serta berjiwa tanggung jawab besar. Siapa sih perempuan yang tidak terpesona dengan semua kharismamu itu, termasuk aku ….” “Jadi … Lia?” ulang Edu.“A … aku juga mencintaimu, Edu.” ucap Lia sambil tersenyum malu-malu menatap pria yang tepat berada di depannya.“Lia …. Ternyata kamu menyimpan perasaan yang sama denganku?” tanya Edu masih tak percaya.Gadis itu menganggukkan kepalanya pertanda jika apa yang dirinya katakan barusan, adalah benar adanya.Secara spontan Edu memeluk Lia erat-erat.
Setelah Ronald berhasil menyembelih ayam hitam, sekarang giliran Hezki untuk mencoba. Dia mengambil ayam merah dan melakukan proses yang sama seperti yang telah diajarkan Lia. "Bro Hezki, Bro Ronald, kalian berdua sudah melakukannya dengan baik.” "Terima kasih, Lia. Kami sangat berterima kasih atas bantuanmu." "Ya, Lia. Kamu benar-benar membantu kami. Terima kasih banyak." ucap kedua pemuda itu secara bergantian kepadanya.Sementara Mira dan Sera masih tetap berada di pondok. Kedua gadis itu merasa ketakutan melihat ayam yang sedang disembelih. Selanjutnya, Ronald dan Hezki terlihat menguliti bulu-bulu ayam tadi. Lagi-lagi sesuai instruksi dari Lia. Setelahnya kedua pria itu membersihkan dua ekor ayam tadi di dalam aliran sungai. Lia, Mira, Sera, Ronald, dan Hezki kembali dari hutan dengan penuh kegembiraan. Mereka membawa berbagai barang bawaan yang melimpah, menunjukkan keberhasilan mereka dalam menjelajahi hutan Pulau Asu.
Di tengah pulau terpencil yang dipenuhi dengan pepohonan rindang dan kesunyian alami. Hezki dan Ronald telah menyiapkan perangkap ayam hutan sejak tadi pagi. Kini, saat matahari mulai tenggelam dan semilir angin sore mulai berhembus, keduanya mengecek perangkap ayam hutan tersebut.Kedua pria tampan itu menatap dengan penuh kegembiraan perangkap ayam hutan yang mereka pasang. Yang akhirnya berhasil menangkap dua ekor ayam jago. Senyum merekah terukir di wajah keduanya, terpancar dari keberhasilan mereka memasang perangkap dengan cerdik.Ronald dan Hezki kemudian berlari menuju perangkap, wajah mereka berseri-seri. Kedua pemuda tersebut kemudian membuka perangkap itu dengan hati-hati. Dua ekor ayam jago berwarna merah dan hitam tampak berusaha melawan, namun sia-sia."Wow, Bro Hezki, lihat itu! Kita berhasil, dua ekor ayam!" ujar Ronald, matanya berbinar penuh antusiasme.Hezki tersenyum lebar, "Yes, Bro Ronald! Akhirnya kita punya makan malam yang lezat. Mari kita cepat ambil ayam-aya
Setelah berenang di sungai yang jernih dan sejuk, Sera, Lia, dan Mira membasuh tubuh mereka dengan air sungai, lalu mengeringkan diri di bawah sinar matahari yang hangat. Mereka memandangi sungai itu dengan hati yang puas, menikmati kejernihan dan keindahannya yang memanjakan mata.“Air sungainya sungguh segar, Guys!” tutur Mira kepada kedua sahabatnya.“Yes benar banget Mira, aku juga ngerasanya begitu,” balas Lia.“Guys … kita seperti putri duyung yang sedang berjemur di bawah sinar matahari sore di sebuah pulau yang tak berpenghuni. He-he-he!” seru Sera sambil tersenyum jenaka.“Bisa aja Lo, Sera!” timpal Mira.“Yaiyalah, Guys. Kita kan para bidadari di pulau impian ini!” ujar Sera lagi.“Bidadari kesasar, yang terdampar di pulau, kali ….” tukas Lia.“Ha-ha-ha!” Ketiganya pun tertawa bersama.Ketiga gadis itu pun kemudian berjalan menuju pondok kecil yang terletak di tepi sungai. Tubuh mereka masih basah dan rambut mereka masih menggantung lembab. Para gadis berjalan dengan langkah
Di tepian pantai Pulau Asu,Hari semakin sore, Edu memulai rencananya dengan mengumpulkan bunga-bunga liar yang tumbuh di sekitar pantai. Dia memilih bunga-bunga dengan warna-warna cerah, bunga yang bisa mencerminkan perasaan cintanya yang mendalam kepada Lia. Namun kali ini Edu memilih bunga terompet berwarna ungu yang tumbuh liar di sekitar pantai. Dengan hati-hati, dia membentuk kata 'I Love You' dari bunga-bunga tersebut di atas pasir putih pantai.Setelah itu, Edu mulai membuat api unggun. Dia mengumpulkan kayu-kayu kering dan menumpuknya dengan rapi. Dia menyalakan api dengan hati-hati, memastikan api unggun tersebut cukup besar untuk memberikan cahaya dan kehangatan, tapi tidak terlalu besar hingga membahayakan.“Semoga rencanaku ini berhasil!” serunya dari dalam hatinya.Sambil menunggu teman-temannya pulang dari hutan, Edu, sang koki handal, berencana untuk membuat kolak dari pisang dan singkong. Dia memandang sekeliling dan melihat buah kelapa yang berlimpah ruah di sekitar
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.