Share

Bab 2

Braaakkkk ...

Terdengar suara benda dibanting dengan keras. Hal itu membuat Solana tersenyum, karena dia tahu tujuannya sudah tercapai.

Ditambah lagi, pihak penerbit komik baru saja memberi kabar kalau komik tersebut baru saja dilaunching. Dan berita baiknya adalah, komik langsung laku keras. Karena Solana memang sudah memiliki nama yang tersohor, di dunia kepenulisan.

"Sia**n, siapa pelaku berotak mesum yang sudah dengan berani membuat komik ini!"

"Hei, Bro! Kenapa kamu marah-marah?" Terdengar suara seseorang yang sepertinya juga dikenali oleh Solana.

Itu adalah suara Roy, salah satu sahabat baik Naufal. Sementara dua lagi bernama Fandy dan Tristan.

"Kalian lihat ini, bagaimana bisa komik p*rn seperti ini bisa sampai ke kantor! Lalu lebih gil* lagi, tokoh utamanya adalah aku! Bahkan nama PT. Srisesa Prima Medic, juga terpampang jelas disana! Padahal aku sedang pusing, karena baru saja mendapat kabar bahwa truk kontainer yang sedang memuat pipa kapiler hasil produksi dari perusahaannya yang menuju Surabaya mengalami kecelakaan di ruas tol Semarang – Solo! Lalu komik jaha**m, itu datang seolah ingin menertawaiku!" teriak Bang Naufal geram.

"Tenang Naufal, biar aku yang bereskan. Kau cukup urus perusahaan saja," ucap suara Roy.

"Oke, aku percaya sama kamu Roy. Jadi tolong jangan kecewakan kepercayaan itu! Tenang saja, aku akan memberikan imbalan yang akan kau sukai!" ujar Naufal tegas.

Hanya butuh waktu dua hari untuk Roy menyelesaikan misi dari sahabatnya. Dia benar – benar rela bekerja lembur dan turun lapangan sendiri demi bisa segera mendapatkan siapa orang yang telah mengirim komik fulgar itu kepada Naufal.

Imbalan gratis keliling dunia menggunakan privat jet benar – benar membuat Roy yang mempunyai perusahaan di bidang jasa pelayanan keamanan itu semakin bersemangat.

“Kamu yakin sudah mendapatkan informasi yang tepat?” selidik Naufal saat Roy datang ke ruangannya dengan sebuah amplop cokelat di tangan kanannya.

“Tentu saja. Aku sudah menemukannya. Dan akan aku pastikan kamu akan terkejut saat tahu siapa pelaku di balik paket komik gila itu,” sahut Roy penuh percaya diri sambil melempar amplop coklat itu ke atas meja kerja Naufal.

“Lihat saja apa yang akan aku lakukan saat bertemu dengannya nanti!” dengus Naufal tertahan sambil meraih amplop cokelat itu.

“Memangnya mau kamu apakan dia?” tanya Roy dengan satu sisi alis yang terangkat. Roy sengaja menanyakan itu untuk melihat seberapa besar amarah Naufal terhadap orang yang telah sengaja melecehkannya.

“Mungkin aku akan membunuhnya. Tapi yang pasti aku akan menghajarnya lebih dulu. Aku pastikan dia tidak akan merasakan hidup nyaman di dunia!” jawab Naufal dengan nada bicara yang menggebu.

Sementara Roy hanya tertawa kecil lalu menyumpal kedua tangan ke dalam saku celananya.

“Aku akan hadir ke pemakaman orang itu. Oh iya, buku komik yang sudah terlanjur tersebar sudah berhasil kami tarik kembali. Lalu nama-nama pembeli komik juga sudah kami kantongi. Kami janji padamu Fal, semua pembeli komik itu akan tutup mulut," ujar Roy sambil memutar badannya.

Roy memilih untuk segera pergi, karena dia akan bersiap untuk liburan bersama istrinya menggunakan privat jet milik Naufal. Sementara untuk urusan pembeli komik, akan diurus oleh Fandy dan Tristan.

Melihat sikap aneh Roy, Naufal hanya mengerutkan dahi lalu kembali menggerakkan tangan untuk membuka amplop cokelat yang berisikan segudang informasi mengenai pelaku teror tersebut.

Dengan perasaan yang kian terbakar api amarah, Naufal akhirnya menemukan semua data bahkan ada beberapa foto pelaku di sana.

“Wait! Dia …?” seru Naufal dengan nada bertanya.

Kedua bola mata Naufal siap melompat dari sarang saat menyadari bahwa orang yang telah melecehkan dirinya dan keluarganya menggunakan komik adalah Solana Bestari Salsabila, dia adalah mantan adik iparnya.

“Astaga, Solana! Kamu yang melakukan ini? Setelah apa yang terjadi di masa lalu? Bisa – bisanya!” gumamnya penuh kekecewaan.

Saat itu juga Naufal teringat akan kalimat yang baru beberapa menit lalu dia ucapkan. Yaitu dia akan menghajar sang pelaku saat berjumpa nanti.

Tapi setelah mendapati orang yang telah meneror dirinya ternyata adalah seorang gadis dan apalagi dia adalah mantan adik iparnya, tentu saja dengan penuh rasa kecewa Naufal pasti akan mengurungkan niat brutalnya itu.

Naufal dengan sangat teliti mengamati bagaimana cantiknya Solana dalam foto itu. Rambut lurus hitam panjang diikat ekor kuda benar – benar berhasil menghipnotis dirinya.

‘Kenapa kamu tega melakukan ini, Solana?’ Pertanyaan itulah yang saat ini berkecamuk di dalam kepala Naufal.

Tidak mengulur waktu lebih lama lagi, Naufal langsung menyambar jas yang bergantung lalu berlari keluar ruangan menuju tempat di mana mobilnya diparkirkan.

Perjalanannya menuju salah satu villa di puncak sangat lancar. Bahkan tidak sampai dua jam Naufal sudah berhasil sampai di alamat yang tertera dalam berkas informasi dari Roy.

Villa milik Solana tidak besar. Namun karena bangunan itu selalu terawat dengan sangat baik, maka tetap saja terlihat sangat apik saat dilihat dari titik Naufal saat ini berdiri.

Naufal memarkirkan mobilnya cukup jauh dari villa. Dia sengaja melakukan itu demi bisa langsung masuk ke area villa tanpa ada kebisingan yang mungkin membuat Solana pergi tiba – tiba saat melihat kedatangannya.

Dengan langkah santai namun pasti, Naufal berjalan di atas bebatuan yang tertata sangat cantik sepanjang jalan dari jalan utama menuju pekarangan villa.

“Tuan mencari seseorang?” tanya seorang wanita paruh baya tiba – tiba muncul dari arah samping Naufal. Dia adalah Bi Asih, asisten rumah tangga yang membantu Solana mengerjakan pekerjaan di dalam villa.

“Ah, ya! Apa pemilik villa ini tinggal di sini juga?” tanya Naufal dengan sangat hati – hati. Sikapnya yang sopan dan penampilan sangat rapi tentu saja membuat Bi Asih tidak menaruh curiga apa pun padanya.

“Ya, Non Lana berada di dalam, Tuan. Tapi maaf sebelumnya, Tuan ini siapa, ya? Ada perlu apa mencari Non Lana? Soalnya Non Lana tidak punya kerabat.” Bi Asih bertanya dengan wajar karena memang Solana sudah tidak punya sanak saudara lagi setelah kedua orangtuanya meninggal satu tahun yang lalu.

“Saya Naufal. Saya teman lama kakak dari Solana,” jawab Naufal dengan santun.

Mendengar hal itu sebenarnya Bi Asih sedikit terkejut. Mengingat saudari Solana sudah meninggal empat tahun lalu.

“Kalau begitu mari saya antar bertemu dengan Non Lana,” ajak Bi Asih sambil berjalan mendahului Naufal dengan perasaan yang sedikit sendu.

Bi Asih menyadari satu hal, pasti orang yang bernama Naufal ini belum tahu kalau kakak dari majikannya itu sudah meninggal.

Namun biarlah, Bi Asih berpikir pasti nanti Solana akan mengatakannya sendiri. Dia tidak berhak memberi tahu apa pun kepada tamu asing.

“Silakan duduk, Tuan. Saya panggilkan Non Lana dulu,” ucap Bi Asih sambil berjalan menuju kamar Solana sebelum membuatkan minuman untuk tamu jauh itu.

Di kamar Solana, Bi Asih memanggil majikannya itu dengan lembut dan mengatakan bahwa ada tamu yang mencarinya.

“Non, ada tamu,” beri tahu Bi Asih.

“Siapa, Bi?” tanya Solana menghentikan aktifitas mengetiknya.

Solana selama ini bekerja menjadi seorang penulis novel dalam juga luar negeri. Jadi dia tidak perlu keluar rumah untuk menghasilkan jutaan rupiah.

“Tidak tahu, Non. Dia bilang teman kakaknya Non Lana,” jawab Bi Asih.

Bi Asih langsung pergi meninggalkan Solana di dalam kamarnya. Sementara Solana berpikir sejenak soal tamu itu.

‘Mungkinkah teman Kak Shashi benar – benar datang menemuiku? Tapi untuk apa? Apa dia tidak tahu kalau Kak Shashi sudah meninggal?" tanya Solana dalam hati.

Tidak ingin menanggung rasa penasaran lebih lama, Solana memutuskan untuk membereskan pekerjaannya yang kurang beberapa kata lagi akan selesai.

Setelah itu baru dia mematikan komputer miliknya dan memperbaiki penampilan. Mengenakan outer, Solana memastikan orang asing tidak akan melihat dirinya yang sedang mengenakan pakaian tanpa lengan.

Solana keluar menuju ruang tamu. Dia melihat sosok gagah dari arah belakang pria itu. Solana bahkan sempat ragu apakah dirinya harus menemuinya atau memilih menyuruh Bi Asih untuk mengatakan bahwa dirinya sedang tidak ingin menerima tamu?

Namu karena rasa penasarannya yang tidak bisa dia tahan lagi, akhirnya Solana melanjutkan langkah kakinya menuju ruang tamu.

Memperhatikan dengan seksama sebenarnya siapa pria gagah ini? Kenapa dia datang menemuinya?

Sementara Naufal yang menyadari akan kehadiran seseorang di belakangnya, dia masih diam dan membiarkan Solana.

Dan setelah langkah kaki Solana telah sampai di samping sofa yang dia duduki, Naufal menoleh ke arah mantan adik iparnya itu.

“Aku datang, Solana,” ucapnya dengan smirk jahat namun tidak menanggalkan nilai tampan di dalamnya.

“Ka – kamu?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status