Share

7. Tertarik Untuk Jadi Simpananku?

Mengisi kekosongan lemari?

Sekarang Sagara justru harus meratapi lemari besarnya yang penuh dan sesak, tidak ada sedikitpun space yang tersisa. Bahkan ada beberapa pakaian yang terpaksa harus dibiarkan terlipat dalam tas tanpa masuk lemari.

Pikirnya Natalia hanya mengambil beberapa. Mana dia tahu kalau ternyata wanita itu justru membeli hampir separuh dari isi toko eksklusif itu?

Astaga! Sagara merasa ini semua berlebihan. Mengapa tiba- tiba Natalia memberikan ini semua padanya? Lagipula bantuan apa yang Sagara berikan sampai dia harus menerima semua beban ini?

Memeriksa beberapa dan menemukan tag brand yang ada disana. Sagara mencari tahu sedikit tentang seri tersebut dan sempat melotot melihat harganya. Salah satu setelan disana bahkan nilainya jauh lebih mahal dari fee magangnya dalam satu bulan. Natalia sekaya itu? Apakah gaji kepala divisi di perusahaannya memang sebesar itu sampai- sampai Natalia bisa memberinya banyak begini tanpa menginginkan apapun?

Perasaannya jelas tidak enak. Meskipun Natalia mengatakan bahwa dia tidak perlu mengembalikan seribu rupiah pun. Tapi siapa yang tidak curiga? Apa yang sebenarnya wanita itu inginkan dari dirinya?

Sagara menelan ludah untuk kesekian kalinya. Sempat berpikir bahwa mungkin saja Natalia Xaviera terlibat jaringan bisnis gelap kelas internasional. Apakah Sagara akan dieksploitasi secara parsial? Misalnya menjual ginjal dan organ tubuhnya secara terpisah? Ah, dia tidak mau mati muda!

Ini tidak bisa dibiarkan! Sebelum dia mati muda, Sagara harus segera mengembalikan pemberian yang berlebihan ini pada empunya. Tentu berusaha mencegah kemungkinan terburuk.

Memberanikan diri mencari kejelasan, lelaki 183 cm itu berdiri kokoh di depan pintu kamar sang pemilik rumah. Meskipun ragu, pada akhirnya punggung tangan kanannya berhasil memberi tiga kali ketukan disana.

Hanya ada suara detik jarum jam yang mengalun. Ini sudah larut malam sehingga tak ada satupun pekerja rumah tangga yang masih berada disini. Suara selanjutnya yang Sagara dengar adalah decitan halus pintu bersamaan dengan aroma segar menyenangkan yang menyeruak. Sagara menelan ludah susah payah. Mengapa Natalia harus keluar dengan penampilan seperti itu?

Rambut basah tergulung handuk asal sehingga sisa airnya mengaliri sepanjang pundak dan bahunya yang terekspos akibat jubah mandi yang dipasang miring. Belum lagi wajah segar Natalia yang dipadu dengan tatapan datar khas miliknya. Mengapa wanita dewasa dihadapannya itu terlihat begitu mempesona?

Tak mau terintimidasi oleh tatapan Natalia, apalagi setelah peletakan tangan dibawah dada yang membuat wanita itu nampak semakin menantang, Sagara secara otomatis menundukkan pandangannya. Namun sialnya, yang dipandang sekarang justru tidak jauh lebih baik dari tadi. Sagara menekan sesuatu yang bergejolak dalam dirinya hanya dengan menyaksikan kaki mulus yang terekspos oleh jubah pendek yang dikenakan Natalia. Sialan, kemana lagi Sagara harus membuang pandang?

Sebersih apapun Sagara, dia tetap saja seorang lelaki normal.

"Ada apa?"

Glek.

Sialan! Mendengar suaranya saja Sagara jadi semakin bergetar sekarang?

Tidak ada jawaban dari Sagara yang membuat Natalia berdecak pelan. Gadis itu justru mendekati Sagara yang masih menunduk, menengok dari bawah bak adegan horor di film- film. Sagara berjingkit mundur karena kaget berkat wajah mereka yang terlalu dekat, sementara Natalia mengulum senyumnya setelah melihat langsung wajah hingga telinga Sagara yang kian memerah.

"Apa aku begitu menyeramkan sampai kamu tidak mau melihatku?"

Sagara menggeleng keras.

"M-maaf, bukan seperti itu," kilahnya.

Natalia menyunggingkan senyum kecilnya, tidak mengalihkan sedikitpun pandangan dari mata Sagara yang terus bergerak kesana kemari setelah kepalanya kembali dia tegakkan. Lelaki itu katanya berusia dua puluh tiga tahun? Tapi mengapa dia bersikap seperti remaja baru puber yang belum pernah melihat wanita dalam jarak dekat?

Atau memang benar begitu?

Bukannya mundur, Natalia justru terus maju hingga tanpa sadar kini justru Sagara yang harus mundur sampai mentok di dekat tembok. Lelaki itu bahkan menahan nafas, takut dia tidak bisa mengendalikan diri kala aroma segar Natalia yang terus menggelitik hidungnya.

"Oke, jadi ada apa?" tanya Natalia lagi setelah memastikan Sagara tak bisa kemana- mana.

Meskipun sedikit tergagap, Sagara membasahi sedikit bibirnya sebelum melancarkan maksud dan tujuannya. Meskipun tetap saja dengan menghindar dari tatapan elang penuh selidik milik Natalia.

"Apa saya membuat kesalahan?"

Kompak dua alis Natalia berkerut, terlampau bingung dengan maksud pertanyaan pendek dari darah manis di depannya. Terlebih, Sagara juga tidak langsung melanjutkan perkataannya.

"Bicara yang jelas, tolong!"

Sagara kembali menelan ludah susah payah. "Maaf karena mengganggu, tapi tolong beriitahu saya, apakah saya sudah melakukan sesuatu yang salah? Mengapa anda membelikan pakaian sebanyak itu?"

Natalia terkekeh kecil, masih karena ini rupanya? Dia pikir dia sudah membuatnya sangat jelas di toko tadi.

"Itu untuk kamu, hanya itu. Kamu nggak perlu risau bahwa fee ataupun pembayaranmu akan ditangguhkan. Semua itu murni dari saya pribadi. Sampai sini, jelas?"

Sagara menggeleng lagi, "tidak sama sekali."

Lelaki itu kembali menghela nafasnya, memberanikan diri untuk menatap Natalia lebih serius. Dua pasang manik mata mereka bertemu, seolah sama- sama saling berusaha untuk menyelami isi pikiran masing- masing.

"Di kota besar seperti ini, tidak ada apapun yang gratis," Sagara menjeda ucapannya. Dia banyak berpikir tentang tata sosial tak tertulis yang berlaku di daerah ini. Seperti yang orang- orang bilang, kehidupan di kota besar memang tidak mudah dan murah. Jadi apapun yang dia dapatkan hari ini, Sagara tahu dia harus membayarnya dikemudian hari.

"—jadi, apa yang sebenarnya anda inginkan dari saya?"

Hampir saja ciut karena Natalia belum menyerah untuk memangkas jarak diantara mereka. Sagara tidak tahu apa yang sebenarnya wanita itu pikirkan dan inginkan. Namun dari bahasa tubuhnya, Sagara pikir Natalia memang tengah menggodanya.

Nafas keduanya saling membelai, namun tak ada pergerakan lanjutan yang membuat Sagara pada akhirnya kembali menahan nafas. Apalagi Natalia yang masih menatapnya lekat membuatnya jadi semakin salah tingkah.

"Tenang, saya nggak akan menjadi lintah darat yang diam- diam menghisap keuangan kamu saat kamu lengah. Saya lebih suka menghisap yang lain," Sagara mendadak tersedak udara mendengarnya.

Wanita itu tersenyum tipis, "kamu bisa anggap itu sebagai hadiah penyambutan selamat datang. Semacam itulah. Jangan terlalu berpikir yang berlebihan," lanjut Natalia santai.

Sagara menggeleng pelan, "maaf, saya nggak bisa menerima pemberian yang nggak berdasar," ujarnya kembali menolak. Menurutnya ini semua tidak masuk akal. Lagipula, tinggal menumpang saja sudah merepotkan, Sagara tidak mau semakin banyak berhutang budi dan materi.

"Saya nggak tahu kesepakatan apa yang terjalin antar mama dan anda. Tapi saya nggak bisa menerima mentah- mentah semua yang anda beri."

Natalia menarik sebelah alisnya, menatap Sagara dengan pandangan setengah remeh. "Lalu apa? kamu mau mengembalikan semuanya?"

Sagara terdiam, memangnya tidak bisa dikembalikan? Lagipula dia kan belum memakainya?

"Terserah kamu kalau tidak mau menerimanya. Lakukan apapun dengan mereka! Kamu juga bisa menjualnya kalau tidak suka," tambah Natalia lagi dengan cuek.

Keheningan kembali melanda, mungkin itu juga yang pada akhirnya membuat Natalia berpikir lebih jauh—atau bahkan jadi terlalu jauh. Seringaiannya terbentuk, lengkungan bibir tipis miliknya membuat Sagara jadi bergidik ngeri saat menyaksikannya.

"—ah, apa tadi? pemberian tidak berdasar? Intinya, kamu nggak akan menerima secara cuma- cuma, kan?"

Penegasan Natalia membuat Sagara mengangguk kecil.

Natalia meneliti Sagara dari atas sampai bawah, tak lupa menggunakan telunjuknya untuk menggeser rahang Sagara kanan dan kiri, seolah meneliti tampilan Sagara dengan teliti.

"Okay, kalau gitu kamu bisa bekerja untuk saya."

Entah mendapat bisikan darimana, wanita itu kini justru mengeluarkan sejurus kalimat yang menyerang Sagara lagi dan lagi.

"Tertarik untuk menjadi simpananku?"

What The Actual F—?! Tante- tante itu sedang tidak waras, ya?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status