Zack mendadak mencemaskan Beyonce malam itu, bukan dalam artian sesungguhnya. Rindu atau khawatir, melainkan mempunyai tujuan lain. Pria itu mencarinya karena Beyonce susah dihubungi, sementara itu dirinya terus ditagih oleh pihak catering untuk melunasi sisa pembayarannya yang sudah jatuh tempo.
Demi menuruti gengsinya, Beyonce harus merogoh koceknya terlalu dalam. Hampir 75% biaya pernikahan mereka berdua, Beyonce lah yang menanggung. Meskipun sebenarnya Zack memiliki tabungan tapi ia tak mau mengeluarkannya. Entah apa yang ada dalam pemikiran pria itu?“Sial! Nomor Aldrich juga tak aktif!” kesal Zack begitu pusing, ia menduga kedua sahabat itu tengah sibuk bepergian sampai lupa waktu. Ya, Beyonce lebih sering menghabiskan waktunya berdua bersama Aldrich sahabatnya. Dibandingkan bersama Zack, kekasihnya sendiri. Tidak bisa disalahkan juga karena Zack hampir tak ada waktu berduaan dengannya dan hanya Aldrich lah yang bisa mengerti perasaan wanita itu.***Kornea matanya memerah, rinainya air mata semakin deras membanjiri wajah sembab Beyonce setelah malam panas yang dilalui. Meratapi nasib sialnya, bergelung selimut menutupi tubuh polosnya dengan meringkuk di atas seprei kusut. Sedangkan pria keji yang telah merenggut mahkotanya, kini tidur tertelungkup secara damai setelah nafsunya tersalurkan.‘Aku harus pergi dari sini dan menjauhi si brengsek itu!’ batin Beyonce muak dengan Aldrich.Dengan hati–hati Beyonce turun dari ranjang, ia mengernyitkan kening saat meraih sisa pakaiannya yang teronggok di lantai lalu mengenakannya dengan susah payah karena tak ingin kepergiannya diketahui oleh Aldrich.Berjalan tertatih sambil berpegangan meraba tembok dan apa saja untuk menopang tubuhnya yang lemas ketika sekujur tubuhnya seakan remuk menuju ke luar dari rumah neraka itu.Tidak lama taksi yang telah dipesannya datang, Beyonce melambaikan tangan sebagai tanda kepada pengendara mobil taksi berwarna putih tersebut. “Apakah benar atas nama Nona Beyonce?" tanya sopir taksi menatap Beyonce yang berwajah pucat itu sedang berdiri di pinggir jalan dengan sikap waspada. “Iya Pak, tolong antarkan saya sesuai alamat di aplikasi,” jawab Beyonce dengan sangat lemah kemudian masuk ke dalam taksi itu. “Baik Nona.”Sopir itu menjalankan mobilnya melewati jalanan lengang malam itu, samar–samar dia mendengar suara isakan tangis dari arah penumpangnya yang membuat dia penasaran dengan meliriknya dari balik kaca spion.Beyonce tampak menangis sepanjang perjalanan, sementara itu sang sopir hanya diam dan tak berani ikut campur atau sekadar bertanya. Ia fokus menyetir, hingga dalam beberapa menit dirasanya tak terdengar suara penumpangnya itu lagi menangis. Sopir itu pun mulai curiga dan coba memanggil Beyonce untuk membuktikan dugaannya. "Nona, apakah anda baik-baik saja?" Hening tak ada sahutan. Perlahan sang sopir mengintip dari balik kaca spion, begitu terkejut saat penumpangnya itu terbujur dengan posisi miring di atas bangkunya. Lantas ia pun segera menepikan mobilnya untuk mengecek kondisi Beyonce. “Nona, bangun Nona. Apa yang terjadi padamu?” Dia mencoba mengguncangkan bahu Beyonce, tapi penumpangnya itu tetap saja diam tak bergerak. Takut terjadi sesuatu kepadanya, sopir itu pun memutuskan untuk membawa Beyonce ke rumah sakit terdekat.*** “Dimana aku?” Suara lemah Beyonce menginterupsi, pertanda jika dia mulai tersadar dari pingsan.. Wanita malang itu mengerjap-ngerjap dengan mengamati sekitar ketika kepalanya agak pusing dengan pandangan berkunang-kunang. “Bey, kau sudah sadar?" tanya Zack menghampiri Beyonce dengan perasaan cemas, pria itu menggenggam tangannya sembari mengusap kepala Beyonce. “Aku berada di mana Zack? Kenapa kamu bisa ada di sini?” Beyonce malah balik bertanya karena ia tiba–tiba berubah tempat. “Kau sedang berada di rumah sakit, Bey. Sopir taksi yang kau tumpangi itu yang membawamu ke rumah sakit dan menghubungiku lewat ponselmu. Sebenarnya kau dari mana saja?”Beyonce bergeming, wajahnya tertunduk teralihkan meremas ujung selimut dengan kuat. Ketakutannya mengenai hal yang dialaminya beberapa waktu lalu membuatnya kehabisan suara.Zack kembali memberondongnya dengan rasa penasarannya. “Kenapa kau sulit dihubungi? Aku sampai bingung mencarimu ke mana-mana?" Zack tampak perhatian, Beyonce senang mendengarnya ketika pria itu mencemaskannya.Hati wanita itu berdesir sejuk, dengan senyuman tipis mulai terlukis di wajah pucatnya setelah kepahitan yang dialami. Dengan mata berkaca–kaca ia membawa pandangannya menuju Zack.“Kau mencemaskanku?”“Iya, karena pihak catering untuk pernikahan kita terus saja menelepon. Mereka meminta pelunasannya kemarin, tapi kau menghilang dengan tiba–tiba sehingga aku terpaksa membayarnya terlebih dahulu. Kalau tidak, pasti mereka akan membatalkannya sepihak. Kamu tahu, kan? Hanya pihak catering itu yang menawarkan harga termurah dengan kualitas makanan terlezat,” ungkap Zack tanpa memedulikan perasaan Beyonce sama sekali.“Untung kita sudah memberi uang muka sejak enam bulan yang lalu. Kalau tidak? Pasti kita akan tekor,” sambungnya membuat Beyonce tersenyum kecut.Dugaannya salah besar, Beyonce terlalu percaya diri mengira Zack telah berubah. Ternyata ia keliru, Zack masih saja seperti dulu. Pria itu hanya membutuhkannya untuk kepentingannya sendiri bukan karena benar-benar tulus mencintainya. Sialnya, Beyonce sekarang mengingat nasihat si keparat itu yang dirasa ada benarnya. Tetapi antara Aldrich dan Zack mereka berdua tak jauh berbeda, sama-sama manusia laknat yang selalu memeras keuntungan darinya demi kepentingannya sendiri. “Kenapa kamu diam saja Bey? Apa kamu tak mendengar ucapanku tadi? Kau akan mengganti uangku, kan?” protes Zack dengan raut kesalnya menatap nanar pada wanita malang itu.Diam-diam Beyonce memalingkan wajah, menghapus air matanya dengan cepat lalu menatap Zack seolah tak terjadi apa pun. “Aku mendengarmu dan nanti akan aku ganti semua uangmu itu,” katanya sambil menahan nyeri di dalam dada. Tetapi belum sempat Zack membalas ucapannya, tiba-tiba dokter bersama seorang suster memasuki ruang inapnya untuk menyampaikan kondisi Beyonce yang sebenarnya. “Maaf Tuan, kalau boleh tahu Anda siapanya pasien?" tanya dokter dengan arahan matanya menuju pada Zack. “Saya calon suaminya dokter dan ini calon istri saya," tunjuk Zack pada Beyonce yang berwajah tegang. Dokter itu pun menoleh pada Beyonce yang seakan memberi tanda untuknya berbicara, karena Beyonce tak ingin menutupinya lagi kendati berharap setelah ini Zack akan membatalkan pernikahannya itu. Lebih baik dia tinggal sendiri daripada bersama pria matrealistis sepertinya.“Sebenarnya apa yang terjadi pada Bey, Dokter? Mengapa wajah Anda terlihat menyimpan sesuatu? Katakan dokter." Zack mencerca dokter itu dengan tak sabar. "Baiklah, karena pasien juga sudah setuju. Saya akan memberitahukan kondisi sebenarnya dari Nona Beyonce,” sahut sang dokter mulai membuka laporannya. Bahwa berdasarkan visum yang telah dilakukan oleh Dokter pada Beyonce. Wanita itu ternyata telah mengalami pelecehan seksual, terdapat luka robekan dan luka lebam di beberapa titik bagian tubuhnya. Mendengar penuturan Dokter, tentu saja Zack sangat syok. Terlebih Beyonce yang hanya bisa kembali terisak tangis usai kepergian Dokter keluar dari ruangan. Dia bergidik ngeri melirik Zack yang tampak murka dengan menatapnya begitu nyalang. “Katakan. Siapa pria brengsek yang telah memperkosamu, huh?!” bentak Zack dengan tajam. Beyonce tak mampu menjawab, lidahnya terasa kelu. Sulit baginya mengeluarkan suara di saat hatinya hancur seperti sekarang. Rasa trauma yang ditinggalkan oleh Aldrich masih membekas pada dirinya. Ia butuh seseorang untuk menguatkannya di saat terpuruk seperti sekarang, bukannya sikap kasar atau hal lain yang menjadikannya semakin rapuh.“Jawab!” hardik Zack mengguncang keras kedua bahu Beyonce, suaranya yang menggelegar bukannya membuat Beyonce berani bicara tapi malah terisak tangis semakin menganak sungai.“A-Aldrich, dialah yang sudah melakukannya padaku,” ungkap Beyonce terbata-bata diiringi napas yang tersendat–sendat. "Apa?!" Zack membelalakkan mata, sejenak membeku di tempat karena syok.Namun, tak lama kemudian pria itu berteriak kencang sembari meremas rambutnya. Menendang kursi yang ada di hadapannya lalu membantingnya ke lantai sangat keras sebagai pelampiasan amarah yang menggunung.Beyonce menjerit histeris, kedua bahunya bergetar dengan segera menutup kedua telinganya rapat-rapat. Tapi Zack mendekatinya lalu tiba-tiba menarik rambutnya hingga ke belakang."Aaakk! Sakit Zack, t-tolong lepaskan? Aku mohon ..,” iba Beyonce menangis dengan tersedu-sedu. "Dasar jalang! Ternyata selama ini kamu tega bermain di belakangku ya? Jawab!" bentak Zack ke dekat telinga Beyonce, sungguh memekakan telinga.Beyonce menggeleng. "Tidak Zack, akh! Aku tak berbohong, sungguh,” akuinya dengan berusaha menyingkirkan cengkeraman tangan Zack di rambutnya.“Omong kosong!” Zack marah, dengan kasar melepas rambut Beyonce, hingga wanita itu hampir terjatuh ke tepian ranjang. Untung saja ia tak terjatuh karena lekas menahan dengan berpegangan pada tepi ranjang.Beyonce menceritakan semua kejadian nahas yang dialaminya secara detail meski dengan dadanya yang bergemuruh atas paksaan dari Zack. Bukannya kasihan, pria itu malah memandang jijik pada Beyonce yang menurutnya kotor dan tak lebih dari seorang jalang di luaran."Terserah padamu, kalau kau tak percaya. Aku ikhlas jika kau membatalkan pernikahan ini. Daripada di antara kita nanti tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan dan selalu meributkan tentang hal ini. Asal kamu tahu saja, sekarang diriku hancur Zack. Hancur!" tekan Beyonce dengan lemah menatap Zack yang menyorotinya tajam."Batal? Enak sekali kau bilang?" Zack kembali mencengkeram dagu Beyonce, hingga wanita itu kesakitan."Lepas Zack! Auw, s-sakit sekali …," rintih Beyonce kesulitan bernapas, karena Zack tak hanya mencengkram dagunya saja sekarang. Tapi juga mencekik lehernya. Beyonce rasanya ingin kabur dari pria itu, namun untuk saat ini ia tak mempunyai energi untuk melawan Zack yang meringkus kebebasannya bernapas dan hidup. "Undangan sudah disebar, catering, gedung dan wedding organizer sudah terbayar lunas. Kau bilang mau membatalkan, huh? Enak saja!""L-Lantas apa maumu, Zack?" tanya Beyonce sembari memejamkan mata dengan bibir sedikit terbuka, untuk mencari celah udara yang ia hirup."Aku akan melepaskanmu tapi kau harus tetap menikah denganku, karena aku tak mau namaku baikku tercoreng gara-gara kita tak jadi menikah. Persetan denganmu yang tidak suci lagi aku tak peduli!"“Jawab jalang!” bentak Zack menggetarkan seluruh tubuh Beyonce.“A–aku ….”PLAKK!PLAKK!“Aaarghh!” jeritnya sambil menangis tersedu–sedu. Zack menampar pipinya begitu keras, sampai bunyi tamparannya menggema.Ruangan itu vvip. Jadi, Zack leluasa menyiksanya karena hanya ada mereka berdua di sana. Sementara itu, Beyonce tak bisa melawannya.Karena pria brengsek itu tak membiarkan Beyonce bergeser barang sedetik, ataupun meraih tombol otomatis untuk memanggil tenaga medis ke sana. Langkah–langkah Beyonce terawasi, bagaikan seorang narapidana saja. Tidak sedikitpun rasa iba terbesit di hati Zack, melihat Beyonce kesakitan karena cekikannya. Setelah cintanya berubah menjadi sebuah kebencian membara semenjak tahu Beyonce sudah diperkosa oleh Aldrich. “Kau masih belum mau menjawab, jalang!” bentak Zack begitu marah dengan kedua mata melotot. “Mati saja kau!”Beyonce menggeleng karena tak sanggup bicara, dengan kondisinya yang tercekik. ‘Ampun, ampun! Ya, aku setuju. Lepaskan aku dulu
Beyonce membuang muka. Cih! Muak sekali dia mendengar sebutan itu, meskipun dia tak yakin sanggup hidup bersama Zack nantinya dengan menyandang status istri kurang satu hari lagi. Dengan napas tersengal–sengal, Beyonce menenggelamkan wajahnya di antara kedua lutut. Membiarkan segerombolan air mata yang tadi menyesakkan dadanya, turun bak air bah. “Tuhan … tolong cabut saja nyawaku sekarang. Bawa aku bertemu dengan mama dan papa, karena aku tidak sanggup lagi hidup di dunia ini,” ucap Beyonce yang tampak rapuh, sendiri di ruang rawat itu berteman sepi. Wanita malang itu memang hanya sendiri di dunia ini, tidak memiliki keluarga lagi sebab kedua orang tuanya telah meninggal semenjak Beyonce lulus kuliah. ***Keesokan harinya, Aldrich yang tertidur dengan lelap di atas ranjang itu mencoba meraba–raba area Beyonce berbaring. Senyuman bahagia tak lekang menyambut paginya, ingin memeluk Beyonce saat ini.Setelah semalam dia berhasil merenggut kesucian wanita yang dicintainya sejak lama
“Apa yang terjadi dengan Tuan Al?” William sungguh tak tenang, dia mencoba menelepon kembali tapi sayangnya tak diangkat. William memutuskan untuk mencari tahu lewat anak buahnya, karena perasaannya mendadak buruk. Mereka biasanya akan memberi kabar padanya tak lama. “Cari Tuan Aldrich sampai dapat atau nyawa kalian yang menjadi taruhannya. Mengerti!” ancam William di balik telepon. “Baik, Tuan William. Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk melacak keberadaan Bos,” balas anak buahnya sebelum telepon berakhir. Tidak ingin hanya berpangku tangan, William yang penasaran kembali menelepon ke nomor ponsel Aldrich. Dia cuma merasa aneh, panggilannya tersambung tapi tidak ada yang mengangkat. “Ah! Sial!” raungnya karena mendapati hasil yang sama. Hanya berselang lima menit, panggilan telepon William yang terputus itu pun kini tersambung kembali. William tersenyum mengira itu Aldrich yang menghubunginya. Dia pun segera menjawab, “Tuan Al, apakah Anda baik–baik saja?”“Maaf, Tuan. Say
Seminggu kemudian, Aldrich diperbolehkan pihak rumah sakit untuk pulang. Biasanya pasien akan senang mendengar kabar ini, lain halnya pria itu tampak muram terduduk di atas ranjang. Menatap keluar jendela tanpa semangat karena teringat diagnosa dokter tentang kondisinya waktu lalu. “Tuan, mari kita pulang.” Suara William menyadarkan Aldrich dari lamunan. Dengan gerakan lemas menoleh, Aldrich menatap William. “Kenapa kesialan ini terjadi padaku, William? Aku bukan lagi pria yang sempurna, lalu buat apa aku hidup? Harusnya dokter itu menyuntikku mati sekalian!” Mata William membulat sempurna, ia mencoba menenangkan Aldrich yang tampak kacau. “Jangan berkata seperti itu, Tuan—” “Jangan berkata seperti itu bagaimana, huh?” Aldrich melotot dengan suara keras memarahi William. “Jelas–jelas dokter memberitahu kalau gara–gara kecelakaan sialan itu, aku mengalami disfungsi ereksi!” teriaknya sambil memijat kepala. “Dasar bodoh!” umpatnya kepada William lagi. William mengatupkan bibir,
“Zack … kau baik–baik saja, kan? Ma–maaf, aku tidak sengaja melakukan itu padamu,” ucap Beyonce dengan suara gemetar karena panik. Seraya menangis, Beyonce memeriksa pergelangan tangan pria kejam itu. Dia berharap Zack selamat, meski ada desir ketakutan di hatinya. “Syukurlah, dia masih hidup.” Namun kemudian mata Beyonce membulat penuh. Dia segera memangkas jaraknya dari Zack yang masih tergeletak di lantai dengan kepala bersimbah darah. Astaga! Bagaimana nanti kalau Zack bangun? Membayangkan kemurkaan Zack menyiksanya lagi sebagai balas dendam seperti ancamannya sebelum tak sadarkan diri. Itu sungguh mengerikan, karena Zack bisa lebih kejam dari sebelumnya. Sekarang, Beyonce tidak punya banyak waktu untuk berpikir. Wanita itu hanya mengikuti kata hatinya. “Ya, aku harus kabur dan pergi sejauh mungkin dari sini sebelum Zack menyadarinya,” katanya dengan gusar sambil menyeret kakinya yang lemas seperti jelly ke dalam kamar. Beberapa pakaian, berkas penting, buku tabungan da
Gema menghapus sudut matanya yang basah, saat pintu ruang tindakan itu ditutup oleh perawat. Untung saja dia bergerak cepat menghubungi rumah sakit, sehingga ambulans segera datang membawa Beyonce ke rumah sakit. Di bangku kosong depan ruang itu, Gema duduk sendiri menunggu Beyonce selesai ditangani petugas medis. Satu harapan besar Gema, agar Beyonce dan janinnya selamat. “Kasihan Nyonya Bey. Dia pasti stres dengan kehamilannya yang tidak diinginkan,” ucap Gema lirih. Dia ikut bersedih dan tak tenang menunggu tindakan itu yang berlangsung cukup lama. Gema sudah tahu Beyonce hamil karena diperkosa, lantaran wanita malang itu sendiri yang sudah menceritakan kondisinya sejak Gema pertama kali bekerja di rumahnya. Bukan tanpa alasan, Beyonce asal mengumbar aib kepada orang lain. Tapi sosok Gema yang baik dan perhatian kepada Beyonce, mengingatkan wanita itu yang rindu kepada mendiang ibunya. Sama halnya Gema yang menyayangi Beyonce seperti anaknya sendiri. Terdengar derit pintu ter
Gema menggelengkan kepala, menepis ucapan Beyonce. Apalagi saat dia melihat kekosongan di mata wanita itu. “Tidak, Nyonya. Saya yakin perbuatan jahat sekecil apapun akan mendapat balasan. Hanya saja, setiap anak tidak tahu harus lahir dan berasal dari keluarga mana. Mereka dititipkan Tuhan pada kita yang dianggap pantas. Anda pasti tahu, di luar sana banyak pasangan suami istri yang mendambakan anak?” tanya Gema. “Ya, aku tahu Bibi Gema. Sayangnya sebagian dari mereka tidak beruntung memiliki anak,” jawab Beyonce mulai paham ke mana arah pembicaraan Gema. “Kalau saya boleh memberi saran. Pertahankan janin itu dan lahirkan saja, Nyonya. Setelah lahir nanti, kalau Anda masih tidak menginginkannya. Anda bisa memberikannya kepada pasangan lain yang mau mengadopsi,” ucap Gema dengan lembut, tetap menjaga perasaan Beyonce yang mood nya tidak begitu baik. Wanita malang itu butuh dukungan. Setidaknya Gema sudah mencoba memberi jalan tengah. Sementara itu, Beyonce yang masih memegangi peru
Dipecat secara tidak terhormat oleh Tuan Vladimir membuat Zack sakit hati atas penghinaan itu. Bukannya menyadari kesalahan, Zack malah berpikir bosnya tidak tahu berterima kasih. Seharusnya dia membalas dengan menaikkan jabatan Zack yang selama ini bekerja keras demi kemajuan bank itu. “Ada apa denganmu sayang? Apakah pelayananku barusan kurang memuaskan, hum?” tanya wanita seksi itu yang berbaring di sisi Zack. Dia adalah Veneta Rousey, pacar gelap Zack. Mereka berdua telah menjalin hubungan saat Zack juga bertunangan dengan Beyonce.“Aku memiliki banyak masalah hari ini, Vene.” Zack bergeser ke tepi ranjang sambil menggapai botol wine di atas meja. Diam–diam Veneta menatap Zack yang tampak gusar. Sejak pergumulan tadi, Veneta yang lebih dominan. Biasanya pria itu menggebu–gebu menerjangnya di atas ranjang jika tengah berhasrat. Tapi gara–gara pria itu murung, semuanya terasa hambar.“Masalah apa sayang? Apakah berkaitan dengan pekerjaanmu atau si jalang itu?” Nada bicara V