Author POV
Sudah satu minggu Yuna memungut dan menampung pria di gang itu. Selama satu minggu pula pria itu masih belum sadarkan diri. Yuna sudah menelpon polisi dan dokter tapi mereka semua mengatakan hal yang sama bahwa pria itu baik-baik saja dan dia harus tetap di sini. Terdengar sedikit aneh bukan? Apa lagi polisi itu memaksa Yuna untuk tetap membiarkan pria itu tinggal di sini.
"Apa dia tidak bosan tidur terus," Ujar Yuna sambil menusuk pelan pipi mulus pria itu.
"Ah, terserah lebih baik aku pergi memasak saja," Ujar Yuna lalu pergi ke dapur.
Sejak kedatangan pria itu selalu ada orang yang diam-diam mengirim uang ke rekening milik Yuna tapi tak pernah sekalipun gadis itu menyentuh uang tersebut. Pria itu masih terlelap hingga sebuah ukiran berwarna biru muncul di dahinya membuat pria itu bagun tanpa sepengetahuan Yuna yang sedang berada di dapur.
Disisi lain Yuna masih sibuk berkutat dengan penggorengan. Setelah lima menit berlalu nasi goreng ala Yuna sudah siap, segera gadis itu meletakkanya di meja ruang tamunya. Ia kemudian berlari kecil ke dapur untuk mengambil sendok dan air. Setelah Yuna kembali, dilihatnya piring berisi nasi goreng tadi sudah menghilang.
"Hah? Kemana hilangnya nasi gorengku?" Ujar Yuna sambil menoleh ke kiri dan kanan untuk mencari keberadaan nasi gorengnya.
Yuna meletakkan sendoknya di atas meja lalu mulai mencari ke dapur, berharap mungkin ia lupa menaruhnya di sana. Yuna akhirnya kembali karena belum menemukan keberadaan nasi gorengnya.
Brakkkk
Yuna langsung berjongkok ketika mendegar sebuah suara dari bawah meja. Disana ada seorang kucing yang bulunya bisa bersinar terang sangat cantik. Kucing itu melompat ke dalam pangkuan Yuna, kucing itu menengadah kepalanya melihat Yuna.
"Kamu kucing siapa? Cantik sekali. Aku baru tau kalo ada kucing dengan bulu yang bisa bersinar," Ujar Yuna lalu mengelus Kucing itu lembut.
Meong.
Kucing itu mengeong seolah-olah Ingin Yuna mengikutinya. Yuna mengerti lalu mengikuti kucing itu menuju sofa. Gadis itu kaget ketika melihat pria yang tadinya masih tertidur sekarang sedang duduk memakan nasi goreng miliknya sambil menonton TV.
"Kau?" Ujar Yuna dengan wajah bingung.
Pria itu hanya melirik sejenak gadis itu lalu kembali memakan nasi goreng milik Yuna. Pria itu meletakkan piring di atas meja setelah piring itu sudah kosong, kucing tadi mulai mengelus kaki pria itu dengan manja. Pria itu mengucapkan sesuatu lalu tiba-tiba kucing itu berubah menjadi manusia dengan ekor kucing di belakangnya.
Yuna terjatuh karena kaget melihat hal itu, pria itu lalu menggendong Yuna kemudian sebuah portal terbuka di depan mereka. Ketiganya masuk dan tiba di sebuah dunia yang berbeda. Ada orang yang memiliki sayap dan juga ekor, semua orang di sini setengah hewan. Pria itu menurunkan Yuna yang mulai memberontak ingin turun.
"Ini di mana? Kenapa aku disini?" Ujar Yuna sambil melihat sekeliling.
"Ibu, kakak itu sangat cantik." Seorang anak setengah serigala itu melihat Yuna dengan perasaan kagum.
"Jangan tidak sopan dengan gadis itu nak," Ujar seorang wanita parubaya itu.
"Ah, sepertinya aku sedang mimpi." Yuna memejamkan matanya.
Yuna membuka matanya lalu melihat orang-orang mulai membungkuk hormat pada Yuna dan pria itu. Yuna semakin panik, kepalanya tiba-tiba sangat sakit hingga semua menjadi gelap. Yuna pingsan.
***
Yuna membuka matanya. Dia mengedarkan pandangannya, dilihatnya ada seorang gadis duduk di sebelahnya. Gadis itu buru-buru berteriak ketika melihat Yuna yang sudah kembali sadar. Yuna berusaha duduk. Tubuhnya terasa sangat sakit, gadis itu membantu Yuna untuk duduk.
"Nona, apa anda butuh sesuatu."
Seseorang tiba-tiba datang memeriksa Yuna sambil merapalkan sesuatu yang Yuna tidak mengerti kemudian pergi setelah membungkuk hormat. Yuna melirik gadis tadi yang ternyata setengah kelinci sambil melempar senyuman.
"Dimana ini?" Ujar Yuna.
"Ini di istana Emerlan," Ujar Gadis itu.
"Saya Bella pelayan pribadi, Nona."
"Apa di sini ada toilet?" Ujar Yuna yang ternyata sedang ada panggilan alam.
"Ah, saya kan menyiapkan air hangat untuk anda. Saya akan membantu ada membersihkan diri" Ujar Bella.
"Eh, aku hanya ingin buang air besar," Cicit Yuna.
***
Yuna saat ini sedang duduk di dekat jendela sambil memandang keluar. Gadis itu masih tak percaya bawa dia sedang berpindah dimensi ke dunia lain dan sangat berbeda dengan bumi. Yuna juga tau ternyata semua orang di sini memiliki kekuatan super, seperti bisa berubah menjadi hewan dan bisa menghancurkan batu yang sangat besar.
Lewat Bella pelayan pribadinya, Yuna mendapatkan informasi bawa pria yang membawanya kemarin adalah pemilik dari dataran yang di sebut Ziphera. Raja Adelion dari kerjaan Emerlan. Yuna membuang nafas panjang, orang-orang di dunia ini sangat berbeda hampir semua orang disini setengah hewan. Tak ada alat transportasi modern di sini, mereka masih menggunakan kereta kuda untuk transportasi mereka. Di sini juga tidak ada listrik, mereka menggunakan kunang-kunang sebagai lampu. Kunang-kunang di sini itu berwarna putih seperti lampu listrik di bumi.
"Aku mau pulang," Ujar Yuna.
"Maaf nona, yang mulia Raja Adelion melarang anda keluar dari kerajaan," Ujar Bella.
"Di mana si Adelion itu? Aku ingin menemuinya," Ujar Yuna.
"Yang mulia sedang ada di ruang kerjanya," Ujar Bella.
Yuna membuka pintu dengan kasar berjalan keluar dan di ikuti oleh Bella yang mulai ketakutan. Semua kerajaan tau bahwa Raja Adelion adalah Raja paling kejam dan sadis, bertemu dengannya saja bisa membuatmu gemetaran. Tiba-tiba Yuna berhenti lalu manatap Bella.
"Ruang kerjanya ada dimana?" Ujar Yuna dengan telingan yang mulai memerah.
Bella menunjuk sebuah ruangan di ujung lorong yang di hiasi benda berkilau dan terlihat berharga ini. Buru-buru gadis itu melangkah menuju ruangan itu. Yuna sedikit sulit untuk berjalan karena pakaian yang di kenakan itu sangat berat walaupun sangat cantik juga. Gadis itu membuka pintu dengan kasar yang menampilkan seorang pria yang sedang duduk dengan banyak kertas dan buku di sana. Pria itu menatap heran pada Yuna yang sedang memasang wajah kesalnya itu.
"Kau yang membawaku kesini apa hanya untuk menjadi tawananmu saja, hah?!! " Ujar Yuna sambil menunjuk-nunjuk wajah pria itu dengan kesal.
Yuna tak sadar jika masih ada beberapa pria lain yang sedang ada di ruangan itu. Pria itu tiba-tiba gemetar melihat Yuna yang dengan beraninya berteriak di depan sang Raja yang kejam. Para pria itu buru-buru pamit ketika sang Raja sudah menatap tajam mereka. Mereka tau maksud sang raja yang sedang mengusirnya itu, jadi segera mereka pergi.
"Kenapa hanya diam, hah?!" Bentak Yuna sambil memukul meja.
Yuna langsung mengibaskan tangannya karena terasa perih saat memukul meja tadi. Meja itu sangat keras hingga membuat tangan lembut Yuna terasa sakit saat memukul meja itu. Pria itu lalu menatap Yuna dengan senyuman yang seolah-olah meremehkan gadis di depannya itu.
"Kau ingin keluar?" Ujar Adelion.
Yuna melihat pria itu dengan tatapan bingung. Jauh dalam hati Yuna ia penasaran dengan dunia baru ini, Ia ingin tau apa saja yang ada di dunia ajaib ini. Jika ia pulang tidak akan ada yang menunggunya di sana, jadi untuk apa dia pulang jika dia tidak memiliki tempat untuk kembali. Yuna terdiam sangat lama dengan banyak pertanyaan di kepalanya.
Pria itu lalu merapalkan sesuatu lalu tiba-tiba gadis itu memiliki sayap, pakaian kerajaan Yuna juga berubah. Saat ini Yuna tampak seperti peri dalam dongeng yang memiliki sayap indah dan juga telinga runcing.
"Kau ingat keluar melihat-lihat?" Ujar Adelion yang di sambut anggukan ragu dari Yuna.
Yuna di tarik oleh Adelion ke atas Harimau putih, yang ternyata memiliki sayap seperti burung hanya saja dua puluh kali lipat dari burung biasa.
Yuna dan Adelion menunggangi harimau putih itu. Gadis itu terkesima melihat pemandangan dari atas ini, sangat indah. Mereka lalu mendarat di sebuah danau. Ada beberapa makhluk kecil yang tiba-tiba menghampiri Yuna. Makhluk kecil itu menarik tangan dan baju Yuna seolah-olah menyuruhnya ikut terbang bersamanya di atas danau yang indah itu."Apa sayap ini bisa terbang?" Tanya Yuna sambil menatap Adelion."Tentu, coba bayangkan kamu bisa terbang," Ujar Adelion.Yuna menutup matanya membayangkan dia bisa terbang. Yuna membuka matanya dan melihat tubuhnya sudah melayang di atas tanah. Gadis itu tersemyum bahagia, tubuhnya terasa sangat bertenaga. Sungguh persaan ini sangat luar biasa menyenangkan, gadis itu kemudian terbang bersama makhluk kecil itu di atas danau. Tubuh Yuna seolah-olah bergerak sendiri, ia menari. Tarian ini sangat asing bagi otaknya tapi tubuhnya terasa familiar dengan tarian ini. Kaki Yuna menyentuh air sambi
Adelion masuk dalam ruangan yang sangat megah dengan sombongnya lalu duduk di singgasana yang terlihat indah itu. Semua yang ada dalam ruangan membungkuk hormat pada Adelion. Pria itu kini sedang fokus mendengarkan ucapan seorang utusan dari kerjaan peri.Disisi lain Yuna sedang sibuk jalan-jalan di taman istana. Bella yang merupakan pelanyan pribadi Yuna terus saja memberikan nasehat untuk kembali ke kamar. Gadis itu tak peduli, taman ini indah dan sangat ajabi mana mungkin Yuna akan melewatkan hal ini. Tiba-tiba sesuatu yang kecil melompat ke arah Yuna."Wah, apa ini?" Ujar Yuna sambil melihat Seekor katak yang memiliki sayap.Gadis itu langsung mengikuti katak itu. Yuna baru pertama kali melihat katak terbang, Sungguh katak yang bisa terbang sangat menarik untuknya. Yuna terus mengejarnya hingga tak sadar ada seseorang yang berjalan mendekat padanya.BrakkkYuna jatuh terduduk, sekarang
"Kau akan di kurung di sini!" Ujar Adelion sambil merapalkan sebuah mantra.Adelion mendorongnya dengan kasar membuat gadis itu jatuh terduduk. Pergelangan tangan Yuna terlihat lebam kerena Adelion yang menariknya dengan kasar."Kau harus patuh padaku!" Ujar Adelion dengan tatapan dinginnya.Yuna masih melihat pria itu dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Mata Adelion berubah berwarna merah ketika melihat Yuna yang menatapnya dengan wajah kesal. Pria itu masih menatap gadis di hadapannya dengan dingin, tak ada raut kasihan melihat gadis di hadapannya yang sedang menagis."Kenapa aku harus patuh padamu? Aku bukan budakmu!!" Bentak Yuna memandang Adelion dengan air mata yang berhasil lolos.Adelion lalu mencekik leher Yuna sambil menabrakkan tubuh gadis itu ke dinding. Pria itu kesal dengan Yuna yang memberontak padanya. Gadis itu sudah hampir kehabisan nafas tapi Adelion masih enggan melepa
"Ajari aku sihir" Ujar Yuna dengan wajah serius. "Jika aku mengajarimu apa yang akan aku dapatkan?" Ujar Fairuz. "Apa yang kau inginkan dariku?" Ujar Yuna. "Hmm tunggu, kamu tidak cantik, tidak pintar, tidak seksi dan jelek, aku membutuhkan waktu untuk memikirkan yang aku inginkan dari kamu" Ujar Fairuz memasang wajah bingungnya. 'Dia mengejekku, dasar aneh!' "Ah aku sekarang tau, temani aku saat tidur" Ujar Fairuz dengan senyuman. Tiba-tiba Yuna memukul kepala Fairuz. Wajah gadis itu sekarang sudah memerah seperti tomat. Yuna lalu menendang dan memukul Fairuz, kini pria itu sudah di tidur di lantai dengan banyak pukulan dari Yuna. "Dasar mesum!!" Ujar Yuna mulai melempar banyak benda ke arah Fairuz. Pria itu sudah tidak tahan hingga ia memilih berteleport keluar dari kamar Yuna. Pria itu meringis pada sekujur tubuhnya yang di pukuli oleh Yuna. Fairuz lalu mulai memperbaiki pakaian dan rambutnya yang sudah berantakan it
"Cepat nona, kita harus memilih hewan pelindung kita," Ujar Bella menarik Yuna ke sebuah tempat."Iya, bukannya hewan itu yang memilihkan kita?" Ujar Yuna."Walau begitu kita harus cepat datang agar hewan itu memilih kita lebih dulu," Ujar Bella.Yuna manatap kagum pada semua hewan yang ada di area paralel ini. Mereka masing-masing memiliki ukiran di tubuhnya yang memandang kekuatan yang di miliki hewan-hewan itu. Yuna masih belum menemukan hewan penjaga miliknya, setiap Yuna mendekati hewan-hewan itu maka mereka langsung bergetar dan berlari dari Yuna. Seolah-olah Yuna adalah predator mereka."Tidak ada yang memilih aku, sebagai tuan mereka," Ujar Yuna melihat Bella yang asik dengan hewan penjaga miliknya yaitu kelinci penjaga.Hewan milik Bella terlihat imut dan bahkan lebih lucu dari kelinci di bumi. Yuna bahkan berfikir alasan para hewan menghindarinya adalah kerena dia tidak setengah hewan atau berasal dari bangsa manusi. Yuna membuang nafas p
Acara berburu kemarin di tunda, seorang gadis masih sibuk mendekati para hewan penjaga. Kini Yuna hanya diam saat lagi-lagi tak ada hewan yang ingin mendekat padanya. Besok adalah hari pelaksanaan berburu tapi gadis itu malah memilih untuk duduk sambil bermain dengan kelinci yang menyimpan jiwa Bella. "Kenapa tidak ada yang memilihku? Apa aku terlihat jelek?" Ujar Yuna. "Bella cepatlah sembuh, aku bosan tanpa kau," Ujar Yuna. Kelinci itu lalu mengelus tangan Yuna seolah mengerti maksud gadis itu.Yuna tiba-tiba mendengar sesuatu yang seperti memanggilnya. Gadis itu akhirnya memutuskan untuk mencari suara itu saat rasa penasarannya mulai meresahkan hatinya. Suara itu semakin keras saat Yuna berada di sebuah taman yang sangat tua dan terlihat tidak pernah di datangi oleh siapapun.Yuna masuk dalam taman itu dan sampai di sebuah Vila yang di penuhi lumut seperti tak ada yang pernah mengurus villa itu.
Hari ini adalah hari berburu. Satu persatu para bangsawan masuk ke dalam sebuah portal dan sampai di hutan Azka yang merupakan hutan paling subur dan kaya di dataran ini. Semua orang mengendarai hewan penjaganya masing-masing dengan bangga.Yuna datang terlambat karena kesiangan, gadis itu datang bersama dengandengan Azura. Yuna masuk sambil duduk di atas sebuah rubah putih keren paksaan dari Azura sendiri. Perlahan semua orang melihat gadis itu dengan tercengang."Apa aku tidak salah lihat? Gadis itu menunggangi hewan suci legenda?" Ujar seorang bangsawan."Dari yang aku dengar semua hewan suci sangat sombong dan tidak akan mau menurut pada tuan yang lemah.""Tapi aura gadis itu saja tidak ada, mana mungkin hewan suci itu mau melakukan kontrak?"Yuna turun dan merasa tidak enak dengan semua bangsawan yang melihatnya. Tiba-tiba Adelion tiba membuat semua perhatian tertuju padanya, pria itu sedang duduk di atas seekor Harimau putih yang cukup besar
Yuna duduk bersama dengan bangsa Atarel, mereka menyambut Yuna dengan sangat gembira dan berterimakasih atas pertolongannya itu. Api kini menjadi pencahayaan mereka malam ini, Yuna lalu melirik tubuh Adelion dengan luka di punggungnya yang sudah di balut kain bersih."Tenang saja, dia akan baik-baik saja. Obat yang di buat tetua kami sangat membantu menyembuhkan luka" Ujar Star."Aku tidak mengkhawatirkan dia, huh" Ujar Yuna memalingkan kepalanya.Luka di lengan Yuna sudah di balut kain sama seperti Adelion. Kini gadis itu sedang sibuk memandang api dengan pikiran yang melayang kemana-mana. Perlahan Adelion bangun lalu duduk di sebelah Yuna dengan santai dan tampa beban. Yuna akhirnya sadar dari lamunannya saat merasakan ada seseorang yang duduk di sebelahnya.Yuna refleks menjauh dari Adelion, pria itu menatap bingung pada Yuna yang menjauh darinya. Adelion lalu melemparkan senyuman pada Yuna yang membuat