Yuna dan Adelion menunggangi harimau putih itu. Gadis itu terkesima melihat pemandangan dari atas ini, sangat indah. Mereka lalu mendarat di sebuah danau. Ada beberapa makhluk kecil yang tiba-tiba menghampiri Yuna. Makhluk kecil itu menarik tangan dan baju Yuna seolah-olah menyuruhnya ikut terbang bersamanya di atas danau yang indah itu.
"Apa sayap ini bisa terbang?" Tanya Yuna sambil menatap Adelion.
"Tentu, coba bayangkan kamu bisa terbang," Ujar Adelion.
Yuna menutup matanya membayangkan dia bisa terbang. Yuna membuka matanya dan melihat tubuhnya sudah melayang di atas tanah. Gadis itu tersemyum bahagia, tubuhnya terasa sangat bertenaga. Sungguh persaan ini sangat luar biasa menyenangkan, gadis itu kemudian terbang bersama makhluk kecil itu di atas danau. Tubuh Yuna seolah-olah bergerak sendiri, ia menari. Tarian ini sangat asing bagi otaknya tapi tubuhnya terasa familiar dengan tarian ini. Kaki Yuna menyentuh air sambil menari, sekarang dia terlihat menari di atas air.
Makhluk kecil itu mengelilingi Yuna yang sedang menari untuk menghiasi tarian gadis itu. Yuna lagi-lagi tersenyum ia larut dalam tarian itu. Adelion yang sudah sejak tadi menonton, pria itu duduk di bawah pohon bersama dengan harimau putih miliknya itu. Sudut bibir pria itu terangkat melihat Yuna yang selalu saja tersenyum dalam tariannya.
Tarian gadis itu berakhir. Makhluk kecil itu memberikan sebuah rangkaian bunga yang di bentuk menjadi sebuah mahkota yang indah. Mahkota bunga itu bercahaya ketika berada di atas kepala Yuna. Gadis itu tersenyum melihat mahkota yang indah itu.
"Terimakasih," Ujar Yuna sambil melemparkan senyuman manisnya.
Makhluk kecil itu kemudian menarik baju Yuna untuk ikut dengannya masuk ke dalam hutan. Yuna mengikutinya dan masuk bersama makhluk kecil itu. Gadis itu terkesima melihat sebuah pohon yang luar biasa besar itu, sangat indah di mata Yuna. Gadis itu melihat kebawah pohon sambil memicingkan mata untuk memperjelas bahwa ia tidak salah melihat ada sebuah desa kecil dibawah sana.
Makhluk kecil itu terbang kebawah, Yuna mengikutinya. Yuna lagi-lagi memasang wajah kagum melihat segerombolan mahluk kecil nan imut itu. Kaki Yuna menyentuh tanah lalu mulai memperhatikan aktivitas makhluk kecil itu dengan penasaran.
"Apa mereka keluargamu?" Ujar Yuna lalu di balas anggukan lucu dari makhluk kecil yang datang bersamanya tadi.
Yuna memperhatikan rumah makhluk kecil itu yang ternyata terbuat dari pohon dengan atap seperti jamur. Makhluk kecil itu sadar akan kedatangan Yuna lalu terbang mengitari Yuna dengan lucu. Gadis itu lagi-lagi tersenyum, entah sudah yang keberapa kali lagi. Hatinya senang, belum pernah ia merasakan rasa seperti ini. Sungguh ia belum pernah merasakan perasaan ini sejak sepuluh tahun lalu.
"Sangat lucu, ingin rasanya aku membawa kalian pulang," Ujar Yuna.
"Kau ingin itu?" Ujar Adelion yang tiba-tiba datang di sebelah Yuna.
Para makhluk kecil itu tiba-tiba bersembunyi di belakang Yuna dengan tubuh gemetar. Adelion saat ini sedang menatap tidak suka pada makhluk kecil yang selalu menempel pada Yuna. Pria itu kesal lalu memberikan tatapan tajam yang mampu membuat para makhluk kecil itu gemetaran.
"Yak, kau membuatku kaget saja," Ujar Yuna sambil mengelus dadanya.
Pria itu lalu mengambil satu mahluk kecil itu dan mulai memperhatikannya. Yuna menatap tak suka pada Adelion yang membuat mahluk kecil yang imut itu gemetar hebat lalu menagis. Yuna merampasnya dari tangan Adelion lalu memberikan tatapan tajam pada pria itu.
"Perela," Ujar Adelion.
"Maksudnya?!" Ujar Yuna sambil memiringkan sedikit kepalanya.
"Nama mahluk jelek itu Parela, sihirnya adalah tanaman," Jelas Adelion dengan wajah datarnya.
"Wah, apa dia bisa menumbuhkan tanaman?" Tanya Yuna.
"Dia tidak bisa, mereka hanya bisa membuat tanaman yang layu menjadi subur. Bisa di bilang mereka itu hanya pupuk untuk tanaman," Jelas Adelion lagi.
Pria itu lalu merapalkan sesuatu sekali lagi hingga seekor kucing muncul dan berubah menjadi manusia. Kucing itu adalah kucing yang dia lihat di rumahnya dulu di bumi.
"Salam nona. Aku adalah Sarfaras dari bangsa kucing," Ujar nya lalu membungkuk pada Yuna.
"Dia bisa menjelaskan semua yang ingin kau tau tentang dunia ini," Ujar Adelion.
Yuna memberikan senyuman pada Sarfaras. Pria itu terkesima melihat senyum Yuna yang indah itu. Adelion menatap tak suka pada bawahannya yang lancang menatap Yuna, mata Adelion berubah merah lalu tiba-tiba Sarfaras sujud seketika.
"Apa yang kau lakukan di sana Sarfaras?" Tanya Yuna pada Sarfaras yang baru saja bersujud di hadapannya.
Adelion lalu menarik pinggang Yuna membawanya naik ke atas macan putih dan meninggalkan Sarfaras yang masih bersujud di sana tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Hei, kenapa kau meninggalkan Sarfaras? dia masih bersujud di sana," Ujar Yuna.
Adelion tak peduli, pria itu masih diam menatap datar pada Yuna. Tiba-tiba Adelion mendaratkan bibirnya pada bibir Yuna. Itu hanya sebuah kecupan tanpa ada nafsu sedikit pun. Adelion hanya menempelkan bibirnya di bibir Yuna lalu melepaskannya dalam beberapa detik.
Kecupan itu sangat singkat tapi mampu membuat pipi Yuna memerah seperti tomat. Tak bisa ia sangkal kejadian itu membuat jantungnya maraton secara tiba-tiba. Yuna diam sambil bermain dengan pikirannya sendiri. Selama perjalanan tak ada percakapan antara keduanya hingga mereka tiba di istana.
"Kamu tidak boleh lagi keluar dari area istana," Ujar Adelion lalu pergi.
***
Selama satu minggu Yuna hanya dia di dalam istana. Makan, tidur dan mandi adalah rutinitas harian gadis itu. Yuna menghela nafas entah sudah kesekian kalinya. Tiba-tiba seekor kucing muncul di hadapan Yuna, kucing itu adalah Sarfaras.
"Aku ingin bertanya sesuatu, apa boleh?" Ujar Yuna yang di balas anggukan dari kucing itu.
"Kenapa Adelion tidak memiliki ekor atau telinga seperti hewan?" Tanya Yuna.
"Tuan itu adalah bangsa Vampir yang bisa sihir, hanya ada beberapa vampir di dunia ini dan setiap vampir memiliki kekuatan yang luar biasa kuat dari kami yang bangsa Nathel, bangsa setengah manusia dan hewan tidak bisa melakukan sihir. Hanya ada beberapa saja yang bisa tapi itu jauh lebih lemah di bandingkan dengan milik bangsa vampir," Jelas Sarfaras.
"Apa! vampir?! Apa dia juga punya taring dan meminum darah?" Tanya Yuna yang kaget mendengar penjelasan Sarfaras.
"Ah, biar aku ceritakan saja supaya nona bisa mengerti," Ujar Sarfaras.
"Jadi bangsa vampir itu adalah nama kutukan bagi bangsa Astaka yang merupakan bangsa terkuat di dataran Peratelan ini, mereka mendapatkan kutukan dari seorang peri. Nenek moyang mereka dulu pernah membunuh seorang peri yang menyebabkan sang Ratu peri memberikan kutukan pada semua bangsa Astaka. Karena kutukan itu perlahan bangsa astaka mulai mendapatkan banyak malapetaka. Populasi mereka menurun drastis dan menjadi langkah," Jelas Safaras.
"Kutukan itu masih belum bisa di putuskan hingga saat ini. Pada bulan merah para bangsa astaka harus meminum darah mereka sendiri dan merasakan kematian untuk sesaat, tapi setelah mereka bangkit tubuh para bangsa astaka menjadi dingin seperti es."
"Jadi itulah kenapa bangsa astaka di sebut vampir," Ujar Safaras.
Yuna diam tak lama akhirnya tidur kerena cerita panjang dari Safaras. Gadis itu hanya mendengarkan sebagai cerita dari Safaras. Adelion mendekat pada Yuna yang sudah tertidur lelap, sementara Safaras segera pergi meninggalkan keduanya.
"Maafkan aku," Ujar Adelion lalu meninggalkan Yuna yang masih tertidur.
Adelion masuk dalam ruangan yang sangat megah dengan sombongnya lalu duduk di singgasana yang terlihat indah itu. Semua yang ada dalam ruangan membungkuk hormat pada Adelion. Pria itu kini sedang fokus mendengarkan ucapan seorang utusan dari kerjaan peri.Disisi lain Yuna sedang sibuk jalan-jalan di taman istana. Bella yang merupakan pelanyan pribadi Yuna terus saja memberikan nasehat untuk kembali ke kamar. Gadis itu tak peduli, taman ini indah dan sangat ajabi mana mungkin Yuna akan melewatkan hal ini. Tiba-tiba sesuatu yang kecil melompat ke arah Yuna."Wah, apa ini?" Ujar Yuna sambil melihat Seekor katak yang memiliki sayap.Gadis itu langsung mengikuti katak itu. Yuna baru pertama kali melihat katak terbang, Sungguh katak yang bisa terbang sangat menarik untuknya. Yuna terus mengejarnya hingga tak sadar ada seseorang yang berjalan mendekat padanya.BrakkkYuna jatuh terduduk, sekarang
"Kau akan di kurung di sini!" Ujar Adelion sambil merapalkan sebuah mantra.Adelion mendorongnya dengan kasar membuat gadis itu jatuh terduduk. Pergelangan tangan Yuna terlihat lebam kerena Adelion yang menariknya dengan kasar."Kau harus patuh padaku!" Ujar Adelion dengan tatapan dinginnya.Yuna masih melihat pria itu dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Mata Adelion berubah berwarna merah ketika melihat Yuna yang menatapnya dengan wajah kesal. Pria itu masih menatap gadis di hadapannya dengan dingin, tak ada raut kasihan melihat gadis di hadapannya yang sedang menagis."Kenapa aku harus patuh padamu? Aku bukan budakmu!!" Bentak Yuna memandang Adelion dengan air mata yang berhasil lolos.Adelion lalu mencekik leher Yuna sambil menabrakkan tubuh gadis itu ke dinding. Pria itu kesal dengan Yuna yang memberontak padanya. Gadis itu sudah hampir kehabisan nafas tapi Adelion masih enggan melepa
"Ajari aku sihir" Ujar Yuna dengan wajah serius. "Jika aku mengajarimu apa yang akan aku dapatkan?" Ujar Fairuz. "Apa yang kau inginkan dariku?" Ujar Yuna. "Hmm tunggu, kamu tidak cantik, tidak pintar, tidak seksi dan jelek, aku membutuhkan waktu untuk memikirkan yang aku inginkan dari kamu" Ujar Fairuz memasang wajah bingungnya. 'Dia mengejekku, dasar aneh!' "Ah aku sekarang tau, temani aku saat tidur" Ujar Fairuz dengan senyuman. Tiba-tiba Yuna memukul kepala Fairuz. Wajah gadis itu sekarang sudah memerah seperti tomat. Yuna lalu menendang dan memukul Fairuz, kini pria itu sudah di tidur di lantai dengan banyak pukulan dari Yuna. "Dasar mesum!!" Ujar Yuna mulai melempar banyak benda ke arah Fairuz. Pria itu sudah tidak tahan hingga ia memilih berteleport keluar dari kamar Yuna. Pria itu meringis pada sekujur tubuhnya yang di pukuli oleh Yuna. Fairuz lalu mulai memperbaiki pakaian dan rambutnya yang sudah berantakan it
"Cepat nona, kita harus memilih hewan pelindung kita," Ujar Bella menarik Yuna ke sebuah tempat."Iya, bukannya hewan itu yang memilihkan kita?" Ujar Yuna."Walau begitu kita harus cepat datang agar hewan itu memilih kita lebih dulu," Ujar Bella.Yuna manatap kagum pada semua hewan yang ada di area paralel ini. Mereka masing-masing memiliki ukiran di tubuhnya yang memandang kekuatan yang di miliki hewan-hewan itu. Yuna masih belum menemukan hewan penjaga miliknya, setiap Yuna mendekati hewan-hewan itu maka mereka langsung bergetar dan berlari dari Yuna. Seolah-olah Yuna adalah predator mereka."Tidak ada yang memilih aku, sebagai tuan mereka," Ujar Yuna melihat Bella yang asik dengan hewan penjaga miliknya yaitu kelinci penjaga.Hewan milik Bella terlihat imut dan bahkan lebih lucu dari kelinci di bumi. Yuna bahkan berfikir alasan para hewan menghindarinya adalah kerena dia tidak setengah hewan atau berasal dari bangsa manusi. Yuna membuang nafas p
Acara berburu kemarin di tunda, seorang gadis masih sibuk mendekati para hewan penjaga. Kini Yuna hanya diam saat lagi-lagi tak ada hewan yang ingin mendekat padanya. Besok adalah hari pelaksanaan berburu tapi gadis itu malah memilih untuk duduk sambil bermain dengan kelinci yang menyimpan jiwa Bella. "Kenapa tidak ada yang memilihku? Apa aku terlihat jelek?" Ujar Yuna. "Bella cepatlah sembuh, aku bosan tanpa kau," Ujar Yuna. Kelinci itu lalu mengelus tangan Yuna seolah mengerti maksud gadis itu.Yuna tiba-tiba mendengar sesuatu yang seperti memanggilnya. Gadis itu akhirnya memutuskan untuk mencari suara itu saat rasa penasarannya mulai meresahkan hatinya. Suara itu semakin keras saat Yuna berada di sebuah taman yang sangat tua dan terlihat tidak pernah di datangi oleh siapapun.Yuna masuk dalam taman itu dan sampai di sebuah Vila yang di penuhi lumut seperti tak ada yang pernah mengurus villa itu.
Hari ini adalah hari berburu. Satu persatu para bangsawan masuk ke dalam sebuah portal dan sampai di hutan Azka yang merupakan hutan paling subur dan kaya di dataran ini. Semua orang mengendarai hewan penjaganya masing-masing dengan bangga.Yuna datang terlambat karena kesiangan, gadis itu datang bersama dengandengan Azura. Yuna masuk sambil duduk di atas sebuah rubah putih keren paksaan dari Azura sendiri. Perlahan semua orang melihat gadis itu dengan tercengang."Apa aku tidak salah lihat? Gadis itu menunggangi hewan suci legenda?" Ujar seorang bangsawan."Dari yang aku dengar semua hewan suci sangat sombong dan tidak akan mau menurut pada tuan yang lemah.""Tapi aura gadis itu saja tidak ada, mana mungkin hewan suci itu mau melakukan kontrak?"Yuna turun dan merasa tidak enak dengan semua bangsawan yang melihatnya. Tiba-tiba Adelion tiba membuat semua perhatian tertuju padanya, pria itu sedang duduk di atas seekor Harimau putih yang cukup besar
Yuna duduk bersama dengan bangsa Atarel, mereka menyambut Yuna dengan sangat gembira dan berterimakasih atas pertolongannya itu. Api kini menjadi pencahayaan mereka malam ini, Yuna lalu melirik tubuh Adelion dengan luka di punggungnya yang sudah di balut kain bersih."Tenang saja, dia akan baik-baik saja. Obat yang di buat tetua kami sangat membantu menyembuhkan luka" Ujar Star."Aku tidak mengkhawatirkan dia, huh" Ujar Yuna memalingkan kepalanya.Luka di lengan Yuna sudah di balut kain sama seperti Adelion. Kini gadis itu sedang sibuk memandang api dengan pikiran yang melayang kemana-mana. Perlahan Adelion bangun lalu duduk di sebelah Yuna dengan santai dan tampa beban. Yuna akhirnya sadar dari lamunannya saat merasakan ada seseorang yang duduk di sebelahnya.Yuna refleks menjauh dari Adelion, pria itu menatap bingung pada Yuna yang menjauh darinya. Adelion lalu melemparkan senyuman pada Yuna yang membuat
Yuna kini sudah kembali ke istana. Gadis itu kini sedang minun teh bersama Fairuz, pria itu tiba-tiba muncul dan mulai merengek pada Yuna untuk minum teh bersamanya di taman. Setelah kembali dari hutan Azka kini Adelion memiliki kesibukan yang Yuna tidak tau itu apa. Tebakan gadis itu hanya satu yaitu masalah kerajaan Emerlan. "Ada apa? Tumben kau datang secepat ini," Ujar Yuna. "Di istana peri akan di adakan pertarungan sihir, pertarungan sihir hanya di adakan sekali selama 100 tahun. Pemenangnya bisa meminta apa saja pada sang ratu" Ujar Azura dengan semangat. "Lalu?" Tanya Yuna. "Semua kerjaan akan hadir ke acara sihir itu. Akan ada yang mewakili setiap kerajaan dalam lomba itu, kau bisa ke sana dan menonton jika kau mau," Ujar Fairuz. "Aku tidak bisa, aku tidak terlalu suka berada di keramaian," Ujar Yuna. "Kau yakin? Semua orang tau kerjaan peri memiliki sejarah