Semua Bab My Teacher My Husband: Bab 11 - Bab 20
148 Bab
BAB : 11
ini adalah hari minggu, hari di mana saatnya Kim dan Alvin pindah ke rumah baru yang sudah disiapkan Alvin. Ia tak menyangka, kalau Alvin akan mengeluarkan uang segitu banyak hanya untuk membeli sebuah rumah."Kimmy Sayang ... baik-baik ya, di rumah yang baru. Jangan cengeng, jangan manja, jangan nakal, jangan suka keluyuran, jangan bikin masalah, jangan buat Alvin susah," pesan Jessica yang seolah-seolah putrinya adalah anak SD yang mau pergi pramuka."Mama apaan, sih? Harusnya Mama sedih gitu anaknya mau pindah. Ini apaan coba, nggak banget deh Mak gue," dengus Kim tak terima.''Nggak boleh bicara gitu sama orangtua," ingatkan Alvin akan ucapan yang digunakan sang istri."Kakak mah, sama aja kayak Mama. Cerewet," gerutunya."Udah-udah. Kalau kamu heboh terus sama Mama, kapan berangkatnya." Giliran William yang  mengomeli putrinya."Ya udah. Kalau gitu kita berdua p
Baca selengkapnya
BAB ; 12
Sesampainya di sebuah pusat perbelanjaan ternama yang merupakan milik keluarga Alvin, mereka berdua pun masuk ke sebuah cafe dan memesan makanan."Kamu kenapa, masih mikirin ciuman tadi? Apa mau kita ulang?" tanya Alvin menggoda. Kesal, dengan sengaja Kim malah menyikut lengan suaminya itu. "Udah, jangan bahas ciuman-ciuman lagi," dengusnya. Alvin malah tersenyum mendengar ocehan Kim yang menurutnya sangatlah lucu.'Dia senyum. Ah, mungkin cuma gue cewek yang paling beruntung bisa nyaksiin si Mr.killer senyum kayak gini,' batin Kim memandang fokus ke arah Alvin. "Jangan memujiku dalam diam," ucap Alvin.Kim sedikit tersentak saat pikirannya di ketahui Alvin. "Apa? Siapa yang memuji? Pede sekali," balas Kim mengelak."Terserah, karena aku tahu isi hatimu, Kim.""Ish, tidak sopan." Kim memberungut."Oiya, aku mau bilang makasih sama kamu,'' ujar Alvin mengubah topik pembicaraan. Terus membahas, justru malah membuat situasinya dengan gadis i
Baca selengkapnya
BAB : 13
Di mobil, Kim masih shock dengan kejadian barusan. Ia membayangkan, entah apa yang terjadi kalau kedua sahabatnya itu sampai tahu tentang hubungannya dan Alvin. "Maaf, Pak ... ini kita langsung pulang?'' tanya Kim pada sopir. "Iya, Non. Bapak memerintahkan saya untuk mengantar Non pulang sampai ke rumah," jelasnya masih sambil mengemudi. Setelah 15 menit perjalanan dari sekolah menuju rumah, akhirnya sampai juga. "Makasih, Pak,'' ucapnya pada sopir saat sampai di tujuan. Oke, setengah hari yang membosankan pun akan dimulai. Ya, di rumah yang segede GOR ini, ia cuma sendirian. Bayangkan saja, nggak ada satpam, nggak ada asisten rumah tangga, nggak ada tukang kebun, benar-benar sendirian.
Baca selengkapnya
BAB : 14
Pagi ini seperti biasa, Kim sekolah, dan Alvin mengajar. Satu lagi yang lebih membuat ia kesal pada Alvin. Dia pelit banget ngasih bocoran ulangan yang bakal dikasih di kelas. Parah, kan? Apa gunanya punya suami yang berprofesi guru, ngasih bocoran sebiji aja nggak dapat."Pagi.""Pagi, Kim," jawab Hani dan Jeje yang sedang asik bergosip ria."Lagi ngebahas apaan, sih? Ada gosip terbaru?" tanya Kim ikutan antusias."Mr.killer," jawab Jeje dan Hani serentak"Memangnya Pak Alvin kenapa?" tanya Kim ikut penasaran. Yakali aja ada berita penting gitu."Cie cie ... tumben amat antusias gitu nanyainnya," ledek Jeje."Lah, kan cuma pingin tau doang. Kalau mau jawab, sok. Kalau enggak, ya udinlah," terang Kim tak terlalu peduli."Gini, Kim ... denger-denger, nih, Pak Alvin itu udah tunangan," ucap Jeje."Astaga!" Kaget Kim. Kali ini kagetnya kebangetan..Apa jangan-jangan semua rahasianya dan Alvin bakalan terbongkar?
Baca selengkapnya
BAB : 15
Pada saat yang bersamaan, tiba-tiba Pak Rudi masuk kelas. Padahal saat itu bukanlah jadwal mata pelajaran beliau. Apa beliau mulai rada pikun gara-gara faktor U, hingga salah masuk kelas.  "Loh, kok Bapak?" tanya Dylan. "Saya ke sini cuma mau ngasih tugas yang dititipkan bu Dina tadi sama Pak Alvin. Tapi karna Pak Alvinnya agak sedikit nggak enak badan, jadi saya yang bawa ke sini tugasnya," jelas Pak Rudi menjelaskan. "Habis ngomelin lo, Pak Alvin langsung pusing, Kim. Keren," puji Jeje sambil bertepuk tangan. "Pusing dari mana, perasaan tadi nggak kenapa-kenapa," gumam Kim. "Pak Alvin pusing kenapa ya, Pak?"  "Saya boleh lihat nggak, Pak?" "Aduh, yayang mbeb gue kenapa, ya.'' "Astaga. Apa-apaan coba mereka semua," dengus Kim saat mendengar rentetan bentuk rasa perhatian para cewek cewek. 
Baca selengkapnya
BAB : 16
Di tempat lain, Jeje dan Hani ternyata juga berada tak jauh dari keberadaan Kim dan Alvin. Tapi mereka semua sama-sama tak mengetahuinya. "Nggak seru kalau nggak ada Kim," keluh Hani. "Iya. Nggak ada yang traktirin kita makan," tambah Jeje. Mereka berdua sudah seperti anak yang lagi bingung, dan nggak tau arah jalan pulang. Mereka tanpa Kim, hanya butiran debu. "Lagian tu anak kemana, sih. Udah ditelfonin dari tadi nggak di jawab-jawab," dengus Hani. "Entahlah. Udah tidur mungkin. Mending kita makan yuk, laper nih," ajak Jeje. "Yuklah," setuju Hani. Pada saat hendak masuk ke dalam sebuah cafe, tiba-tiba Jeje kembali menarik Hani untuk keluar lagi dari cafe. "Aduh, Je. Lo apaan, sih, kok keluar lagi? Katanya mau makan," kesal Hani dengan tingkah Jeje. "Ya ampun, Han. Mata gue nggak salah kan, ya." Histeris Jeje dengan tampang tak percayanya. "Lo kenapa, sih. Mabok? Atau jangan-jangan lo kesambet?"
Baca selengkapnya
BAB : 17
Pagi ini cuacanya sangat cerah, secerah hati Kim. Karena hari ini, free. Bukan berarti nggak sekolah, tapi nggak ada ulangan maksudnya. Ditambah lagi hari ini adalah hari ulang tahunnya. Bertambah umur, bertambah usia. Intinya sama saja. Kira-kira ia bakalan dapat hadiah apa ya, dari Alvin. Ngarep? Yap, entah kenapa ia sangat berharap mendapatkan sesuatu dari Alvin. "Pagi," sapanya pada Alvin yang sudah berada di meja makan sambil membaca koran. Ia pun segera menyiapkan roti untuk sarapannya bersama Alvin. "Kak, mau ke kantor atau ke sekolah?" tanya Kim sambil memakan sarapannya. "Kantor." "Hari ini nggak ngajar?" "Nggak ada jadwal." Tak ada percakapan lagi, Alvin segera menyantap roti yang sudah disiapkan oleh Kim. Setelah selesai sarapan merekapun berangkat. Alvin mengantarkan Kim terlebih dahulu ke sekolahnya. "Aku masuk dulu," pamit Kim sambil sambil mencium punggung tangan Alvin, dan hendak langsung keluar
Baca selengkapnya
BAB : 18
Alvin langsung membekap mulut Kim dengan tangannya, saat suara Kim yang cempreng itu mengusik pendengarannya."Ini aku. Jadi, nggak usah pake acara teriak-teriak segala," ujar Alvin sambil melepas bekapannya di mulut Kim."Kak, kalau masuk itu ketuk pintu dulu," dengus Kim."Kenapa aku harus ketuk pintu  dulu? Apa karena ini kamarmu?""Nah, itu tau.""Tapi aku ini suamimu. Jadi, aku tak harus ketuk pintu ataupun minta ijin dulu untuk masuk ke sini. Kamarmu adalah kamarku juga, paham," jelas Alvin."Iya, iya tau, suamiku," balas Kim dengan nada cemooh."Sekarang, ayo kita pulang," ajaknya."Aku nggak mau," tolaknya."Kim.""Ih, suka maksa banget," kesal Kim langsung bangun dengan malasnya. Ia langsung menyambar seragam dan tas sekolahnya, kemudian mengikuti langkah Alvin keluar dari kamar."Bik, kita balik dulu, ya," pamit Alvin pada bibik."Iya, Den," sahut Bibik."Dan makasih banyak ya k
Baca selengkapnya
BAB : 19
 Kim sudah galau menanti hasil ulangannya. Ia berharap nilainya akan bagus. Kalau tidak, tak ada yang namanya ikut camping. Sungguh menyedihkan."Kantin yok," ajak Jeje."Bentar, gue mau nelfon Kak Alvin dulu," ujar Kim sambil mondar-mandir di hadapan Jeje dan Hani, dengan ponsel yang bertengger di telinganya."Mau ngapain?""Mau nanyain nilai gue barusanlah," jawab Kim.Kim mulai memasang wajah kesalnya. "Euhh, udah berapa kali gue hubungin, tapi nggak dijawab sama sekali. Dia kemana, sih," geram Kim."Ketiduran, mungkin," terka Jeje."Seorang Alvin, ketiduran? Ah, mustahil. Bisa diibaratkan sampe ayam jantan bertelur pun, ia nggak akan tidur di jam sibuknya," jelas Kim. "Kalian duluan aja ke kantin. Gue mau ke ruangannya dulu," jelas Kim sambil berlalu pergi dari hadapan kedua sahabatnya."Yah, nggak jadi dapat traktiran dari Kim," keluh Hani. Kim bergegas menuju ruangan Alvin dan langsung me
Baca selengkapnya
BAB : 20
"Nama lo udah terdaftar jadi salah satu peserta camping," jelas Hani dengan semangat ber-api. Sampai-sampai air liurnya muncrat kemana-mana. Kapan-kapan harus sedia payung sebelum hujan."Hah, kok bisa?""Ya mana gue tahu, gue kan tempe," balas Hani dengan candaannya yang garing.''Apa jangan-jangan Kak Alvin yang ngedaftarin gue. Tapi, bukannya tadi bilangnya ulangan belum di periksa," pikir Kim."Terserah siapa yang daftarin, yang jelas lo udah pasti ikut besok," terang Jeje yang diangguki oleh Kim.Di saat yang bersamaan, tiba-tiba ponselnya berdering pertanda ada pemberitahuan pesan masuk. Ia segera merogoh sakunya, dan menatap ke layar hp. *Suami nyebelin.-Aku udah minta supir jemput kamu di sekolah. Nanti jam 7 kita ketemu di cafe.""Mau ngapain?" gumam Kim sambil membalas pesan Alvin.-Ngapain ke cafe?Beberapa menit ia menunggu balasan pesan dari Alvin, tapi tak kunjung datang."
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status