Semua Bab With Mr. Old: Bab 41 - Bab 50
55 Bab
Bab 40 - Kebaikan Liam
"Rose, di mana akal sehatmu?!" Marlon berteriak memasuki sebuah Apartemen.Menoleh kaget Rose bangkit saat melihat pamannya datang, lalu bertanya bingung. "Ada apa kau menemuiku?""Aku tidak habis pikir kau membiarkan Liam membawa Belle pergi."Urat-urat di wajah Marlon menegang, ini kali pertama Rose melihat pamannya sangat marah. Lelaki yang selalu memanjakannya dulu, sekarang berteriak seperti kesetanan. Menghela napas lelah akhirnya Rose berani membalas tatapan Marlon yang berapi-api. Semenjak menikah pamannya itu memang tidak lagi seperti dulu, bahkan mereka jarang bertemu. Pertemuan keduanya terjadi karena acara keluarga atau ada keperluan yang lain, dan kali ini kedatangan Marlon khusus untuk memarahinya. Itu sangat menyebalkan."Salahmu sendiri, Paman, kenapa istrimu bisa mau diajak pergi dengan orang lain?!""Rose, aku bertanya kepadamu!""Aku tidak peduli." Rose balas berteriak.Mengacak rambutnya yang gondrong
Baca selengkapnya
Bab 41 - Rose membenci Marlon
Seperti pagi biasanya Belle bangun lebih awal untuk mempersiapkan sarapan, meski hari ini William tidak pergi sekolah tentu tidak mengubah apapun. Tugas seorang ibu akan tetap ada, memenuhi kebutuhan anaknya dan membersamainya dalam setiap waktu. Urusan hati dan pikiran yang kacau Belle enyahkan jika sedang berhadapan dengan William. Bagaimanapun caranya Belle ingin selalu terlihat ceria di depan sang anak, tersenyum dan tertawa gembira."Pagi, Sayang." Mengecup kening sang anak, sambil lalu Belle merapikan selimut yang bergelung."Mom, apa hari sudah siang?" tanyanya dengan sebelah mata mengintip, Belle pun mengangguk.Sontak William bangkit, dan melotot."Kenapa kau tidak membangunkanku, Mom? Ada upacara bendera hari ini, dan aku harus datang lebih awal.""Untuk sementara waktu William temani Mom di sini ya, dan libur sekolah." Dengan lembut Belle berkata, menatapnya sangat hangat. "Kau tidak keberatan kan?""Tentu saja tidak, Mom." Willia
Baca selengkapnya
Bab 42 - Gugatan cerai
Gugatan perceraian sampai pada meja kerja Marlon, entah siapa yang mengirimnya, yang jelas surat itu membuat hidupnya bertambah suram. Meremas rambutnya yang gersang Marlon terduduk dengan pandangan kosong. Harapannya mempertahankan Belle mungkin tidak ada lagi, tetapi untuk mengambil hak asuh William jalan untuknya terbuka lebar. William jauh lebih berhak jatuh padanya. Jika, Belle ingin pisah darinya, maka dirinya juga harus siap berpisah dengan William. Kedudukan dan statusnya sebagai ayah kandung jauh lebih besar daripada seorang ibu. William anak laki-laki yang akan menjadi penerus generasi Exietera. "Aku baru saja menandatangani gugatan perceraian yang dikirim untukku, secepatnya aku akan datang ke persidangan." Marlon berkata pada Victoria, percaya atau tidak hanya keloyalannya yang selalu menemani. Hari-hari terburuk Marlon seakan menjadi hal yang biasa saja ketika ada Victoria. "Apa kau akan menikahiku setelah bercerai dengan Belle?"
Baca selengkapnya
Bab 43 - Suprise!!!
"Sebagai permintaan maaf Mommy, hari ini Mom akan mengajak William main seharian di luar." Dengan wajah yang berseri-seri Belle mendekati anaknya, lalu dia mengecup kening William."Mom, maafin William yaa," katanya sambil menyeka sisa air mata yang menempel.Belle hanya mengangguk, dan tersenyum lebar.Tidak jauh dari mereka dokter Liam tersenyum melihat tingkah keduanya, sejak mengenal Belle, dan menjadi ayah pengganti William hidupnya jadi lebih bewarna. Mencintai dan mengasihi dengan segenap hati, meski Liam tidak tahu entah sampai kapan, tetapi yang jelas selama Belle menghargai dirinya dia akan bertahan."Ayaah, kita akan pergi ke mana?" tanya anak yang berusia lima tahun itu, tatapan William yang polos membuat setiap orang gemas melihatnya."Kita pergi ke suatu tempat yang disukai Mommy, bagaimana?" Liam menaikturunkan alisnya, lalu pria itu pun tertawa saat melihat tingkah William."Jangan beritahu, Mom, kita berikan dia suprise!" bisiknya begitu lucu, sedangkan Liam hanya men
Baca selengkapnya
Bab 44 - Memaafkan
Kembang api dinyalakan bertepatan dengan matahari terbenam, seluruh pengunjung yang menyaksikan langsung bersorak gembira, tetapi tidak dengan Belle. Perasaannya yang muram seketika bertambah suram, saat tidak sengaja melihat Liam mencium bibir Rose. Hati kecil Belle mengkerut, meski menurutnya dia tidak berhak iri apalagi cemburu.Bukankah dia sendiri yang mengundang Rose?"Mommy, ayoo!" William menyeret sang ibu, rautnya begitu bahagia seakan tidak ada beban."Aduh, Mom sepertinya ingin beristirahat dulu," kata wanita bertubuh mungil itu, sambil mengatur napas yang berpacu cepat. "William main sendiri tida apa-apa kan?"Anak bermata cokelat itu pun mengangguk, lalu dia melambaikan tangannya ke arah Belle yang memilih duduk di dalam pondok.Meneguk sebotol air yang baru saja dibelinya Belle benar-benar tampak kelelahan, hati, fisik, dan pikiran, semuanya bercampur menjadi satu. Entah kenapa Belle merasa sangat sedih menghadapi perpisahan kali ini, bahkan dia terus mengingat paman Mar
Baca selengkapnya
Bab 45 - Bercocok tanam
Wajah Belle merah padam menahan tangis, sungguh, dia tidak ingin terlihat sengsara di hadapan Paman Marlon setelah dirinya meninggalkan rumah. Dengan gusar Belle menatap ke arah lain, berusaha bersikap tenang meski perasaannya sudah tidak keruan.Hatinya sudah terlalu sakit, dan memaafkan Paman Marlon tidaklah mudah."Maaf, Paman, aku tidak bisa.""Haruskah aku bersujud dan mencium kedua kakimu seperti waktu itu?""Tidak." Menggeleng cepat, otomatis Belle melangkah mundur menjauhi Marlon.Pria berambut gondrong dan brewokan itu pun mendengus, bola matanya memerah karena pengaruh alkohol, tetapi Belle tahu jika Paman Marlon masih cukup sadar dengan tatapannya yang berkabut.Menyapu rambut ke belakang Marlon tampak kecewa, wajahnya begitu menyedihkan dengan tatapan yang masih mengarah lurus kepada Belle. Rasanya seperti mimpi, tetapi dia tahu jika ini adalah nyata.Tidak menyerah Marlon mengambil napas panjang dengan mantap, lalu dia kembali mendatangi Belle. Memegang kedua tangannya ya
Baca selengkapnya
Bab 46 - Rose cemburu
"Ugh, menyebalkan!" Belle mencibir Marlon yang tengah berolahraga di gazebo depan, sedangkan dia baru saja selesai dengan ritual mandinya.Pria memang seperti itu, katanya saja tidak akan melakukan apapun jika si wanita enggan, tetapi yang terjadi Paman Marlon tetap memaksanya untuk bercocok tanam.Sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, Belle mengamati Paman Marlon yang merenggangkan otot-otot tubuhnya, dia memang kelihatan seksi dan panas di usia yang tidak lagi muda. Mulai dari otot lengan, otot tubuh, sampai otot yang di bawah semua terbentuk dengan sempurna."Bell, kau sudah selesai, Sayang?" tanyanya sesaat mendapati dirinya yang bersandar di ambang pintu.Wanita itu mengangguk, Belle masih berdiam diri tanpa mengubah posisinya sedikitpun. "Sudah, dan aku sangat menyesal karena tidur denganmu tadi malam.""Menyesal atau nagih?" Marlon menyeringai lebar."Menyesal." Dengan wajah yang merah padam Belle membuang muka, dia paling tidak bisa jika Paman Marlon sudah menggodanya.
Baca selengkapnya
Bab 47 - Paman Marlon mesum
Mobil hitam milik Marlon berhenti di depan sekolah Internasional yang dipilihnya setahun lalu, King William begitu tampak ceria dan bersemangat, tentu setelah beberapa hari bolos sekolah karena suatu hal. Dengan wajah yang berseri-seri anak kecil itu melompat dari mobil, lalu melambaikan tangannya kepada sang ibu."Kau tidak jadi mengantarnya, Bell?" tanya Paman Marlon dengan bingung, karena Belle tidak kunjung turun menyusul William, bahkan dia malah membalas lambaian tangannya."Tidak jadi.""Loh, kenapa?" Marlon tampak berpikir, dia semakin bingung melihat tingkah Belle yang aneh."Aku ingin ikut ke Kantor bersama, Paman," jawabnya.Untuk seperkian detik Marlon terdiam, dia menatap tajam, lalu menggeleng dengan gusar."Kenapa, tidak boleh ya? Takut ketahuan selingkuh? Atau mungkin malu punya istri yang aneh begini." Belle mengomel seraya memajukan bibirnya yang tipis, terlalu kesal membayangkan berbagai persepsi yang baru saja dilontarkannya.Marlon menggaruk tengkuknya yang tidak
Baca selengkapnya
Bab 48 - Merenungi nasib
Dengan dagu yang terangkat tinggi Belle menghadap Victoria, tatapannya setajam silet, dan wajahnya yang manis seketika berubah sangar. Inilah wanita murahan yang telah menggoda Paman Marlon, dia pikir Belle takut dengannya. Oh tidak! Sekalipun Belle hanya ibu rumah tangga biasa dan tidak berpendidikan tinggi, dia termasuk wanita yang cerdas bahkan pemberani.Marlon menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia jelas bingung dan serba salah, terlebih lagi ini masih dalam kawasan Kantor.Seharusnya, Marlon tidak membawa Belle, tetapi karena istri kecilnya itu memaksa, jadi dia tidak ada pilihan selain mengikuti keinginannya yang aneh."Ayo, tadi katanya ada yang mau diomongin sama Victoria," ujar Belle sambil melipat tangannya di dada, dia mendorong pundak Paman Marlon ke arah Victoria yang syok melihat kehadirannya.Pria itu mengangguk, lalu dia melewati Belle, dan duduk bersebelahan dengan Victoria. "Bagaimana dengan rapat pagi ini, Vic?""Semuanya berjalan baik, Tuan, hanya saja mereka
Baca selengkapnya
Bab 49 - Mandi bareng?
Dengan sempoyongan Marlon pulang sedikit larut, untuk menghilangkan stres yang menikam kepalanya dia berhasil menghabiskan dua botol alkohol, dan sedikit hiburan. Telepon sengaja dia matikan, Marlon seakan lupa akan janjinya yang baru kemarin dia tangguhkan. Perkataan Miller saudaranya itu cukup mempengaruhi, sehingga Marlon menjadi pusing."Kau habis dari mana saja, Paman?" tanya Belle yang berdiri di ambang pintu, wajahnya begitu merah membara."Aku habis bertemu dengan Miller," jawab Marlon."Ayahnya Rose?" Wanita itu bertanya lagi, kali ini Marlon hanya mengangguk, lalu melewati Belle begitu saja. "Kenapa kau tidak membawaku ke rumah Ibu mertua, aku kan juga ingin berkunjung menemuinya.""Aku hanya bertemu dengan Miller." Dia menegaskan, seraya mengambil handuk yang menggantung di rak.Menghela napas lelah Belle hanya menatap kepergian Paman Marlon, lalu menghilang di balik pintu kamar mandi. Entah apa yang merasukinya? Terus terang, Belle merasa bingung dengan sikapnya Paman Marl
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status