Semua Bab THE DUKE WILLIAM ( 9 ISTRI ): Bab 41 - Bab 50
106 Bab
ANCAMAN DARI WILLIAM
"Biarkan aku saja yang berikan!" sahut Brianna. Tak ada seorang pun, yang bermaksud untuk membantunya. Namun, bagi Brianna hal ini merupakan sebuah kesempatan emas. Agar mereka bungkam. Dan tak banyak tanya lagi.    "Minumlah Nyonya Floy!" tegas Brianna.  "Iya, sini biar aku minum!" Suara Beatrix terdengar benar- benar lemah. "Kenapa Nyonya Brianna diam?" tanya Neva. Melihat Briannna yang terpaku oleh gelas yang hendak diberikannya pada Beatrix.  Seketika pertanyaan Neva membuat Brianna tersadar. Buru-buru dia memberikan pada Beatrix. Dan menuntun untuk segera meminumnya. Tiba-tiba suara berat khas William mengejutkan mereka semua. Tak terkecuali Jill Anne. Tampak William sudah berdiri di ambang pintru mengarah pada Beatrix yang menghabiskan ramuannya. "Ehemmm! Kamu hamil Floy?" Pertanyaan yang langsung menohok. Membuat yang lainnya terdiam. Para wanita itu pun memberikan jalan bagi William untuk mendekati Beat
Baca selengkapnya
KEMATIAN DOKTER ASTON
Di pagi buta Ivy meninggalkan kastil tanpa sepengetahuan William. Sengaja dia berjalan tanpa menaiki kuda atau pun kereta. "Setelah keluar dari kawasan ini, aku akan mencari kereta." Cukup jauh dia harus berjalan di pagi yang masih gelap. Sampai menuju sebuah desa yang berada bersebelahan dengan desanya. Mentari pagi mulai menunjukkan sinarnjya yang ceria. Ivy pun bergerak sangat cepat mencari kereta untuk bisa sampai di desa rumah Beatrix semula. "Pak adakah seseorang yang memiliki kereta? Aku ingin menyewanya." Tanpa menjawab sama sekali. Bahkan untuk menoleh pun lelaki ini tidak. Dai hanya menunjuk ke sebuah rumah. Tanpa berkata-kata lagi. Ivy langsung berjalan menuju rumah yang dimaksud lelaki itu. "Hmmm, sepertinya pemilik rumah ini masih juga belum bangun. Mungkin aku harus tarik lonceng rumahnya lebih kencang," bisik Ivy. Teng teng! Terdengar suara seorang wanita yang berteriak padanya. "Hei! Kalau kau mencari Br
Baca selengkapnya
KEJAMNYA WILLIAM
Apa yang dikatakan oleh wanita tua itu. Bagaikan petir yang menyambar di siang bolong. Ivy teringat akan apa yang dikatakan oleh Jill. Serta ancaman William sewaktu di kamar Beatrix."Apakah memang William yang melakukan semua ini?" Suara Ivy terdengar lirih. Bryan berjalan mendekatinya."Apa ada suatu masalah Nona?""Ehhh, kita harus segera pulang. Antarkan aku pulang segera! Lewat pantai saja menuju kastil Edward Lily.""Kastil Tuan William?""Iya.""A-apakah Nona--"Lelaki itu menghentikan pertanyaannya. Lalu bersikap lebih kaku dan dingin pada Ivy. Tidak seperti semula. "Mendengar aku tinggal di kastil. Kenapa kamu seperti orang yang ketakutan Bryan?""Tidak, Nyonya."Ivy tersungging dingin. Lalu terkikik menahan geli."Panggil saja aku Nona, Bryan. Dan satu hal lagi, jangan bersikap formal denganku. Di sini tidak ada siapa-siapa.""Saya tidak mau berurusan dengan Tuan William."Kali
Baca selengkapnya
SEORANG PEMBUNUH
William menyeringai sinis dan licik. Seraya salah satu tangan, bergerak membuka pengait jendela. "Kalian tidak akan bisa mempermainkan aku. Yang ada aku akan permainkan mereka semuanya."Embusan asap cerutu, membubung tinggi. Melayang mengikuti arah angin yang membawanya pergi. Senyum tipis yang menghiasi wajah tampan William. Membuat lelaki ini semakin terlihat kejam."Kita lihat saja!" Suara William terdengar lirih, dengan senyum sinis yang mengembang.Tiba-tiba ...."Tuan ... Tuan William!" teriak Ester dengan raut wajah yang sangat tegang.Sontak membuat William geram padanya."Kenapa kamu berteriak seperti itu?""Tuan William! Nyonya Floy ... coba Tuan lihatlah Nyonya Floy.""Memangnya kenapa dia?""Dia berdarah sangat banyak. Dan terus berteriak Tuan.""Lantas, kamu memanggil aku?"Ester bagai tercekat. Tak bisa berkata apa-apa lagi. Melihat William yang tak peduli soal Beatrix Floy.
Baca selengkapnya
BEATRIX PENDARAHAN
Terdengar suara Beatrix Floy yang menggema ke seluruh lorong lantai tiga. Bahkan sampai ke lantai dasar. Bergegas Jill Anne dan yang lainnya berlarian menuju kamar Beatrix. "Ada apa ini Ester?" tanya Jill Anne terlihat panik. "Nyonya Floy mengalami pendarahan hebat, Nyonya Jill." "Apa? Pendarahan?" Tiba-tiba Sofia dan Sherley sudah berdiri di belakang Jill. Tak lama, Laurice pun datang menghampiri mereka. "Ada apa ini? Apakah tadi suara Floy?" Pandangan matanya melotot ke arah mereka. "Apa yang terjadi sama Floy?" "Dia mengalami pendarahan, Laurice," sahut  Jill Anne. "Bagaimana bisa?" Jill Anne memejamkan mata. Sembari menarik napas dalam. Lalu, berjalan memasuki kamar Beatrix. Tampak Brianna, Chloe dan Ivy sudah ada di sana. Tanpa banyak bicara, Jill Anne langsung menarik lengan Brianna, keluar kamar. "Ada apa Nyonya Jill yang terhormat? Anda sudah menarik lengan saya dengan sangat kasar!" tegas Brianna menunjukk
Baca selengkapnya
AKU TAHU
Pintu kamar dibuka dengan lebar. Dia berjalan mendekati Jill Anne yang sudah mengenakan pakaian tidur dan berbaring di ranjang."Ada apa, Ester?""Nyonya Ivy ingin bertemu dengan Nyonya. Sepertinya sangat penting sekali."Jill Anne memicingkan mata. Menatap tajam pada Ester yang juga tengah melihat ke arahnya."Sangat penting? Ini tentang apa Ester?""Maafkan saya Nyonya Jill. Saya juga kurang tahu."Sejenak Jill Anne berpikir."Suruhlah dia masuk!"Langkahnya bergerak cepat. Dan menghampiri Ivy di luar kamar."Silakan masuk Nyonya Ivy!""Terima kasih, Ester."Melihat Ivy yang berjalan mendekati ranjangnya. Jill pun duduk bersandar pada tumpukan bantal."Tutuplah kembali pintunya, Ester!""Baik, Nyonya."Lalu pandangan Jill beralih pada Ivy yang terlihat serius."Duduklah! Ada apa Ivy?""Aku sudah mengikuti saran kamu. Dan mencari tahu siapa lelaki yang menjadi kekasih Flo
Baca selengkapnya
HASRAT PANAS WILLIAM
Cumbuan dan rayuan William semakin menenggelamkan Ivy dalam pesona lelaki tampan itu. Setelah saling mendapatkan klimaks yang bergelora. William duduk bersandar, sembari memmainkan jemari tangan Ivy."Sayang, apa yang kamu lakukan di luar sana kemarin?"Tiba-tiba pertanyaan William begitu menohok jantungnya."M-maksud kamu apa Sayang? Aku enggak ada ke mana-mana."Mendapat jawaban yang tidak jujur. William menahan amarahnya.  Dengan tidak sabar, dia merenggut dagu Ivy. Serta menarik rambutnya yang ikal."Jangan pernah sekali pun kamu berbohong sama aku!""A-aku enggak bohong," tegas Ivy."Apa aku harus bilang Ivy? Atau aku perlu menampar kamu dulu, baru kamu mau bilang ... haaahhh?"Seketika Ivy terdiam. Dengan menahan gelora amarah yang memuncak. William terus mengintimidasi Ivy. "Kamu masih ingin berbohong?""Aaaahhhh! Sakit William!""Aku akan lepaskan asal kamu bilang dulu!""Baik, aku
Baca selengkapnya
BERADU KEKUATAN
Perlahan dia mendorong pintu besar yang ternyata tidak dikunci. Langkahnya berjingkat mendekati ranjang. Sepintas dia memandanga wajah manis dan eksotis. Yang selalu dia puja. Entah saat ini?Tanpa banyak gerakan dan bicara. William langsung menindinh tubuh itu. Membekap mulut sang wanita dengan bibirnya.   Sontak sang wanita terbangun dan terbelalak. Saat melihat wajah William sudah merapat di wajahnya. Bahkan bibir mereka saling bertaut. "Erghhh ... erghhh!""Diamlah kau, Jill!"Melihat William yang sudah berada di atas tubuhnya. Sekuat tenaga Jill mendorong sang suami. Bahkan dia terus meronta dan berteriak."Pergi Kamu!""Teriaklah sekencang mungkin. Tidak ada seorang pun yang berani datang ke sini. Apalagi aku sudah mengunci pintu, Jill.""Apa kamu belum puas juga dengan para wanita kamu itu? Kenapa masih ingin meluapkan hasrat bersamaku?"William memegang erat kedua tangan Jill hingga ke atas kepal
Baca selengkapnya
TAMPARAN KERAS PADA IVY
"Coba saja Jill. Yang ada dirimu akan makin tersiksa. Aku akan semakin membuat dirimu menderita!" Terdengar tawa William yang berlalu meninggalkan kamar Jill Anne. Deru napas Jill, semakin memburu. Dia segera turun dari ranjang. Dan pergi ke kamar mandi. Membersihkan noda yang telah ditinggalkan suaminya itu."Siapa yang saat ini berada di pihakku? Apa yang dikatakan William memang benar! Mereka begitu terpikat dan mencintai William. Siapa yang bisa aku ajak kerja sama selain Sofia dan Sherley?" gumam Jill Anne.Tampak Jill sedang berpikir keras. Entah rencana apa yang akan dia susun untuk sang suami. Yang telah membuat dirinya tak berkutik._Kamar Beatrix_Wanita cantik dengan hidung agak pesek. Terdengar merintih lirih. Dia masih terlihat kesakitan di bagian perut dan kewanitaannya.Raut wajahnya pucat dengan bibir yang mengering menahan sakit."Kamu sudah oke Floy?" tanya Ivy yang duduk di sebalahnya. Betarix hanya menggeleng
Baca selengkapnya
BRENGSEK
Jill Anne langsung mendorong Ivy dan menerjang dengan kuat. Sampai membuat Ivy mundur beberapa langkah. Hingga tubuhnya terdorong sampai membentur dinding kamar."Aaaahhh! Sakit, Jill!" Tampak Ivy terduduk di lantai.Langkah Jill berjalan mendekatinya. Dia menarik kerah leher baju tidur Ivy. Hingga dia terangkat berdiri."Bila kau berada di kubu William, kau akan celaka dan menyesal!" sentak Jill."Sepertinya kau mengancam aku, Jill?" serang Ivy nyalang. Lalu kedua tangannya bergerak mendorong ke arah Jill.Bugghh!Membuat cengkeraman tangan Jill pada kerah baju Ivy terlepas. Dan langkahnya terhuyung ke belakang."Hentikan! Keluarlah kalian kalau ingin bertengkar. Jangan di kamarku!" Suara Beatrix yang masih lemah dan parau sangat memaksa dirinya untuk melarang mereka. Tangannya bergerak ke atas mengarah pada pintu kamar."Keluarlah kalian semua!"Jill Anne langsung berjalan keluar. Tidak dengan Ivy. Yang masih berdiri t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status