Semua Bab THE DUKE WILLIAM ( 9 ISTRI ): Bab 51 - Bab 60
106 Bab
AJAKAN PESTA
Beatrix berusaha untuk bangkit dan duduk. Dia menanyakan apa yang dijelaskan olehnya."Kenapa bisa ladang gandum aku menjadi milik kamu?""Kenapa?""Kau ternyata berbakat jadi maling. Pencuri rendahan kau William. Aku tak akan pernah menerima hal ini. Ladang itu sampai kapan pun akan tetap jadi milik aku!"William hanya menyeringai penuh kejam. Lalu begitu saja meninggalkan Beatrix dalam luka."William, Tunggu! Williaaaam!" Namun teriakan Beatrix diacuhkannya. Lelaki itu terus melenggang pergi. Membuat hati wanita meradang, hancur dan terluka.Sekitar lima menit berlalu. Jill Anne sudah berdiri di samping tempat tidur. Lalu duduk di samping Beatrix."Bukannya dulu kamu pernah aku ajak kerjasama Floy?""Aku lupa!""Serius, kamu lupa? Apa kamu akan membviarkan William merebut semuanya dari kamu? Aston mati karena hubungan kalian. Dan kamu akan tetap diam?" "Lalu, apa yang harus aku lakukan, Jill?"
Baca selengkapnya
LUKA DI WAJAH BRIANNA
_Tiga hari berlalu_ Terdengar derap langkah yang berjalan cepat menuruni anak tangga. Ester tersenyum sembari menunduk padanya. "Nyonya Floy, anda sudah terlihat sangat segar dan cantik," sapa Ester dengan mengiringi langkahnya. "Terima kasih Ester. Aku tak mungkin mau larut dalam kesedihan yang bisa membuat aku mati terpuruk. William tak akan menduga hal ini." "Lantas sekarang Nyonya hendak ke mana?" "Temani saya ke dapur. Atau di mana biasanya Brianna dan Chloe meracik obat mereka?" tanya Beatrix dengan menghentikan langkahnya.  "Sekarang ada ruangan khusus Nyonya." "Hemmm, bisa kamu tunjukkan?" "Mari ikut saya!" Ester mendahului berjalan di depan Beatrix. Tepat di sebelah dapur ada se sebuah ruangan yang cukup luas dengan pintu yang tertutup rapat. "Ini ruangannya Nyonya." "Apa mereka ada di dalam?" "Kalau kunci pengaitnya terbuka berarti mereka berdua ada di dalam Nyonya."
Baca selengkapnya
SERANGAN BEATRIX FLOY
Tak berpikir panjang lagi. Beatrix Floy langsung menerjang ke arah depan. Dalam dua loncatan yang lebar. Dia sudah berdiri di hadapan Brianna. Dalam kecepatan yang sangat tinggi. Tangan Beatrix bergerak mengarah pada wajah Brianna.Cruuushhh!"Aaaarghhhh! Setan kau Floy. Apa-apaan ini?!"Saat melihat wajahnya terluka penuh darah. Seketika Brianna semakin histeris berteriak."Aaaarghhh! Wajahku ... wajahkuuuu!"Ujung pisau menggores kulit wajah Brianna. Dari bawah mata hingga batas hidung. Mmebuat wanita itu terduduk dengan bersimbah darah.Melihat keadaan yang menegangkan. Ester dan Chloe berusaha melerai dan menahan tubuh Beatrix yang tangannya masih menghunus belati."Lepaskan aku, Ester! Bila perlu aku akan membunuhnya!""Tahan, Floy!" bentak Chloe. Namun Beatrix terus berteriak dan meronta.Plaaakkk!Hingga sebuah gamparan keras dilayangkan oleh Chloe. Yang berniat untuk menyadarkan Beatrix."K-kau mena
Baca selengkapnya
TAK ADA RAHASIA
"Tindakan kamu selalu gegabah, Floy.""Aku sudah tak bisa menahan kemarahanku lagi, Jill. Brianna mmebunuh anakku dan Aston tiba-tiba saja terbunuh. Tanpa ada luka atau serangan. Coba kamu pikirkan hal ini!""Iya, aku tau kematian Aston. Pihak pengadilan menentukan dia terkena serangan jantung. Tidak ada praduga lainnya Floy."Beatrix menarik lengan Jill Anne, yang membuat mereka berhenti. Manik matanya menatap tajam pada Jill Anne yang juga memandang ke arahnya."Aston seorang yang sangat sehat Jill. Dia tak mempunyai riwayat jantung. Bisa kamu mengerti apa yang ada dalam piiran aku sekarang?""Dia ... dibunuh!""Ya, dan aku yakin kamu pun tahu hal ini. Kamu pun tahu siapa yang melakukannya."Kali ini Jill Anne terdiam. "Apa Brianna turut ikut di dalamnya?" Suara Jill sedikit pelan. Dan Beatrix menjawab dengan anggukan. "Menurut kamu dia meracuni Aston atas perintah William?""Benar dan tepat sekali Jill. Karena B
Baca selengkapnya
PERTEMUAN DENGAN DARRIEL
"Tembok kastil ini mempunyai telinga. Begitu mudah menyebar apa pun yang menjadi rahasia.""Selama di kastil ini. Kamu tak akan bisa mempunyai rahasia Sherley!"Hela napas panjang terembus dari Sherley."Aku ingin keluar dari kastil ini, Jill. Bantu aku!""Aku bisa membantumu, Sherley. Tapi, dengan satu syarat.""Apa itu?"Pandangan Sherley mengarah pada Jill Anne yang terlihat santai menanggapinya. Berbeda dengan dirinya yang tegang."Kau masih berjanji satu hal sama aku.""Soal keuangan dan aset kamu 'kan?""Iya. Kau belum mendapatkan kepercayaan sama seklai dari William. Benar 'kan?"Terdengar Sherley yang menghela napas panjang."Aku sudah berusaha mendekati William, Jill. Tapi, terllau banyak kejadian akhir-akhir ini.""Kamu harus berusaha untuk itu, Sherley. Dan aku menunggu secepatnya.""Haaahhh! Kau tak membuat pilihan lain, Jill. Sepertinya aku terjebak di kastil kamu."Seketik
Baca selengkapnya
JANJI SHERLEY
"Kenapa kamu diam Sherley?" tanya Darriel yang sudah berdiri di samping wanita cantik ini. Dia sedikit membungkuk dan berbisik, hingga bibirnya menyentuh telinga Sherley."Datanglah bersamaku, Cantik!""A-aku ... tak bisa menjawabnya, Darriel. Sulit buat aku.""Kenapa Sherley?"Darriel menarik pinggang ramping Sherley, dan memeluknya erat. Perlahan kedua manik mata mereka saling beradu. Tanpa sepatah kata yang terucap."Boleh aku menciummu?""Haaahhh?"Belum habis keterkejutan Sherley. Bibir Darriel telah melumat bibirnya, dengan lembut. Sengaja Sherley membiarkan dan mengikuti gelora hasrat kerinduan Darriel padanya."Aku mencintaimu, Sherley."Tak ada tanggapan dari Sherley. Dia tak tahu harus mengatakan apa pada lelaki tampan yang tengah memeluk dirinya."Bagaimana dengan undangan aku tadi?""Beri aku waktu.""Sudah enggak ada waktu lagi, Sayang. Kamu harus katakan sekarang juga.""A-aku bi
Baca selengkapnya
TAK MENEPATI JANJI
Pukul dua siang kurang lima belas menit. Sherley terlihat cantik dengan gaun berwarna pastel. Rok bagian bawah cukup lebar dengan penuh renda dan bordir. Dengan rambut yang diikat ke atas dan diberi sentuhan bunga myrtle, serta kain transparan sebagai hiasan kepala. Riasan tipis di wajah Sherley semakin menambah kecantikannya. Setelah mengenakan sarung tangan berenda dengan kain transparan. Sherley pun bersiap untuk menemui Darriel. Tangannya menyambar pouch bag berwarna senada dengan tali yang sedikit panjang. Dia gantungkan pada pergelangan."Aku datang Darriel," gumam Sherley seraya tersenyum senang. Belum sampai langkahnya menuju pintu kamar. Dia mendengar derit pintu yang terbuka. Betapa terkejutnya Sherley saat melihat William menerobos masuk."Ka-kamu ... William?!" "Kenapa terkejut gitu? Seperti syok?""Aaaa ... a-aku cuman kaget, lihat kamu yang tiba-tiba nongol kayak gini.""Mau ke mana kamu Cantik?"
Baca selengkapnya
MERAJUT KASIH BERSAMA DARRIEL
Dua jam berlalu ....Terdengar suara ketukan di pintu kamar. Belum sempat Sherley menjawab. Seseorang sudah menerobos masuk."Williaaaaam ... William!" teriak Laurice berang.Penampilan yang tak kalah cantik. Laurice sudah berdiri di pinggiran ranjang. Dia menarik selimut tebal pada tubuh lelaki tampan itu."William!" seru Laurice. Tak bisa dia sembunyikan lagi kemarahan dan kecemburuannya. "Ini sudah jam empat. Kamu masih saja di kamar Sherley. Bukannya tadi kamu sudah bercinta denganku?"William hanya menggeliat pelan. Dia membuka sebelah mata. Melihat Laurice yang sudah berdiri tak jauh. Sherley yang melihat Laurice hanya terdiam. Walau sebenarnya memendam amarah, dia ingin Laurice melihat. Kalau dirinya tengah berbahagia. Sherley pun tak peduli dengan kedatangan madunya itu.Tampak Sherley mempermainkan kukunya. Sesekali dia melihat pada Laurice yang tengah memandang dirinya. Lalu tersenyum masam."K
Baca selengkapnya
AJAKAN DARRIEL MENGINAP
"Aku tak jadi mengajak kamu ke pesta itu. Cuman tak mau kamu terlibat masalah dengan William.""Lalu, kamu mau ajak aku ke mana?""Rumah peristirahatan yang kami milki. Tak jauh dari sini. Mau?""Mau, Darriel. Apa kita berjalan?""Kudaku ada di balik pepohonan itu!""Baiklah!"Mereka berdua menyusuri jalan menuju tepian hutan yang berada di perbukitan. Yang letaknya tepat di belakang kastil."Jauh sekali kamu meletakkan kuda?""Aku tak ingin saja ada yang melihat.""Hemmm ... apa mata-mata William sampai sejauh itu, Darriel?""Yang jelas dia bisa melakukan apa saja. Termasuk membunuh kamu.""Dan juga dirimu?"Darriel hanya mengangguk pelan."Bukankah keluarga kamu juga punya pengaruh di kota?""Keluarga kami tak ada apa-apanya, Sherley. Keuangan kami jauh dibawah William. Apalagi para wanita disisinya, sebagai penyumbang kekayaan bagi William saat ini.""Kamu benar.""Sepe
Baca selengkapnya
TEMBAKAN
"Kamu dengar petir di luar sana?""Iya, seperti mau hujan.""Ya, pilihan terbaik kita memang harus menginap di sini. Iya 'kan?""Iya, sih. Cuman aku tadi tak ijin sama sekali Darriel. Pasti Jill akan cari aku. Apalagi si William.""Percayalah sama aku."Saat Darriel sibuk menenangkan Sherley. Krekkk!Seperti suara ranting yang diinjak. Membuat Darriel dan Sherley berbalik. Lalu buru-buru melangkah keluar rumah."Sepertinya ada orang Darriel?""Iya, tapi enggak kelihatan siapa-siapa.""Aku jadinya takut."Segera Darriel memeluk erat Sherley."Masuklah ke kamar!"Dia menggeleng. Menolak perintah Darriel yang bersuara penuh penekanan padanya."Masuklah, Sherley!" sentak Darriel.Saat langkah kaki  Sherley hendak berbalik.Dorrrr!Sontak dia berbalik dan tersentak. Sekilas Sherley melihat seseorang memakai topi merah berbentuk newsboy. Berlari kencan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status