Semua Bab Un-Desirable Marriage: Bab 11 - Bab 20
105 Bab
11. Terlambat
Penerangan di dalam ruangan tidak terlalu banyak. Juga meja dan kursi yang tersedia tidaklah banyak. Hanya beberapa saja ala kadarnya untuk pengunjung yang ingin minum meredakan ketegangan. Hanya saja, suara hiruk pikuk, yang awalnya samar-samar, terdengar semakin jelas seiring dengan langkah kaki Jose yang semakin jauh masuk ke dalam. Hanya ada beberapa orang yang hilir mudik di sana. Tak menggubris semua itu, dengan langkah lebarnya, Jose menuju tangga dan turun ke bawah, ke ruang bawah tanah. Suara hiruk pikuk –teriakan, makian, sorakan, serta tepuk tangan- membahana semakin jelas dari sana. Begitu kakinya menjejak lantai di bawah sana, beberapa orang yang berdiri di dekat sana langsung menyapanya. “Hei, Jose! Kenapa kau tidak datang kemarin malam?” Adriano, teman yang selalu ada baginya saat berada di area club ini, menghampirinya. Entah pria itu mempunyai radar atau antenna, setiap kali Jose datang, seramai apapun situasi club, pria berusia 28 tahun ini selalu tahu, dan selal
Baca selengkapnya
12. Why Are You Laughing?
“Oh my God! Kau yang jadi istrinya Jose?” Tawa Maritza menggelegar seketika. Maritza adalah adik kelasnya, dua tahun di bawahnya. Thalia pernah bertemu Maritza sewaktu dulu dia masih bersama Fernando. Gadis itu baik terhadapnya … dulu. Sekarang, gadis berambut blonde itu terlihat terkejut mendapati fakta bahwa Thalia-lah yang menikah dengan kakak tirinya. Tawanya menggelegar seketika. “Hahaha … kau yang jadi istrinya si monster itu? Hahaha.” Thalia terkesiap mendengar kata ‘monster’ yang merujuk pada Jose. Kenapa kata julukannya sama dengan yang dia gunakan? Pantas saja suami di atas kertasnya tadi mendeliknya tajam saat mendengarnya menyebutnya monster. Rasa bersalah menyelinap di hatinya, sedikit. Tapi Thalia tidak punya waktu untuk memikirkan perasaan Jose saat itu. Dia terkejut akan tawa yang menggelegar dari mulut Maritza, adik iparnya itu. Kenapa dia tertawa sih? Dari sudut ruangan, terlihat wanita paruh baya yang wajahny
Baca selengkapnya
13. Because of You
  Sepanjang umur hidupnya, tak pernah sekalipun Thalia dihina seperti tadi. Tak pernah sekalipun ucapan kasar penuh sindirian dilayangkan padanya. Satu-satunya pelecehan yang pernah dirasakan gadis itu adalah saat lelaki yang berjalan selangkah di depannya ini menciumnya dalam keadaan mabuk 8 tahun silam. Dan satu-satunya pengkhianatan yang didapat Thalia adalah dari Fernando dan Gabriella. Hanya itu. Selebihnya, orang-orang di sekitar Thalia adalah orang-orang yang supportif, tulus, dan apa adanya. Tidak ada kata-kata dan sikap yang sengaja dilakukan orang di sekitarnya untuk melukai hatinya. Apa yang terjadi barusan cukup mengguncang hati dan pikirannya yang sudah tersulut emosi karena ucapan Jose di mobil tadi. Karenanya, saat mereka telah memasuki kamar dan Jose malah berkata padanya untuk tidak menggubris mereka, Thalia menjawabnya sengit, “Aku tidak peduli dengan mereka. Jangan karena aku membiarkanmu menuntunku tadi, lalu k
Baca selengkapnya
14. Not The Heir
  Pagi itu, Thalia bangun agak terlambat. Matahari sudah bersinar cukup tinggi meski belum tepat di atas kepala. Masih seperti hari-hari sebelumnya, Jose sudah tidak terlihat di kamar itu setiap kali dia terbangun. Entah ke mana dan kenapa, Thalia tidak ingin memikirkannya. Biarkan saja. Begini lebih baik. Thalia bergegas menuju kamar mandi dan bersiap. Hari ini dia akan ke rumah sakit lagi untuk menjaga ayahnya. Sayangnya, tidak seperti hari-hari sebelumnya, saat gadis itu melewati ruang utama di lantai bawah, Mr. Maximillio melihatnya. “Thalia, ayo bergabung dengan kami untuk sarapan,” sapa pria yang setengah rambutnya sudah memutih itu dengan tersenyum ramah. “Selamat pagi, Mr. Maximillio. Tapi aku hendak ke rumah sakit. Ayahku akan pulang ke rumah hari ini,” tolak Thalia sopan. Mrs. Milly muncul dari pintu ruang makan. “Tetap saja kau perlu sarapan, Sayang. Jangan sampai nanti kami dibilang menelantarkanmu. Ayo, gabung
Baca selengkapnya
15. Graphic Designer
Dalam diam yang menahan amarah, Jose melajukan pick up bututnya menuju ke danau tempat dia pernah mengajak Thalia untuk berbicara. Setibanya di sana, ketenangan dan keindahan danau itu sedikit banyak meluluhkan amarahnya. Dia mengeluarkan rokok dan membakarnya. Dihisapnya seraya berusaha mengenyahkan pikiran tentang Thalia. Namun, gadis manis dengan rambut panjangnya yang berwarna coklat itu tak bisa dia enyahkan dalam pikirannya. Bertahun-tahun lalu, Jose sering memerhatikan Thalia saat gadis itu masih bersekolah. Dia mengamati gadis itu dari dalam mobilnya. Senyumnya, kibaran rambut panjangnya, serta langkah riangnya hampir menjadi sarapannya setiap pagi. Dan setelah Thalia melewati jalanan di blok perumahannya dan menaiki bis, Jose baru beranjak juga dari sana. Kini, gadis itu menjadi istrinya. Sebagai ekspresi kebahagiaannya yang tak terkira, Jose ingin selalu mengantarkan ke mana pun istrinya itu pergi. Namun, sepertinya itu hanya keinginan sepihaknya sa
Baca selengkapnya
16. Yang Honeymoon Akan Pulang
“Hati-hati, Pap. Pap belum boleh terlalu lelah. Jadi, Pap istirahat saja di kamar ya, Pap?” tanya Thalia yang juga diiyakan oleh Camilla. Sore itu mereka telah kembali ke rumah. Ayahnya sudah diperbolehkan pulang. “Aku bosan di kamar saja. Lebih baik aku beristirahat di ruang duduk. Aku bisa sambil menonton televisi dan bisa melihat cucu-cucuku bermain. Begitu lebih baik. Melihat kelakuan mereka dan mendengar suara mereka membuatku merasa tetap berada di dunia ini. Jika kau mengurungku di kamar, aku akan merasa berada di penjara!” jawab ayahnya dengan suara ketus. Camilla dan Thalia jadi berpandangan, kemudian mereka mengangguk. Biar bagaimana pun ayah mereka sedang sakit. Sudah sepantasnya segala keinginannya didengarkan dan dikabulkan. “Baiklah, Pap. Akan kuatur supaya sofa di sana bisa nyaman untuk pap tiduri,” ujar Camila lagi sambil merangkul ayahnya dan menuntunnya ke ruang duduk. Dengan segera, Thalia mengatur sofa di sana agar terasa n
Baca selengkapnya
17. Kalian Tidak Honey moon?
  Setelah kepergian Ramona dan Camila, Jose menatap Thalia dari tempatnya duduk. Wanita itu terlihat seperti menghindarinya. Dia menjaga pandangannya agar tetap terarah pada anak-anak yang bermain dedaunan kering di pekarangan. Jose pun menghela napasnya dalam diam. Sebelum menyusul Thalia ke rumah ayahnya ini, Jose sempat singgah ke rumahnya sebentar. Saat itulah Mrs. Silvana memberitahunya tentang apa yang dikatakan Mrs. Milly pada Thalia saat sarapan bersama tadi pagi. Sontak saja Jose meradang. Berani-beraninya mereka bertingkah seperti itu pada Thalia saat tidak ada dirinya dan ayahnya di rumah. Dan itu juga rupanya kenapa istrinya itu bersikap sinis padanya saat dia menawari tumpangan tadi pagi. Semua itu membuatnya tidak tenang hingga dia menyusul Thalia ke rumah Tuan Carlo. “Ayahmu membaik, kan?” tanya Jose pelan, berusaha membuat Thalia bersedia bicara padanya. Thalia yang bisa menangkap adanya perhatian yang tulu
Baca selengkapnya
18. Sentuh Aku!
“Kau harus lihat ekspresi Fernando saat kukatakan bahwa kita akan honeymoon hari Jumat ini!” Jose menutup pintu kamar mereka sesaat setelah Thalia melangkah masuk.Pria itu terkekeh geli mengingat kembali wajah adik tirinya itu yang pupil matanya membesar dan tak ada bagian tubuhnya yang lain yang bisa bergerak saat mendengar mereka akan pergi honeymoon.“Trims,” sahut Thalia lirih sambil membalikkan tubuhnya menghadap Jose.Mereka berdua berdiri saling berhadapan dengan tinggi tubuh yang cukup mencolok perbedaannya. Thalia hanya sebatas leher suaminya saja.“Trims untuk?” tanya Jose lagi. Tubuhnya dia bungkukkan agar wajahnya bisa sejajar dengan wajah sang istri.“Untuk tadi. Membantuku dan membelaku di depan mereka,” kata Thalia lagi. Dia juga menghadiahkan Jose senyum kecil yang lembut dan tulus. Senyum yang sangat dikenal Jose setiap kali dia mengamati gadis itu diam-diam selama ini.Jose p
Baca selengkapnya
19. Tapi Dia Sudah Milikku!
“Apa kau bilang? Bagaimana bisa itu terjadi?” Fernando belumlah selesai bersiap untuk ke kantor pagi itu, tetapi kabar tak sedap sudah dia dengar dan tentu saja memancing murkanya naik ke permukaan. “Siapa yang berani-beraninya melakukan itu?” tanya Fernando lagi dengan ponsel di telinganya. Dia sedang berbicara pada wakilnya. “Apa? Austin Mayhew? Bukannya dia tidak ikut tender?” raung Fernando lagi. Jemarinya terlihat jelas mencengkeram ponsel di tangannya seakan ingin menghancurkannya. Dan setelah beberapa detik mendengarkan jawaban dari ujung sana, Fernando mematikan ponsel seraya mengumpat kasar. “Bajingan sialan! Berani-beraninya dia merebut sumber pemasukanku?!” “Ada apa sih? Pagi-pagi sudah kesurupan,” tanya Gabriella seraya mendekat pada suaminya itu. Wanita itu baru saja selesai mandi. Tubuhnya masih ditutup bathrobe dan rambutnya dililit handuk. “Proyek resort di selatan Bacalar direbut Austin!” jawab Fernando kekesalan maksimal. “Apa? Kenapa bisa? Bukankah kau bilang
Baca selengkapnya
20. Istri yang Menggemaskan!
“Mau apa dia pagi-pagi begini buat keributan?” tanya Thalia begitu Fernando telah meninggalkan mereka dan Jose sudah menutup pintu mereka.“Dia hanya kerasukan karena proyeknya dimenangkan temanku,” sahut Jose mengambil kursi di dekat meja makan dan duduk di sana.Thalia sedang menggoreng telur dan Jose memandangi gadis itu dari belakang. Rasanya dia masih tak percaya bahwa Thalia bisa berada di dapurnya. Bahkan memasak untuknya.Tapi kemudian kata-kata Fernando bergema di kepalanya. "Dia memang single, tapi dia sudah menjadi milikku!"Jose mengetuk-ngetukkan jemarinya di meja seraya dia berpikir lagi. Apa mungkin yang dimaksud Fernando 'memiliki Thalia' adalah 'meniduri Thalia'?Ah, tidak mungkin. Jose menggeleng kepalanya. Thalia bukan tipe gadis bebas seperti itu. Tidak mungkin gadis yang sudah menjadi istrinya itu sudah sempat berhubungan suami istri dengan Fernando di kala mereka berpacaran.“Dan dia menudu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status