Semua Bab The Blue Blood: Bab 11 - Bab 20
93 Bab
Ch. 11 Dokter Darah Biru
Ken menatap bayangan dirinya di cermin, ia sudah begitu gagah dengan setelan jas dan dasi warna peach yang ia senadakan dengan dress yang akan dikenakan Elsa malam ini. Rambutnya sudah ia sisir begitu rapi dengan Pomade, parfum seharga tiga setengah juta itu sudah mengharumkan penampilan Ken. Ia lebih terlihat seperti seorang eksekutif muda daripada calon dokter kandungan!Ken dengan gagah melangkah ke luar dari kamarnya. Tampak Elsa masih duduk di kursi membelakangi dirinya, sedangkan Vonny tengah menata rambut Elsa yang dicatok Curly bagian bawahnya itu."Sudah selesai belum, Cik?" Tanya Ken sambil merapikan jasnya."Sudah!" jawab Vonny dengan wajah berbinar.Ken menatap Elsa yang masih duduk di kursi itu, sejenak Elsa kemudian bangkit dan membalikkan badan membuat Ken terkesiap luar biasa. Itu beneran Elsa kan? Koas-nya yang kurang ajar memaki dirinya karena mereka tidak sengaja bertubrukan di depan pintu masuk rumah sakit?Elsa tersenyum begitu mani
Baca selengkapnya
Ch. 12 Klan Darah Biru
Ken tersenyum penuh kemenangan ketika melihat raut wajah Jessica tampak tidak senang dengan keberadaan Ken dan Elsa. Ia tahu betul apa arti ekspresi dan sorot mata itu, Jessica merasa kalah saing dengan Elsa bukan? Ahh ... Ada untungnya juga dulu Ken sempat ribut-ribut dengan Elsa, jadi dia bisa memanfaatkan gadis itu untuk membalas dendam pada Jessica."Mantan kamu cantik juga, Ko," bisik Elsa lirih ketika keluarga itu berfoto selepas acara tiup lilin. Ken dan Elsa memilih duduk di meja lain, tidak jadi satu dengan orang tua Ken dan orang tua Gilbert."Cantik kalau tukang selingkuh buat apa sih? Lagian masih cantikan kamu kok," Ken berbisik tepat di telinga Elsa, nafas Ken menyapu tengkuk Elsa, membuat Elsa meremang seketika.Ini Ken sedang main peran atau bagaimana sih? Kenapa rasanya pujian itu begitu nyata? Elsa menoleh dan menatap Ken yang masih tersenyum sambil menatapnya itu, wajahnya sontak memerah, membuat Ken makin gemas akan sosok itu.
Baca selengkapnya
Ch. 13 Gairah
"Terima kasih banyak sudah membantuku, Sa." Guman Ken lirih.Elsa menoleh, tampak Ken hanya meliriknya sekilas sambil tersenyum, membuat Elsa sontak juga tersenyum. Sungguh wajah sosok itu begitu enak di pandang kalau sedang tersenyum macam ini."Sama-sama, Dokter. Saya juga terima kasih sudah didandani begitu cantik malam ini, diajak makan di hotel berbintang.""Santai lah. Oh ya kamu serius mau saya antar ke rumah sakit? Nggak langsung kerumah saja?" Kenapa Elsa jadi kembali formal begitu sih?Elsa menggeleng sambil tersenyum, "Motor saya masih di rumah sakit, Dok. Jadi setelah ganti baju dan bersih-bersih, kalau tidak merepotkan saya minta diantar ke rumah sakit saja.""Tentu tidak, jangankan ke rumah sakit, ke rumah kamu sekarang saja akan saya antar, gimana?" Ken menoleh, jujur ia nyaman dengan obrolan santainya tadi dengan Elsa. Saling 'aku-kamu', bukan seperti ini. Ah ... Ada apa dengannya?"Ja-jangan, antar ke rumah sakit saja, Dok."
Baca selengkapnya
Ch. 14 Bukan Darah Biru
"Kok koasnya cuma empat? Bukannya lima biasanya? Yang satu kemana?" Dokter Anas mengerutkan keningnya, menatap satu persatu residen dan koas yang berdiri di hadapannya itu. Semua sontak memucat, kalau obsgyn lain mungkin masih bisa ditolerir, tapi kalau yang satu ini? Jangan harap!Ken menggaruk-garuk kepalanya, ini si Elsa kemana sih? Tumben-tumbenan dia sampai telat. Ken melirik jam tangannya, baru telat dua menit sih, cuma kalau telatnya pas Dokter Anas mau visiting, itu sama saja cari masalah.Renita hendak membuka mulutnya ketika kemudian terdengar suara teriakan yang Renita hafal betul itu suara Elsa."Dokter, ma-maaf saya ter-terlambat," guman Elsa tengah nafas terengah-engah.Semua menoleh dan terkejut melihat kondisi Elsa yang nampak tengah menetralkan nafasnya."Elsa?" Ken hampir berteriak, lengan Elsa penuh parut, darahnya tampak masih basah dan memerah, begitu pula lututnya, tampak darah itu masih begitu segar."Maaf Dokter, tadi a-"
Baca selengkapnya
Ch. 15 Hukuman
“Kok bisa sih?” dokter Anas menatap Elsa dengan seksama, ia duduk di kursinya sambil bersandar.“Mungkin saya sedang apes, Dok.” Elsa tersenyum getir, ia terlambat dan tidak ikut visiting karena kecelakaan apakah nanti akan dapa tambah minggu sebagai hukuman juga? Dokter Anas memang terkenal killer dan menyeramkan, namun Elsa sangat berharap dokter senior itu masih punya hati nurani.“Lain kali hati-hati, kalau berangkat jangan mepet waktunya, biar di jalan nggak ngebut karena takut telat.”Tampak sosok itu menghela nafas panjang, membuat Elsa menahan nafas menantikan hukuman apa yang hendak sosok itu berikan kepadanya. Hanya satu doa Elsa, semoga dia tidak harus tambah minggu! Semakin lama dia di stase ini, maka akan semakin lama pula dia jadi kacung Ken.“Jaga malam dua hari ya? Kesalahan kamu hari ini fatal. Satu terlambat dan satu tidak ikut saya visiting,” guman sosok itu santai, membuat Elsa sontak mel
Baca selengkapnya
Ch. 16 Pilihan Lain?
Mereka sudah duduk di meja kantin rumah sakit. Nampak Elsa sudah serius dengan sumpit dan mie ayam yang ada di hadapannya. Sedangkan Ken, ia malah sejak tadi menikmati pemadangan yagn tersaji di hadapannya itu. Bukan pada semangkuk bakso yang mulai dingin karena sejak tadi hanya dia aduk-aduk tanpa berniat untuk ia sentuh. Gadis ini cukup cantik, Ken akui itu. Walaupun terkadang ia begitu menyebalkan dan lemot, namun itu tidak mengurangi kadar kecantikan alami yang Elsa miliki. Ken tersenyum, kemudian bergegas mengalihkan pandangan dan fokusnya pada menu makan siang yang ia pesan. “Dok, boleh tanya?” Elsa mulai buka suara, sepertinya dia mulai bosan hanya diam sejak tadi. “Tanyalah, mumpung tidak kusuruh kau bayar,” jawab Ken sambil menyuapkan bakso itu ke dalam mulutnya. “Kenapa ambil obsgyn?” Elsa meletakkan sumpitnya, ia menatap Ken dengan serius. Ken meletakkan sendoknya, mengangkat wajah dan balas menatap Elsa yang nampak serius menyimakn
Baca selengkapnya
Ch. 17 Jatuh Cinta?
“Kalau Ken tetap mau Elsa, lantas apa yang akan papa lakukan?”Darmawan nampak menghela nafas panjang, ia menatap Ken dengan seksama. Ia tahu sorot mata itu, ia kenal betul anak laki-lakinya ini. Hanya saja ia tidak cocok dengan pilihan Ken. Bukan ... bukan karena dia tidak cantik, tidak cerdas, bukan karena itu. Tapi karena dia tidak selevel dengan keluarga mereka.“Dengar Ken, papa bisa lakukan apapun pada pendidikan dia. Kau tahu itu?”Ken terkesiap, ia lupa dengan posisi sang papa, lupa dengan posisi Elsa seperti apa. Sontak Ken terawa terbahak-bahak, kembali berusaha bermain peran hanya demi menyelamatkan proses pendidikan Elsa.Darmawan menatap Ken dengan kening berkerut tidak mengerti, kenapa anak itu tiba-tiba tertawa macam itu? Bukankah tadi mereka tengah berbicara hal yang serius? Kenapa malah jadi tertawa tidak jelas seperti ini?“Ken mau jujur nih, tapi jangan diketawain,” guman Ken kemudian.&
Baca selengkapnya
Ch.18 Bagaimana?
“Heh, mau kemana?” Ken kembali menarik Elsa ketika gadis itu sudah bersiap pulang.Elsa menoleh, menatap Ken dengan tatapan tidak mengerti, tentu lah dia mau pulang. Seharusnya dia sudah pulang sejak tadi, hanya karena residen rese ini kemudian memintanya tinggal untuk asistensi inpartu, jadilah dia masih di sini sampai selarut ini.“Dokter, saya mau pulang,” hampir saja Elsa berteriak, kenapa sosok itu begitu suka menyiksa dirinya seperti ini sih?“Siapa yang kasih kamu izin pulang, he?” kembali Ken melotot, membuat Elsa ikut mebelalakkan mata kesal. Ini orang ngajak kelahi, ya?“Terus saya harus ngapain lagi, Dokter?” Elsa melotot, sebuah hal paling berani yang mungkin hanya Elsa yang berani melakukannya, terlebih siapa Ken dan siapa bapak dari residen ini.“Temani saya makan malam, saya butuh teman cerita, Sa.”Ken segera melangkah kan kakinya, snelli kebanggaan mereka sebagai do
Baca selengkapnya
Ch. 19 Mantan
“Makasih banyak, Sa. Udah mau temenin aku makan malam,” desis Ken setelah mereka sudah kembali lagi ke halaman parkir rumah sakit.Elsa tertegun, tumben ini anak manis banget sikapnya? Ia hanya tersenyum kemudian melepaskan seat belt-nya.“Kenapa malah Koko yang berterima kasih? Harusnya aku dong yang terima kasih, kan sudah ditraktir makan,” Elsa tersenyum, jujur Ken makin ganteng kalau manis seperti ini sikapnya.“Ya aku lah yang berterima kasih, kan kamu nggak jadi pulang tadi karena aku ajak makan di luar.”“Lho tapikan ak-,”“Bawel amat sih? Bilang ‘iya sama-sama’ gitu apa susahnya coba?” potong Ken kesal, ia menatap Elsa dengan gemas.Elsa melonggo, baru dipuji ganteng kalau bersikap manis, kenapa dia balik rese lagi? Elsa mencebik, tangannya sudah hendak membuka pintu mobil dan kemudian menoleh, menatap Ken yang masih dengan sorot mata menyebalkan menatap dirinya
Baca selengkapnya
Ch. 20 Hanya Ingin Kau Baik-baik Saja
Elsa menutup pintu kamarnya, ia kembali terisak, ia sangat bersyukur mama-papa dan adiknya sudah tidur, kalau tidak pasti dia ditanya macam-macam kenapa pulang dengan mata memerah macam ini.Elsa menjatuhkan tubuhnya di kasur. Dasar Dory sialan! Dia nggak cukup hanya menghancurkan hati Elsa dan kepercayaan Elsa terhadap cinta, dan sekarang dia mau menghancurkan hidup dan masa depan Elsa juga?Berengsek!Untung ada Ken tadi, kalau tidak ....Elsa bergegas bangkit dan meraih ponsel di dalam tasnya, ia segera membuka aplikasi Wh*tsApp miliknya, hendak menghubungi Ken, tapi apakah dia sudah sampai rumah? Eh tapi dia kan ada handsfree, tentu ia bisa mengangkat panggilan darinya, bukan?Elsa dengan mantab menekan nomor Ken, berusaha menghubungi nomor itu. Lama tidak dijawab, hingga kemudian panggilan itu diangkat oleh si pemilik nomor."Iya Sa, kamu baik-baik saja, kan? Ditanya orang tua kamu, nggak? Atau aku perlu putar balik buat jelasin masalah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status