All Chapters of Kopi dan Lemon: Wanted Husband Series: Chapter 21 - Chapter 30
75 Chapters
Babysit
Selama sepuluh menit penuh, Alya menatap langit-langit kamarnya lalu mendesah. Argh! Beraninya laki-laki licik itu memintanya untuk menjadi kekasihnya! Apakah aku terlihat sangat membutuhkan seorang laki-laki? Pikirnya sebal. Memalingkan wajah dari atap polos, ia beralih menatap cermin di meja riasnya saat ia memiringkan badan, memeluk guling dengan erat. Ia kembali mendesis. Jika saja ia memiliki kekuatan supranatural, ia akan membunuh Leo tadi malam.  Sialan! Laki-laki pecundang itu membuatnya tak bisa tidur sepanjang malam dan kini ia sangat mengantuk, padahal ia harus pergi ke rumah sepupunya, Omar, karena ia telah berjanji akan menjaga Jeje dan Saif, selama Laila pergi ke rumah sakit untuk mengunjugi seorang temannya yang melahirkan. Alya melirik jam dinding yang mengantung di atas pintu kamar mandi. Jam tujuh pagi.  Argh! Alya melempar selimut dan bantalnya dengan kesal. Ia memiliki waktu satu jam untuk bersiap
Read more
The Bee
"Al.""Yes, baby?" Mereka sedang menunggu adonan pizza itu untuk mengembang. Sambil menunggu, Reno memotong beberapa sayuran seperti permintaan Jeje dan Saif."I'm not baby! Daddy said I am big boy!" Jeje membantah dengan tegas. Reno dan Lana juga siska yang mengawasi dari kejauahan hanya bisa menahan tertawa.Alya hanya bisa menggelengkan kepalanya, "Okay, big boy, what do you want?" jawabnya lalu mendesah. Semoga permintaannya lebih masuk akal."Can you play me some song?" Jeje melihat Alya dengan tatapan memohon."What song?""Daddy's song!" Jeje berseru. "Yey!""What's daddy's song?" Alya menatap Jeje bingung. Tidak mungkin anak sekecil Jeje menyukai musik rapper, 'kan? Entahlah, siapa yang tahu?"Its daddy's!" Jeje berkata dengan tegas.Alya menatap Reno, mungkin Reno memiliki koleksi daddy's yang dimaksud
Read more
Sit still would you?
Sh*t. Maki Leo dalam hati. Umpatan itu keluar begitu ia melihat Alya dan Reno berduaan di dalam dapur. Ingin sekali rasanya ia menyeret Alya keluar dari sana atau lebih baik lagi jika ia menyingkirkan Reno dari hidup Alya. Selamanya. Hal itu akan lebih masuk akal. Menahan emosi yang baru saja ia kenali sebagai kecemburuan, Leo menaiki anak tangga dengan langkah panjang. Dua anak tangga dalam sekali langkah. Dengan empat kali langkah ia sudah berada di tengah-tengah tangga.  "Leo?" Menyadari hanya dirinya yang kemungkinan besar bernama Leo di kafe itu, Leo menghentikan langkah panjang kakinya, ia memutar kepalanya sedikit untuk melihat wajah si pemilik suara yang asing. "Ya Allah, kamu beneran ternyata?" Perempuan berhijab yang mengenakan terusan berwarna abu-abu dan sedikit warna hijau dan putih pada motif yang tersebar merata di gaun panjang itu tampak terkejut. Tentu, melihat Leo di hari kerja pada jam-jam kantor adalah hal yang luar b
Read more
Leo Thejakusuma
"Ehem!" Reno berdehem, "Mbak, mbak pacaran sama orang itu?" Tanya Reno yang begitu penasaran. Perasaannya campur aduk. Saat ia melihat dengan mata kepalanya sendiri Alya duduk di pangkuan Leo tanpa membuat keributan, ia mulai menyadari, mungkin Alya memang tak terjangkau olehnya.  Alya tersentak dengan pertanyaan Reno, "Kenapa, Ren?" Tanya Alya tertawa canggung. Ia sangat berharap Reno tuli dan buta beberapa saat yang lalu atau pegawai kesayangannya itu akan menjadi saksi kunci atas runtuhnya tembok harga diri dan pertahanannya. Reno tahu benar, sikap salah tingkah itu bisa menjadi bukti yang kuat atas pelbagai hipotesa yang ada di dalam benaknya saat ini.  "Nggak papa, kalau udah minta tolong diberesin," Reno akhirnya tak berani mengungkapkan isi hatinya. Meski ia sangat ingin tahu. Mungkin karena ia sebenarnya takut, takut jika jawaban Alya sama seperti yang ia pikirkan. Alya menjalin hubungan romantis dengan laki-laki blasteran itu!
Read more
a Man
Leo tiba di gedung Omar Architect tepat sebelum azan Duhur berkumandang. Ia melangkah penuh semangat memasuki lobby gedung bergaya modern yang di doninasi warna putih dan hitam. Orang-orang tampak sibuk, mondar-mandir, ada yang dengan tangan kosong ada pula yang membawa sesuatu di salah satu tangannya, entah itu sebuah map, tumpukan dokumen, tas, ponsel, atau bahkan laptop. Pandangan lurus ke depan, berjalan layaknya seorang mode profesional. Ia bahkan mengabaikan salam sapa dari salah seorang satpam yang berjaga di pintu masuk juga resepsionis genit yang berusaha mencuri perhatiannya sejak pertama kali ia menginjakkan kaki di gedung itu setahun yang lalu.  Meski wajahnya tidak menyampaikan apapun namun jauh di lubuk hatinya ia sangat senang. Kejadian di kafe 'Kopi dan Lemon' pagi ini adalah sebuah kemajuan yang luar biasa. Ia tak keberatan pergi kesana setiap hari asal ia bisa makan bersama dengan Alya, tidak, bukan sekadar bersama lagi, tetapi berbagi makanan.
Read more
Buaya Darat
Sore itu Hamza pulang lebih awal. Ia ingin menemui Alya di kafenya. Langit Jakarta mulai gelap ketika ia tiba di parkiran kafe Kopi dan Lemon. Azan Maghrib mulai berkumandang. Hamza tersenyum cerah saat memasuki pintu kafe yang sedang tutup istirahat salat. Alya menutup kafenya dari jam lima sore hingga jam tujuh malam untuk istirahat salat dan makan setiap harinya. Perfect timing! pikirnya senang. Mereka bisa mengobrol lebih banyak karena kemungkinan besar Alya akan menganggur meski sebenarnya Alya selalu menganggur. Suasana kafe sepi, karena memang sedang tutup sementara. Ia melangkah masuk ke dalam, menghampiri pantry, dimana beberapa karyawan tampak sedang mengobrol.  "Hai!" Sapanya. "Alya ada?" tanyanya kepada mereka. Siapa saja yang bersedia menjawab. Lana membeku di tepat ia duduk. Suara itu sangat familiar. Tentu saja, setahun bersama laki-laki itu membuatnya tahu benar bagaimana suara laki-laki yang kadang mendengkur halus dalam ti
Read more
Potatoes Egg Muffin
Alya baru saja menyelesaikan smoothies yang ia buat dari campuran yogurt dan buah blueberry ketika ia melihat Lana menuruni tangga dari lantai dua. Kafe baru saja buka kembali. "Lan, kamu kemana aja?" Tanya Alya.Lana berjalan mendekat, perasaan gelisah kembali menyerangnya, Alya sedang duduk mengobrol dengan sepupunya, Hamza yang tak lain adalah mantan kekasih Lana. Lana merasa jantungnya kembali berpacu setelah hampir satu jam ia mencoba menenangkannya. Keberadaan Hamzalah penyebabnya. Apa yang dilakukan laki-laki itu? Mengapa ia masih disana? Lana ingin menghilang secepat mungkin. Jika saja ia bisa menguap!"Maaf, kak tadi ketiduran," dalih Lana. Sebenarnya ia enggan turun karena tahu Hamza masih disana. Ia tidak ingin melihat laki-laki itu lagi."Oh, ya udah. Kamu jadi pulang sekarang?" Tanya Alya lagi, beberapa menit sebelumnya Lana meminta ijin pulang lebih awal karena ia harus mengerjakan tugas kuliah melalui pesan yang diba
Read more
Salam Sayang, chu
Asslamualaikum, Hai semua... Ceritaku ini mungkin sedikit antik karena setiap bab sekitar 1.8K-2.8K, bukan maksud untuk meronggoh kocek kalian dalam tetapi emang setinggannya begitu sama seperti ceritaku di platform lain. Rencananya nanti tamat sekitar 60an Bab. Lunas 130K-an intinya. Karena kontraknya 130K baru dapet fulus.  Jadi pembaca yang setia nggak usah cemas karena bab ini tidak akan sampai ribuan. InshaAllah setelah 130K terpeluhi, tamat. Recehnya InshaAllah setara dengan ribuan bab cerita lain. Aku juga baru sadar kalau recehnya sebanding dengan banyaknya kata. Well, makasih sudah membaca. Kalian telah sangat banyak membantu. Terima kasih sekali lagi. Aku harap ceritaku bisa menghibur dan menjadi pelajaran bagi kita semua.  Salam sayang, chu Maia Kasbah    
Read more
Penggoda
Leo mengawasi Alya sejenak hingga perempuan yang mewarnai hari-harinya belakangan ini masuk ke dalam gedung apartemen yang juga merupakan gedung hotel milik Omar Corp.  Dikeluarkannya napas yang terasa berat itu dari paru-parunya, tentu saja, Alya adalah bagian dari keluarga besar Omar. Kenyataan itu masih mengganjal di dalam hatinya. Ia tak begitu menyukai hal itu. Selain itu, bagaimana nantinya pendapat Omar dan saudara-saudaranya jika mereka tahu Alya menjalin hubungan dengannya. Meski Leo sendiri juga tidak bisa memastikan apakah ia akan menjalin hubungan dengan Alya. Bukan berarti ia tidak percaya diri, ia yakin, setelah malam ini, Alya tertarik kepadanya. Setidaknya tatapan perempuan itu cukup sebagai bukti. Leo sekali lagi menatap gedung bertingkat di hadapannya, sebelum menarik napas panjang dan melajukan mobilnya meninggalkan gedung itu. Jam di tangannya menunjukkan bahwa hari sudah malam dan ia merasa cukup lelah untuk segera memejamkan mata. S
Read more
My Lovely PA
"Nah, gua, kan, udah bilang, kita ambil proyek kecil aja, lo dengerin gua sebenernya nggak, sih?" Haidar berkata dengan tegas. Terkesan marah. Leo menarik napas santai, "Man, kapan kita berkembangnya kalau kita mulai dari duri ikan? Kita butuh tulang!" Jawab Leo sama tegasnya. Ia tak sepakat dengan Haidar yang selalu mengalah terhadap Omar Corp., seharusnya mereka bisa bersaing secara adil, seandainya saja Haidar bisa diajak bekerjasama. "Gua nggak peduli duri ikan atau tulang! Yang kita butuhkan sekarang itu membangun image dulu!" Haidar bersi keras. "And, duri ikan bisa buat image kita bagus?" Tanya Leo sarkas. "Kalau masalah utamanya pendanaan, kita bisa ajukan loan dulu ke bank," "Lo tahu gua nggak suka ngutang ke bank!" "Tapi kita butuh, dan mereka bisa bantu!" protes Leo. "or we can ask money in advance!"  "Pokoknya gua nggak setuju, gua pikir sebaiknya kita ambil proyek renovasi
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status