All Chapters of Kopi dan Lemon: Wanted Husband Series: Chapter 31 - Chapter 40
75 Chapters
Pergi aja ke Dubai
"Lan, kenapa nggak kamu ambil, sih?" Tanya Alya penasaran. "Aku yakin kamu bisa dapat lebih banyak di sana, Lan, dan jenjang karirnya bagus, sepupu aku bilang, kamu bisa dapat promosi kalau kerja kamu bagus," Alya sudah dua kali menceramahi Lana soal pekerjaan baru yang ditawarkan Hamza. "Nggak, Kak. Aku lebih nyaman disini, kerjaannya juga santai, aku bisa lebih fokus kuliah," Lana menyahut, ia tak mungkin mengatakan alasan yang sesungguhnya mengapa ia tak mau menerima tawaran Hamza.  Laki-laki sialan itu setelah memaksanya untuk kembali ke apartemen, sekarang kembali mengabaikannya. Entah apa yang ada di kepala besarnya itu. Ah, mungkin hanya perasaan iba yang tersisa di hatinya. "Tapi di sini gajinya juga santai, Lan," sahut Alya berlogika. Lana tersenyum, "Makasih, Kak. Tapi Lana lebih senang kerja sama Kakak," ia berkata, meyakinkan Alya. Andai saja dia bisa berkata jujur, ia pasti akan memberitahu Alya bahwa bekerja kepada mantan adalah hal
Read more
She is My Girlfriend
Alya pikir hari itu ia akan terbebas dari gangguan Leo. Ternyata ia salah besar. Meski sepanjang pagi, siang hingga sore hari tak ada gangguan dari laki-laki aneh itu, tetapi malam harinya. Ia datang. Membuat Alya tak bisa berkutik. Ia baru saja menikmati makanan sehat buatannya sendiri dan masih menikmatinya, semangkuk makanan lunak yang terbuah dari campuran buah pisang dan yougurt dan oat meal yang didiamkan di dalam freezer sejak pagi. Ketika Leo muncul di kafe dengan wajah datar. Ah, laki-laki itu memang selalu berwajah datar. Alya hampir tidak pernah melihat Leo santai atau tersenyum, kecuali senyum menjengkelkan.  "Halo, Sayang," Leo dengan santainya merangkul bahu Alya sekilas lalu memberikan kecupan singkat di ujung kepalanya yang tertutup hijab. Sikapnya seolah-olah mereka adalah pasangan sah yang disaksikan oleh orangtua dan saksi. Oh, Leo harus berhenti bersikap romantis seperti itu atau ia bisa gila dalam waktu dekat. Demi makanan yang kesulitan Alya telan,
Read more
Baby
Alya masih tak percaya dengan apa yang ia dengar. Ah, mungkikah telinganya salah menangkap informasi? Ataukah Leo memang mengatakan hal konyol bin tidak masuk akal itu? Di depan orangtuanya? Kemana perginya akal sehat laki-laki itu?  Apakah ia menjadi bodoh setelah memasuki rumah orangtuanya? Yang dibuat takjub oleh pengakuan tidak berdasar Leo bukan hanya Alya tetapi juga kedua orangtuanya. Mereka tidak menyangka jika putra satu-satunya keluarga Thejakusuma menjalin hubungan dengan perempuan yang juga merupakan teman dekat Salma dan  mengapa mereka tidak mengetahui hal itu sebelumnya? Bukan berarti mereka tidak senang dengan kabar bahagia itu, mereka hanya tidak menyangka jika calon menantunya adalah orang yang telah lama dekat dengan keluarganya. Alya! Dari semua perempuan yang dikencani Leo, mereka tidak menyangka jika Alyalah yang dibawa pulang ke rumah untuk diperkenalkan kepada orangtuanya sebagai kekasihnya. "Tante senang sekali mendengarnya,
Read more
Anak Sawit
Jantung Alya masih memburu ketika ia menaiki lift menuju lantai apartemen miliknya bahkan hingga ia keluar dari lift, lebih buruk lagi ia merasa pipinya terbakar oleh sentuhan jari Leo, belum padam hingga kini! Ini gila! Pikirnya, mencoba untuk berpikir waras. Tidak masuk akal jika ia tersipu malu akibat hal kecil itu. Ia bahkan sering memeluk Reno, Mario maupun Hendra, editornya... Bahkan beberapa teman laki-laki lainnya tetapi dari semua laki-laki yang pernah ia peluk maupun kecup kedua pipinya, hanya sentuhan ringan Leo yang berhasil mengacaukan bukan hanya irama jantungnya tetapi juga mesin pemanas di tubuhnya. Langkah kakinya lemas bahkan ketika ia berhasil tiba di lantai apartemen miliknya. Beberapa langkah lagi dan ia akan menemukan pintu apartemen berwarna putih itu. Ia tak sabar, ingin segera bersembunyi. Ia merasa tatapan Leo terus mengikutinya. Membuatnya merasa was-was.  Hanya selang beberapa detik, langkah malas itu berhenti ketika pandangannya jatu
Read more
Drama
 Yakin, ya? Awas lo kalo sampe berubah pikiran! Jangan bikin malu gue, Al!" Rara memperingatkan dengan nada serius dan tegas. "Iya, aduh... lo berisik banget, sih!" Potong Alya jengkel. "Lagian, kan, cuma kenalan! Nggak ada kewajiban buat nikah, 'kan?" "Iya, tapi kenalannya serius! Kalo cocok kalian langsung nikah aja!" saran Rara terdengar memaksa.  Alya kembali memutar bola matanya, seandainya semudah itu, mungkin saat ini ia sudah menyandang status istri seseorang! "Ra, namanya kenalan, ya, kenal dulu!" Bantah Alya. "Mana bisa ketemu sekali langsung nikah?" "Ya bisa lah!" Sahut Rara berapi-api. "Gue buktinya, gue cuma sekali ketemu mas Iman sebelum dia ngelamar gue!" Rara berkata dengan kepercayaan diri penuh. Jangan abaikan nada sombong saat ia mengatakan hal itu. Oh, semua orang tahu bahwa Rara beruntung dalam pernikahannya dengan Iman meski awal perjalanan pernikahan mereka tidak begitu mulus tetapi justru itulah yang membuat mereka se
Read more
Nasi goreng cokelat
Alya tidak bisa tidur nyenyak semalam, terima kasih untuk Rara yang berhasil membuat kantung hitam di bawah mata Alya semakin ketara. Semalam tadi ia sudah menawarkan kamarnya untuk Rara dan ia bisa tidur ala kadarnya di sofa ruang tamu karena apartemennya hanya memiliki satu kamar tetapi Rara dengan beribu alasan berhasil menjebak Alya untuk tidur seranjang dengannya. Hasilnya? Ia hampir terjaga sepanjang malam karena ulah Rara. Perempuan hamil itu benar-benar mengusik tidurnya, ia tak bisa memejamkan matanya dengan tenang, ditambah lagi ia masih kepikiran Leo berserta ucapannya. Lalu apakah mereka sekarang sepasang kekasih? Alya terus terganggu oleh pemikiran itu. Ia masih belum bisa mempercayai ucapan Leo begiti saja. Lagipula laki-laki itu adalah salah satu playboy cap kakap yang mungkin saja memiliki banyak teman perempuan. "Al, bangun, Al! Udah subuh!" Teriak Rara entah sudah yang keberapa kalinya. Keberadaan Leo di dalam tidur Alya membu
Read more
Lemon Pepper Chicken Wings
Leo menepati janjinya, ia datang pagi harinya untuk menjemput Alya dan mengantarnya ke kafe. Sebenarnya ia memang merupakan laki-laki yang memegang teguh perkataannya. Mereka bahkan sempat sarapan bersama. Tentu saja dengan menindas Reno. Laki-laki muda yang malang itu bukan hanya merasa dimanfaatkan oleh Alya, tetapi kecemburuannya terhadap keduanya mulai memancar dari tubuhnya saat dengan mata kepalanya sendiri ia melihat betapa Leo memanjakan Alya. Demi Tuhan, Alya bisa menggunakan tangannya sendiri. Selama ini Alya tak pernah bersikap semanja itu.    Reno mengambil sepotong paha ayam yang sudah dibumbui dengan berbagai macam bumbu termasuk juga lemon dan memasukkan ke dalam mulutnya dengan kesal. Ia sengaja berpura-pura membuat kopi untuk mengintai sepasang kekasih dadakan yang sedang menikmati sarapan paginya. Namun setelah merasa tidak tahan dengan kekesalan tanpa alasan itu akhirnya ia bersembunyi di dapur. Menyiksa potongan paha ayam yang ia beri na
Read more
Kencan Buta
Leo tiba di kantornya, oh, gedung itu bukan miliknya, jadi rasanya mengatakan kantor miliknya kurang tepat. Ia dan Haidar hanya menyewa satu lantai sebagai markas mereka. Jam tangannya menujukkan tepat jam sembilan lebih tujuh belas menit pagi. Terlalu pagi sebenarnya karena biasanya ia datang setelah jam sepuluh tepat sejak Haidar kembali aktif setelah cuti honeymoonnya selesai. Lobby kantor seperti biasa sudah dipenuhi oleh banyak karyawan yang memang masuk lebih awal, ada yang masuk jam tujuh pagi, jam delapan pagi hingga jam sepuluh siang. Entah apa yang dipikirkan Omar hingga ia membuat jadwal demikian. Sepertinya ia tak ingin kantornya sepi. Ia berjalan lurus, seperti biasa, mengabaikan perempuan yang berdiri di belakang meja resepsionis yang selalu menyapanya dengan keakraban yang berlebihan mengingat ia bukanlah siapa-siapa disana.Saat melihat pintu lift yang mulai menutup, ia mempercepat langkahnya dengan harapan tak akan
Read more
Angel
Leo tiba di kafe Alya tepat pukul tujuh malam. Setelah seharian tak bisa menghubungi perempuan itu, ia ingin cepat-cepat melihatnya. Hatinya tak tenang, ibarat genderang perang yang terus membuat keributan di dunianya yang sunyi.Bau harum kopi dan roti menyambut kedatangannya membuat Leo merasa disambut dengan hangat. Perasaan yang belakangan menjadi familiar dan tentu saja membuat hatinya menghangat tanpa ia sadari. Perasaan merasa di terima.Di luar udara cukup dingin, dengan gerimis kecil yang membuat udara Jakarta lebih layak untuk dihirup dari biasanya. Seandainya saja udara di Jakarta seperti itu setiap hari. Mungkin ia tidak akan mudah marah. Namun terima kasih untuk aroma harum kopi itu. Kekesalannya turut menguap, membaur dengan kehangatan yang ditawarkan kafe itu.Leo melangkahkan kakinya dengan tegas melewati meja-meja yang terisi, suasana kafe cukup ramai. Tawa serta senda gurau terdengar pelan, membuat suasana kafe tetap tenang dan terkesan hangat,
Read more
Meninggalkan Jakarta
Malam itu entah mengapa Alya merasa cemas. Tak sekali ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencari sesuatu, entah apa. Sesuatu yang merisaukan hatinya.  Meja-meja bulat yang dibalut kain putih cantik dipenuhi oleh tamu undangan yang menyaksikan momen istimewa sepasang pengantin baru yang saat ini sedang berdiri menyambut tamu yang hendak menyalami mereka. Ia sendiri duduk di samping Hamza, sepupunya itu seperti biasa tampak memesona. Ia mengenakan setelan jas hitam dan dalaman kemeja berwarna putih, tidak terlalu mencolok, dan tentu saja tidak menyaingi si pengantin laki-laki yang berhasil mencuri perhatian para tamu undangan. Alya menyeruput kembali minumannya dengan pelan, ia sudah selesai menyantap salah satu menu yang di tawarkan di antara begitu banyak stan makanan. Hamza pun sudah selesai. Ia tengah mengobrol dengan tamu undangan lain yang ternyata adalah temannya. Alya entah mengapa tak bisa melancarkan aksinya. Ia rasa menjalin hubungan dengan tema
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status