Semua Bab TAKDIRKU ADALAH KAMU: Bab 11 - Bab 20
24 Bab
Kerinduan sahabat
๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน Setelah menjenguk ayah Andika, Tasya berniat untuk mengunjungi rumah sahabatnya yang telah lama tak ditemuinya itu. Iapun menatap Bisma dan ingin meminta persetujuan dari pria yang belakangan ini sering menghabiskan waktu bersamanya. "Ada apa kau memandangiku seperti itu! Jangan bilang kau mulai mencintaiku?" ledek Bisma sambil tersenyum lebar. "Kau terlalu percaya diri!" elak Tasya mengerucutkan bibirnya. "Bisakah kau mengantarkan aku kerumah sahabatku, Bis!?" sambung Tasya lagi.  "Ke rumah Naira, maksudmu!"  Tasya mengangguk cepat. Bisma tersenyum mengiyakan sambil berbisik dalam hati.  "Bagaimana aku akan menolakmu, Sya! Kau begitu berarti untukku."  Tasya tersenyum senang. Merekapun segera menuju ke arah rumah Naira. Tapi betapa kecawanya hati mereka saat menemui rum
Baca selengkapnya
Masih Dia
๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน "Nai, kaukah ini?" tanya seorang gadis dalam keremangan senja. Naira mengangguk merekapun saling berpelukan diiringi tangisan yang mengharukan. "Mengapa kau setega ini padaku, Nai! Pergi tanpa berita, apakah kau tidak merindukanku, eoh!" ucap Tasya memandang tajam pada sahabatnya tersebut. "Maafkan aku!" lirih Naira tanpa berani menatap Tasya.  "Aku kehilanganmu, Bodoh! Kamu kemana saja selama ini, tidak sempatkah kau memberiku kabar sedetik saja."  "Maafkan aku!" Naira hanya mampu mengucapkan kata-kata itu. Dia merasa bersalah karena pergi tanpa berpamitan pada Tasya. "Tidakkah kau mengijinkan aku untuk duduk lebih dulu, sebelum aku bercerita?" tanya Naira sambil menekuk wajahnya menatap Tasya. "Tidak!!! Ini hukumanmu karena hilang tanpa kabar?" sungut Tasya berpura-pura marah pada Naira "Ayolah ... aku capek berdiri! Dan maafkanlah kesalahanku ini, kumohon," rajuk Naira sambil menarik kedua kupingnya
Baca selengkapnya
Misterius
๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน Naira belum mampu memejamkan matanya. Ia masih teringat kembali permintaan ayah Andika. "Kabulkan permintaan orang tua ini, Nak!"  "Tapi Tuan, apakah pantas aku untuk putra tuan?" Naira bingung harus menjawab apa. Disisi lain dia memang mencintai Andika tapi ia ingin pria itu juga mencintainya bukan karena perjodohan. "Dari sekian banyak gadis hanyalah kamu menurutku yang pantas untuk putraku!"  "Tapi Tuan!"  "Aku mohon, Nai! Aku akan tenang meninggalkan dia bila Andika memiliki pasangan hidup seperti dirimu"  Naira terdiam. Hingga kini ia bingung harus bagaimana. "Ya Tuhan inikah takdir hidupku!" batin Naira dalam diamnya sebelum ia terlelap dalam alam mimpi. Namun malam ini seperti mata itu enggan terpejam. Pikirannya masih melayang-layang jauh memikirkan problema yang
Baca selengkapnya
Ada di dekatmu
๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒนSeorang pria paruh baya menatap sayu pada kedua wanita itu. Hatinya tersayat pilu menatap anak dan mantan istrinya yang dia tinggalkan dulu. "Maafkan ayah, Nai!" bisik lelaki itu. Iapun segera berjalan meninggalkan mereka.  Tapi tanpa sengaja Sulastri menoleh ke arah pria paruh baya tersebut saat ojek sudah membawa barang-barangnya. Mata mereka saling menatap. Namun tatapan yang diberikan oleh Sulastri adalah tatapan yang mematikan. Dengan langkah tergesa Sulastri menarik tangan Naira cepat. Naira terkejut namun mengikuti saja langkah ibunya. "Pelan-pelan, Ibu! Kakiku terasa mau patah." Naira memperlambat langkahnya. Namun ibunya tetap menarik kuat tangan Naira. "Ibuuu ... Kakiku sakit" rengek Naira. "Aduh Ibu, sebenarnya kau sedang mengejar apa?" tanya Nairakesal. Melihat ibunya tak peduli dengan keadaannya. "Diamlah ....!!! Ikuti saja i
Baca selengkapnya
Tak Terduga
๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน "Tok ... Tok" suara pintu diketuk membuat Sulastri terkejut. Iapun segera membuka pintunya. Betapa terkejutnya saat melihat siapa yang kini berdiri di depannya. Pria yang selama ini begitu dibenci kini hadir di depan pintu rumahnya. Lelaki yang telah menoreh luka dan membuatnya menderita hingga kini mampu ia lupakan. "Untuk apa kamu datang menemuiku lagi!" bentak Sulastri.Pria itu memandang sejenak lalu jatuh berlutut di bawah kaki wanita itu."Maafkan aku, Tri! aku telah menyakiti kalian, aku ingin menebus kesalahan itu!" tatap pria itu meminta maaf pada mantan istrinya. Dan bersimbuh, Sulastri bersurut mundur menghindari jangkauan tangan pria paruh baya itu. Kenangan masa lalu kembali bermain di kepalanya."Maaf untuk apa! Kamu pikir kesalahanmu yang membuat kami, menderita itu dengan mudah kami maafkan! Tidaak ... Tidak akan pernah." sungut Sulastri."Aku mohon, aku sangat menyesali
Baca selengkapnya
Sosok misterius
๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒนSaat ini Bisma menemani Tasya di butiknya. Pria itu begitu menyayangi gadis tersebut. Walau cinta itu tak mampu diungkapkannya tapi ia terasa begitu bahagia bila di sisi Tasya."Apa agendamu hari ini, Sya?" tanya Bisma sambil memainkan jarinya di meja."Aku akan menemui Naira!" "Naira?? Sejak kapan kamu bertemu dengannya?" kejut Bisma mendengar Tasya telah bertemu sahabatnya dan gadis itu tak menceritakan sedikitpun padanya."Beberapa hari yang lalu dia datang menemuiku." jelas Tasya.  "Lalu mengapa kau diam saja! Apa aku tak berhak tahu!" sungut Bisma dengan wajah di tekuk. Tasya tertawa melihat reaksi dari wajah Bisma yang menurutnya sangat lucu. "Aku pikir, nanti  aku akan memberitahumu! Aku belum sempat!" "Kamu memang jahat, tak pernah menganggapku ada!" kilah Bisma dengan bibir tambah dimanyunkan. Tasya semakin tertawa geli melihatnya, iapun mendekati pria itu dan mengu
Baca selengkapnya
Panik
๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒนAndika berlari-lari di sepanjang koridor rumah sakit. Wajahnya begitu terlihat panik dengan tidak memperdulikan orang-orang sekitar, tidak hanya satu atau dua orang yang ditabraknya. Ia harus secepatnya mencari dokter untuk menolong Meli."Harap tunggu di luar, Tuan! Dokter akan segera menanganinya." cegah seorang perawat saat melihat Andika ingin ikut masuk ke ruangan ICU. Selang berapa jam Meli sudah di bawa di ruangan rawatnya. Dan Andika boleh menjenguknya.Begitu sampai di depan pintu Andika segera membuka cepat dan masuk ke dalam dan tepat di sebuah ruangan terbaring seorang gadis tengah tidur dengan selang infus, dan alat bantu pernapasan.Andika berdiri cukup lama dengan terus menatap Meli. Setelahnya ia melangkah pelan kearah sosok lemah tersebut."Bodoh ...." ucap Andika tepat di sebelah Meli.Tak lama berselang gadis tersebut mulai menunjukan resfon positif untuk sadar, sebelum membuka mata sempurna. Andika seg
Baca selengkapnya
Bertemu Ayah
๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒนSetelah menjenguk ayah Andika ia kembali ke ruangannya, bila sudah begitu pikiran Naira kembali melayang dalam kesendirian. Ia kembali mengingat percakapan dengan ibunya semalam."Apa kau membenci ayahmu, Nai?" "Aku tidak akan pernah membencinya, Ibu. Walaupun ayah tak pernah ada saat aku membutuhkannya! Aku bahkan merindukan hadirnya.""Andai kamu bertemu ayahmu, apa yang akan kau lakukan, Naira!" "Aku akan memeluknya ibu. Dan berkata bahwa aku begitu merindukan hadirnya." Dan kini Naira diberi sebuah foto oleh ibunya. Ia seperti pernah bertemu tapi ia lupa dimana tempatnya."Apa yang kau lakukan, Dokter Naira!" panggil seseorang membuyarkan lamunannya."Tasya ...." seru Naira saat melihat siapa yang berdiri di hadapannya. "Masa seorang dokter melamun sih! Aku berdiri dihadapanmu sejak tadi, tidak ditahu." celetuk Tasya sambil manyun."Hah ... Yang benar saja kamu berdiri disitu sej
Baca selengkapnya
Kenyataan pahit
๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒนMeli yang mendapat kabar tentang ayahnya yang sempat pingsan di jalan dan kini di rawat di rumah sakit ini langsung panik dan segera ingin mencari keberadaan ayahnya yang di rawat. "Aku akan mengantarmu, jangan terburu-buru seperti itu, nanti selang infusnya lepas dari tanganmu." cetus Andika. Pria ini selalu setia mendampingi Meli dari seminggu yang lalu. Namun keadaan Meli bekum pulih benar dan masih mengharuskan gadis ini untuk di rawat lebih lanjut. Meli menatap Andika dengan penuh cinta dan kebahagiaan. Pria ini benar-benar menuruti permintaannya untuk tidak mendekati Naira lagi. Gadis itu bangga dengan keberhasilannya ini. "Apa aku tidak merepotkanmu, And!" tanyanya dengan nada manja. Andika hanya menggeleng dan segera menuntun Meli untuk ke ruangan ayahnya berada. Dengan bergelayut mesra di lengan pria itu Meli mengikuti langkah Andika. "Aku yakin kamu tak akan tega meninggalkan aku!" kekeh Meli da
Baca selengkapnya
Kejutan
๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒนNaira belum sanggup untuk menghadapi kenyataan ini dimana ayahnya adalah ayah Meli juga. Ia belum mampu menata hatinya yang kini benar-benar retak. Ingin menyalahkan takdir tapi semua sudah kehendak Yang Maha Kuasa, dan itu sudah digariskan untuknya. "Aku harus kuat, aku pasti bisa! Aku sudah terbiasa dengan hal yang semacam ini!" ucap Naira memberi semangat pada dirinya.   "Ini jadwalku untuk memeriksa ayah! Aku harus menemuinya, dan semoga kesehatannya lebih membaik lagi." tambah Naira lagi dan iapun segera keluar untuk memeriksa ayahnya. Gawai Naira berdering melihat nama siapa yang tertera membuat gadis itu tersenyum."Ya hallo" "....""Malam ini?" kening Naira berkerut mendengar ajakan sang penelfon."...""Aku tak bisa berjanji, Sya! Tapi aku akan usahakan untuk datang." Naira segera menutup telfonnya. Dan masuk ke ruangan ayahnya."Selamat sore, Tuan! Bagaimana keadaan tu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status