Semua Bab Crazy Woman: Bab 41 - Bab 50
124 Bab
39 : Tidak takut
Ria menekan tombol untuk memberi tanda bahwa ia ingin berbicara. Agung yang melihat hal tersebut menghela napas lelah. "Bagaimana yang lain? Apakah ada tanggapan?" tanyanya melihat sekitar agar Ria tak bicara lagi. Perempuan itu memberi sanggahan dan tanggapan terus sedari tadi, seolah rapat hanya dihadiri oleh Bapak Kabid (Kepala Bidang) dan Ria saja. Karena dirasa tak ada yang menyalakan tombol untuk berbicara, maka Agung mempersilakan Ria. "Silakan, Mbak Ria.""Saya bingung sih, di proposal tertulis akan dibayarkan pada perusahaan sampai nominal 8-10 M ya untuk semuanya, kenapa jadi dipangkas hanya menerima maksimal 5 M?" tanya Ria dengan memegang pena di tangannya. Sepanjang rapat berlangsung ia menghitung kembali perkiraan pendapatan bersih yang akan didapat oleh perusahaan berdasarkan harga jual produk. "3-5 M dipergunakan untuk biaya operasional mulai dari penjemputan ke pabrik hingga pemberian ke peserta," jelas Pak Kabid yang masih tidak dit
Baca selengkapnya
40 : Kaya
"Yan, Tian," teriak Jimmy dari ujung lorong dorm mereka. Tian yang sedang bersantai di sofa ruang keluarga malas menanggapi, nanti juga terlihat keberadaannya di sini. "Yan, bangun dulu! Gue mau membicarakan hal yang serius," ujar Jimmy dan menarik tangan Tian untuk bangun. "Gue mau tanya, Ria bukan orang sembarangan ya? Dia berasal dari keluarga konglomerat ya?" tanya Jimmy membuka pembicaraan mereka. Tian bingung harus menjawab apa. Ia sendiri tidak begitu mengenal keluarganya Ria karena mereka hidup masing-masing. "Gue gak tahu. Gue cuman kenal abang dan adiknya aja sih. Abangnya Randy Ananta, direktur di Wira Corps dan adiknya Reynal mahasiswa di Binus," jelas Tian sesuai informasi yang ia ketahui. "Direktur di Wira Corps.? Wah kaum borjuis do
Baca selengkapnya
41 : Dorm GMC
"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Tian begitu dokter pribadi GMC selesai melakukan pemeriksaan terhadap Ria yang sedang tidak sadarkan diri. "Saya duga Nona tertekan dan shock. Tangan kanannya terluka akibat memecahkan gelas dengan cara digenggam karena ada bekas pecahan gelas yang tersisa dan membuat darahnya terus mengalir. Sudah saya bersihkan." Dokter tersebut menjeda perkataannya untuk melihat apakah ada tanggapan dari Tian. "Lanjut, Dok," pinta Tian karena ia sudah mengerti dan belum ada yang ingin ditanyakan. "Lebam di lehernya belum dapat dipastikan karena apa. Saya duga karena dicekik oleh seseorang karena saya melihat bekas tangan seseorang dan tercium bau tembakau dari leher Nona.""Astaga." Jimmy bereaksi setelah mendengar penjelasan dokter dan memejamkan matanya untuk meredakan kekesalan yang tiba-tiba hadir. Bisa-bisanya ada orang melakukan kekerasan terhadap Ria!"Saya sarankan untuk tidak langsung bertanya ketika
Baca selengkapnya
42 : Belanja
“Terima kasih sudah mengizinkan aku singgah semalam di dorm kalian. Maaf kalau kedatangan aku mengganggu waktu istirahat kalian,” ucap Ria pada seluruh penghuni dorm yang stay di ruang keluarga. Mereka tidak memiliki ruang tamu karena memang tidak boleh ada tamu yang berkunjung ke dorm ini. “Sama-sama, Ria. Terima kasih juga atas masakannya, enak banget,” balas Januar tak kalah senangnya, padahal ia sudah pernah merasakan masakan Ria ketika berkunjung ke Rajawali bersama Jimmy. Ria bangkit dari kursinya dengan menenteng tas Gucci merah dan berpamitan untuk yang terakhir kalinya. “Gue pamit dulu ya. Kalau mau main ke Rajawali kabarin aja, siapa tahu gue lagi libur. Oh iya, pegawai kantoran kan libur di Sabtu Minggu.” Ria menunjukkan deretan giginya ketika mengingat hari liburnya yang tetap, tidak seperti GMC yang liburnya tidak menentu. Tian mengantarkan Ria hingga lantai basement karena Anton sudah menungguny
Baca selengkapnya
43 : Dipecat
Keluar dari klinik kecantikan dengan kepercayaan diri maksimal. Tiga jam waktu yang dihabiskannya di dua tempat tersebut. Ria dengan penampilan baru yang sangat fresh. Memang me time itu sangat dibutuhkan untuk mencharge energi sendiri. Ria memotong rambutnya sampai di bawah bahu yang sebelumnya sepanjang pinggang. Ia merasa sudah sangat panjang dan gerah jika sedang menggerai rambutnya. Ria terlihat jauh lebih muda dari usia seharusnya. Ia seperti mahasiswi tingkat satu. Ria mengenakan kaos putih dengan blazer krem dan celana bahan dengan warna senada. Sebenarnya ini pakaian untuk bekerja, tapi Ria sedang ingin menjadikannya pakaian casual. Kebetulan ini masih hari kerja, mungkin orang lain akan memaklumi jika melihat Ria. Ia berencana langsung menuju kampus Reynal sebelum langkah kakinya terhenti akibat teriakan seseorang yang memanggil namanya. "Ria!" Belum sempat dirinya mencerna situasi, seorang perempuan memeluknya dengan sangat kencang dan penuh antusias. Ria tid
Baca selengkapnya
44 : Menjauh
“Dimana sih acaranya?” tanya Ria pada Andi yang menyambutnya di parkiran begitu ia turun dari mobil.“Di Auditorium FEB, Nona. Mari saya antar,” balas Andi dan menawarkan opsi tersebut pada Ria. “Gak usah. Saya bisa sendiri,” tolak Ria dan berjalan meninggalkan lelaki tersebut. Andi hanya mampu terdiam melihat respon sang nona yang tidak seperti biasanya. Berniat untuk menyusul langkah Ria khawatir jika gadis tersebut akan tersesat, langkahnya dihentikan oleh Anton. “Jangan dipaksa. Dia lagi pengen sendiri. Kita cukup jagain dari jauh aja.”“Aneh banget. Padahal dia gak pernah lepas dari bantuan kita dalam hal apapun.” Ria berjalan menyusuri lobby fakultas ekonomi dan bisnis tempat kuliahnya dulu dan membawanya kembali pada kenangan dunia kampus yang tidak begitu berarti. Ria satu almamater dengan Reynal karena papahnya sudah percaya dengan kualitas universitas ini. Kehid
Baca selengkapnya
45 : Kesal
"Kamu kok bisa ada di sini?" Hal yang pertama Tian ucapkan begitu melihat Ria sedang menyandarkan tubuhnya di kursi mobil sambil memejamkan mata. Ria membuka mata dan langsung menghadap Tian yang berdiri di pintu mobil sebelah kiri. "Kamu tuh bisa gak sih tiap pertama kali ketemu aku di tempat yang gak expect akan ketemu, gak usah pertanyaan itu yang keluar. Kesannya kayak aku yang gak bisa pergi kemanapun gitu! Kamu gak senang kalau kita bertemu tanpa direncanakan seperti ini?" Ria yang sedang meredakan amarah, kembali marah ketika diberikan pertanyaan seperti itu. "Maaf. Bukan begitu maksud aku, aku cuman-" Belum selesai perkataan Tian tapi sudah terhenti oleh Ria yang langsung keluar dari mobil begitu saja. "Hey, Ria. Ganti baju dulu!" teriak Jimmy yang ikut keluar dari mobil mengejar gadis tersebut. Tian yang belum tahu situasinya hanya bisa menggaruk belakang kepalanya. Jimmy berhasil membawa Ria kembali dan memberikan tangan
Baca selengkapnya
46 : Masalah Antara
Jakarta, 3 bulan yang lalu.  "Tuan, ada masalah-" "Setiap hari ada masalah," potong Antara begitu saja. Andre mengatupkan bibirnya mendengar respon tersebut. Kebiasaan tuannya yang asal memotong perkataan orang lain."Lanjut," titah Antara karena melihat Andre yang tidak melanjutkan perkataannya. "Dewan komisaris Adiwira mengajukan untuk diadakan RUPS terkait permasalahan yang sedang terjadi di sana, Tuan." Antara meletakkan pena dan berkas ke atas meja ketika mendengar kabar tersebut. "Tuan Reno tidak menjalankan perusahaan sebagaimana tugas dan wewenangnya. Perusahaan mulai mengalami konflik internal dan eksternal dan mulai mengganggu stabilitas perusahaan," ucap Andre melanjutkan informasi yang harus disampaikannya kepada Antara. "Konflik apa? Seberapa berantakannya perusahaan dan anak saya?" Antara tidak bisa mengabaikan begitu saja fakta yang baru diketahuinya. Ia pikir semua berjalan baik-baik
Baca selengkapnya
47 : Guest Star
"Acaranya mulai jam berapa sih?" tanya Ria dalam perjalanan menuju lapangan tempat panggung didirikan. "Jam 8 malam, Kak. Biar gak ganggu waktu ibadah," jawab Reynal yang berdiri di samping Ria. Mereka memutuskan untuk menuju lokasi acara diadakan karena Reynal harus standby di sana.Acara tersebut adalah closing ceremony masa pengenalan kampus mahasiswa baru dan akan ditutup oleh hiburan berupa konser yang tidak begitu megah. Konser ini dibarengi dengan penggalangan dana untuk aksi sosial yang akan dilakukan beberapa bulan ke depan. Mahasiswa kampus ini terkenal dengan kaum borjuisnya. Maka dari itu panitia tidak tanggung-tanggung mensetting acara penutupan mereka bersamaan dengan galang dana untuk mendapatkan hasil yang sangat besar. Ria sendiri tidak mengetahui dana tersebut untuk kegiatan sosial apa dan ia juga malas bertanya. Ria dan Reynal bergandengan tangan melintasi tengah lapangan yang sangat luas. Di depan panggung tersedia ku
Baca selengkapnya
48 : Galak
“Kak, maaf banget aku gak bisa ninggalin backstage sepanjang acara tadi. Maaf. Kakak jadi nonton sendirian,” kata Reynal yang terduduk di sampingnya setelah acara selesai. Para penonton mulai meninggalkan lokasi dan keadaan stadion yang menjadi crowded. Maka dari itu Ria masih duduk dan bertahan di posisinya menghindari berjibaku dengan mereka. “It’s fine. Kamu ketemu Jimmy di backstage tadi?” Ria menanyakan keberadaan lelaki tersebut. Ia akan memarahinya perihal keikutsertaannya pada acara tidak masuk akal barusan. “Ketemu, Kak. Kita satu tenda.” Balasan dari Reynal langsung membuat Ria bangun dari posisinya dan meminta Reynal untuk mengantarkannya pada tenda tersebut. Reynal hanya mengikuti perkataan Ria dan mengantarnya menuju tenda yang disediakan panitia untuk persiapan para penampil. Ria  terburu-buru dalam berjalan dan beberapa kali menabrak orang yang sedang berlalu lalang di stadion ini.&n
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status