Semua Bab The Reason Why: Bab 31 - Bab 40
93 Bab
30. Munculnya Keretakan
Ares menutup pintu UKS dengan pelan agar Athena tidak terbangun. Lelaki itu sempat menemani Athena sampai gadis itu tertidur setelah meminum paracetamol. Ia tidak menyangka Athena yang terlihat kuat pun bisa jatuh sakit. Apa yang menyebabkannya sampai tumbang? Ares sendiri terlalu sibuk memikirkan penjelasan seperti apa yang harus ia berikan pada Athena perihal masalah yang terjadi di rumahnya tempo lalu. Ditambah dirinya juga sempat membentak Mamanya sendiri, Hera, hanya karena kekesalannya sesaat. Tapi sebenarnya Ares memang tidak pernah mengerti kenapa Hera sampai mengalami trauma yang cukup membekas karena kepergian Ariel. ‘Lo nggak bisa menanyakan sesuatu yang jawabannya pun nggak lo ketahui.’ Batin Ares menginterupsi pikirannya. Ares mengepal tangannya kuat. Ini adalah perdebatan antara pikiran dan perasaannya. Dirinya mengakui bahwa ia sendiri pun pernah mengalami depresi, efek yang ditimbulkan karena kepergian Ariel. Seharusnya ia tidak perlu
Baca selengkapnya
31. Tersadarkan
Athena membuka matanya perlahan. Hanya ada cahaya remang-remang dari lampu tidur di kamarnya. Kepalanya sudah tidak seberat tadi sebelum ia minum obat dan tidur. Hari ini ia tidak masuk sekolah, ternyata demamnya semakin tinggi. Tiap sakit tenggorokan, ia memang akan merasakan demam. Elva sudah memberikan Athena wejangan agar tidak perlu keluar kamar, semua pekerjaan rumah yang biasa Athena kerjakan tidak perlu lagi dikerjakan olehnya. Athena berusaha menyerat tubuhnya untuk bersandar pada kepala ranjang. Ia mengambil ponselnya dari nakas untuk mengecek jam. Waktu menunjukan pukul 3 sore lewat 12 menit. Gadis itu juga bisa melihat belasan panggilan tak terjawab dari Ares, dan 2 pesan dari Sidney yang baru dikirim 20 menit lalu. Athena membuka pesan Sidney lebih dulu. Sidney: NANA! Lo nggak masuk karena sakit ya? Udah gue isi sakit ya absen lo. Sidney: Na, kayaknya Ares nekat dateng ke rumah lo karena teleponnya nggak diangkat
Baca selengkapnya
32. Tawa Dalam Tangis
Ares mengajak Alfred dan Alvin keluar dari kamar Athena. Ia sengaja memberikan Sidney ruang untuk mengajak Athena bercerita. Ares sangat paham bahwa biasanya para perempuan akan selalu mencurahkan hati ketika mereka merasa sakit, baik batin maupun fisik. Yah, sama seperti Mamanya—Hera, pasti akan selalu meminta Ares bercerita tiap ia sedang demam, katanya mendengar suara orang lain saat sakit itu menciptakan suasana positif, kata Hera.“Mau ngomong apa, Bang?” Alfred buka suara lebih dulu.Ares menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, kedua lelaki yang lebih muda darinya 3 tahun itu paham kalau Ares hanya mencari alasan.“Pasti mau ngasih Nana dan Sidney ruang.” tebak Alvin.“Kelihatan banget, ya?” tanya Ares dengan tawa canggung.Dua lelaki kembar itu mengangguk bersama.“Gue cuma ngasih kesempatan ke Ana buat numpahin semuanya ke Sidney. Gue tahu banget kalau alasan orang sakit itu bukan cuma d
Baca selengkapnya
33. Seorang Teman Sejati
Athena sudah kembali bersekolah. Ternyata benar, ketika sedang sakit kita kedatangan orang-orang yang membuat tertawa dan bahagia, maka sakit itu akan hilang. Ditambah, kemarin Athena benar-benar menikmati pizza yang dipesan oleh Sidney menggunakan uang Ares. Setelah mereka ikut menertawakan Ares yang tidak sadar dirinya tertawa sampai menangis, Ares dan AL kembar kembali bermain PS. Pizza yang dipesan juga datang di tengah-tengah permainan mereka, dan sempat terjadi kegaduhan karena AL kembar yang beradu argumen soal topping nanas pada pizza. Walau sudah bisa bersekolah, Athena tetap membawa obatnya. Takut-takut kalau rasa pusingnya hadir lagi. Elva juga yang membuatkan bekal untuknya pagi itu. sebenarnya, Athena merasa senang tiap ia sedang dilanda demam, karena orang tuanya menjadi lebih perhatian dari biasanya. Jika Elva akan sibuk mengurus kerjaan, bahkan sampai tidak sempat memasak, Athena yang mengerjakan semuanya. Tapi kini ia bisa bersantai sedikit karena p
Baca selengkapnya
34. Skenario Buatan
Elva menatap Athena lama sebelum akhirnya menghela napas. Wajah seriusnya perlahan memudar, kemudian senyum hangat keibuan ia tampilkan. Sukses membuat Athena terdiam dalam keterkejutan. “Mama… nggak marah?” tanya Athena pelan. Elva mendekat, duduk di tepi kasur Athena—sementara gadis itu duduk di kursi belajarnya. “Buat apa Mama marah?” Elva malah balik bertanya membuat Athena semakin bingung, namun wanita paruh baya itu melanjutkan, “Sebelumnya, Mama nggak ngizinin kamu deket sama cowok karena Mama nggak mau kamu ngalamin hal yang sama. Cuma buat dijahilin kayak pas sama temen-temennya adik kamu, dan dimanfaatin. Mama nggak suka sama tipe orang kayak gitu. Tapi setelah beberapa kali Mama diem-diem cuma ngamatin aja, akhirnya Mama paham kalau Ares beneran tulus sama kamu, sayang.” “Ares tulus sama aku, Ma?” bukannya tidak mendengar, bukannya tidak mengerti, tapi Athena hanya tidak bisa percaya dengan kalimat semu itu. Tulus itu… seperti apa?
Baca selengkapnya
35. Rasa Takut
Sidney berjalan menuju kelas dengan pikiran yang melayang-layang setelah mendengar perkataan Sela tentang sosok Adikara. Bagaimana sebenarnya Adikara mengendalikan kehidupan Ares dan Ariel sebelum kematian Ariel terjadi. Apakah semua itu mungkin dilakukan? Ya, mungkin. Karena kekuasaan dan kekayaan yang dimiliki oleh Adikara Wangsa, itu semua menjadi mungkin. Tapi bagaimana Adikara bisa memiliki pikiran sepicik itu? Itu yang tidak dimengerti oleh Sidney. Saat ia memasuki kelas, Ares sudah tidak ada di sana. Sepertinya sebentar lagi jam istirahat selesai. Sidney dengan cepat duduk di sebelah Athena—yang masih menampilkan senyuman sambil melihat telapak tangannya. Sidney berusaha mengintip apa yang Athena lihat di telapak tangannya itu, tapi tidak ada apapun di sana. “Lu lagi lihatin apaan sih?”                           
Baca selengkapnya
36. Amarah Tak Diduga
Ares melepas earphone wearlessnya usai mendengarkan episode terbaru—yang baru sempat ia dengarkan, dari podcast Athena yang berjudul “Tentang Ketakutan, Keraguan, dan Ketulusan”. Ia merasa bahwa episode terbaru Athena berisi tentang perasaan gadis itu padanya. Mungkinkah Athena saat ini sedang menunggu dirinya untuk memberikan penjelasan? Membayangkannya saja entah mengapa membuat Ares merasa senang. Itu artinya, Athena juga ingin tahu mengenai kehidupannya, ingin tahu dirinya lebih dalam, dan terlebih lagi… Athena mungkin saja menyukainya!Ares memutuskan merapikan barang-barangnya—seperti ponsel, charger, dompet, dan parfum, untuk pergi keluar rumah. Di hari Sabtunya yang cerah, ia akan menemui Athena—yang mungkin sekarang sudah sepenuhnya pulih. Ares turun ke lantai satu dengan perasaan ceria. Di dalam hatinya, ia sudah memiliki niat untuk menceritakan semuanya pada Athena hari ini. Ia tidak bisa terus berdiam diri lag
Baca selengkapnya
37. Terkekang Masa Lalu
Athena menatap layar ponselnya lama, kemudian mematikannya lagi. Lalu ia mengguling-gulingkan tubuhnya di dalam selimut di atas kasurnya, dan kembali membukanya selimut. Beberapa menit terdiam menatap langit-langit kamar, kemudian menoleh lagi pada ponsel di sebelahnya—membuka kunci layar, melihat tidak ada notifikasi, kemudian mematikannya lagi.“Arghh… sebenernya gue nungguin apa sih?” monolognya.Dua detik kemudian, ponselnya berdering tanda ada telepon masuk. Tanpa melihat nama sang penelepon, Athena langsung menyambar ponselnya dan menekan tombol hijau bahkan sebelum dering pertama usai.“Halo?” tanyanya semangat.“Ada hal bagus pagi ini? Tumben lo semangat banget.”Suara Sidney menyahut dari seberang telepon. Wajah Athena berubah datar, “Sialan. Ternyata elo, Sid.”“Ooh, lo lagi nungguin telepon seseorang? Siapa, tuh?” goda Sidney.“
Baca selengkapnya
38. Sikap Dingin
Senin pagi datang juga. Athena berangkat ke sekolah menggunakan ojek online. Sebenarnya Alfred menawarkan untuk mengantarnya sampai depan sekolah sekaligus ia juga pergi ke sekolahnya, namun Athena menolak. Ia tidak ingin teman sekolahnya melihat dirinya turun dari motor adiknya, yang notabenenya hanya berjarak satu tahun dengannya. Bisa-bisa terdengar gosip aneh tentang Athena yang memiliki selingkuhan dari sekolah lain.“Nana~”Sidney menyapa riang Athena yang sampai di depan gerbang sekolahnya, kebetulan Sidney juga baru sampai di sekolah. Gadis dengan poni yang selalu rapi itu merangkul pundak Athena yang lebih pendek darinya.“Gimana tangan lo? Udah lebih baik?”“Lukanya masih merah gitu, tadi Alvin bantu gue ganti perbannya.” jawab Athena.Kepala gadis yang rambutnya dicepol asal itu menoleh ke kanan dan kiri, membuat anak rambut yang jatuh di dekat telinganya bergerak terkena angin. Sidney mengiku
Baca selengkapnya
39. Situasi Menyedihkan
Jam istirahat, Athena memutuskan untuk pergi ke kantin. Ia merasa harus menemui Ares dan mendengar penjelasan lelaki itu tentang perlakuannya tadi pagi. Kali ini Sidney tidak menemaninya, karena sahabatnya itu harus melakukan rekaman bersama anak-anak OSIS untuk konten Zetubenya. Athena berhasil menemukan Ares sedang duduk di kursi panjang kantin sambil menyantap ketoprak sebagai makan siangnya. Entah kenapa tubuhnya terasa kaku ketika hendak mendekat pada Ares. Ada sebuah atmosfer dingin yang menyelimuti Ares, seakan menangkal semua orang yang sedang tidak ingin diajak bicara olehnya. Athena bisa melihat dari kejauhan, bahwa Sela berjalan mendekat ke meja di mana Ares berada, sambil membawa sebuah nampan yang di atasnya terdapat dua gelas teh manis dan satu mangkuk mie ayam. Beberapa detik setelah Sela duduk di hadapan Ares, mata lelaki itu dan Athena beradu beberapa detik. Wajah Ares berubah menjadi datar, kemudian pandangannya ia alihkan pada Sela. Gadis y
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status