All Chapters of Pendekar Dua Jiwa: Chapter 51 - Chapter 60
146 Chapters
50. Kota Chenliu
Perjalanan Cao Cao berakhir. Setelah mendapat prasasti peninggalan Xiang Yu, Cao Cao tiba di kota Chenliu."Tuan Cao Cao pahlawan Han!" "Selamat datang Cao Mengde!"Semua penduduk menyambut dengan gegap gempita. Beberapa dari mereka melempar bunga ke jalan yang Cao Cao lalui. Bahkan beberapa pasukan pemerintah ikut bersorak menyambut pahlawan mereka.Ini menunjukkan bagaimana pandangan rakyat pada Han. Walau Kekaisaran korup, mereka tetap setia. Bagi nereka Han adalah identitas pemersatu, berbangsa dan bertanah air. Teriakan lain muncul. "Bunuh tirani Dong Zhuo! Panjang umur Kaisar Xian!Cao Cao turun dari kuda di depan rumah megah. Di sana dia disambut Cao Ang dan Cao Zhen, anak pertama dan kedua."
Read more
51. Kebangkitan Cao Cao
Dada Cao Cao seperti ditabuh dari dalam. Ini perang pertama melawan musuh bebuyutan dan dia masih berpakaian santai. Dia hendak pulang ke rumah untuk memakai pakaian perang keramat, akan tetapi suara tawa du depan gerbang membuatnya. Dua orang berdiri di sana. "Lihat, dia gugup!" Pria gendut menepuk punggung pria kurus. Keduanya maju menemui Cao Cao. "Haiya! Aku kira pasukan musuh!" Cao Cao memeluk kedua pria dengan erat penuh kekerabatan. "Ayo masuk, saudara-saudaraku." Pria gendut berbrewok tipis adalah Cao Ren. Sepupu Cao Cao. Dia membawa perisai besar dan kapak sebagai senjata. Pria kurus berwajah cekung bernama Cao Hong sepupu Cao Cao. Kumisnya tebal dengan ujung kiri
Read more
52. Perjalanan Nu An
Setelah menerima buku dari Zuo Ci, Nu An menjadi sedikit mengerti tentang ilmu beladiri.Namun, dia lebih fokus pada ilmu pengobatan yang juga ada di buku kumal sakti. Dengan ilmu itu dalam beberapa Bulan terakhir dia mengobati banyak orang.Dengan berbuat baik dia tidak meminta upah, hanya menerima makan untuk sekedar mengisi perut, guna memberi tenaga untuk mencari adik yang entah ke mana.Banyak orang berkerumun di depan rumah gubuk beratap rerumputan kering. Mereka penasaran orang seperti apa Nu An."Tuan Nu An, terima kasih karena mengobati anak gadisku. Pria tua menaruh makanan juga bekal makanan ke meja kecil. Nasi campur rumput, dengan duri ikan bakar sebagai pengharum. Begitu miskin keluarga mereka bahkan makan
Read more
53. Koalisi Melawan Dong Zhuo
Nu An mengamati tiga orang aneh.Yang pertama, Zhang Fei, badan kekar penuh otot berpakaian lengan terbuka. Wajahnya seperti singa penuh brewok.Di sebelahnya pria berbadan proporsional berpakaian mewah duduk di pelana kuda. Dia Liu Bei. Tampan, berdaun telinga besar, sepertinya orang baik.Yang terakhir, pria gagah berjenggot hitam panjang yang sangat lembut. Dia Guan Yuchang, buronan dari desanya. Dahulu dia salah satu pendekar lulusan perguruan Wudang, ketika kembali ke desa gadis yang dia suka diperkosa pejabat korup. Dia membabat habis semua pengawal juga pejabat korup.Belum sempat Nu An menyapa, suara yang dia kenal membuatnya menoleh."Ada apa ribut-ribut?" tanya Cao Cao menghampiri mereka. Di belakangnya
Read more
54. Lu Bu VS Tiga Saudara
"Sepertinya Han akan segera selamat," komentar Ha Nif, sambil memberi hormat ke Dewa-Dewi di langit. Beberapa pasukan penjaga di atas tembok juga melakukan hal yang sama. Pasukan Koalisi akan segera menghantam Hu Lao, lalu ke Luoyang dan memenggal Dong Zhuo. Akan tetapi Nu An tidak yakin. Walau dia melihat sendiri pasukan Koalisi bagai angin ribut memporak-porandakan pasukan lawan, tetapi perasaannya berkata lain. "Ayo kita bersiap-siap merawat pasukan," ajak Nu An, pada kedua muridnya yang setia. Dia telah menemukan tenda Cao Cao dan bersiap menyusun rencana untuk membunuhnya. Tetapi beberapa hari berlalu, tenda itu selalu dijaga oleh dua orang kesatria. Dian Wei dan Xu Chu. Terlebih Cao Cao menghabiskan banyak waktu di tenda utama bersama para Jendral. membuat Nu A
Read more
55. Dendam Nu An
Dian Wei memberi hormat pada Nu An. "Apa Anda benar-benar bisa mengobati berbagai penyakit?" Nu An mengangguk. "Ada yang bisa saya bantu?" "Ah, bagus!" Dian Wei menarik Nu An pergi menuju tenda lain. "Tuan Cao Cao membutuhkanmu." "Bukannya tendanya yang tadi?" Dian Wei tertawa. "Dia selalu menaruh curiga seseorang akan membunuhnya, jadi dia sering pindah tenda." Siapa sangka jika Dian Wei malah membimbing Nu An menuju sarang Cao Cao. Dengan begini dia akan lebih mudah menghabisi pria itu. Dian Wei menunjuk tenda jauh di ujung dekat tembok, membiarkan Nu An pergi sendiri. Dia berkumpul dengan beberapa pasukan, meneguk arak. Nu An
Read more
56. Lima Tahun Berlalu
Lima tahun berlalu semenjak koalisi bubar. Kehidupan rakyat semakin susah, perang di mana-mana, para jendral seakan tak peduli pada Han, mereka memperluas wilayah masing-masing dengan merebut wilayah jenderal yang lain. Para senior Huasan tahun ke tujuh atau tahun terakhir banyak yang turun gunung untuk membantu para pengungsi. Nama besae Huasan semakin mansyur. Terlepas dari itu, kehidupan di Huasan berjalan normal dan tentram. Di tanah lapang pusat danau, murid-murid Huasan duduk berbaris meratam bait puisi, membuat calon murid baru tahun ini terpesona. Terutama karena Zhou. Dia berdiri merapal puisi karangannya. "Engkau bagai bunga sakura, dinanti cepat merekah, disambut tawa dan musik ketika gugur."
Read more
57. Junior Aneh
Pakaian baru menutup tubuh mungil. Wajah manis tapi dari jenis pakaian jelas dia lelaki. Walau suara dipaksakan tinggi, tapi jelas sekali suara aslinya lembut. Dia Lu Xun, pemuda yang digadang-gadang memiliki kemampuan luar biasa.Bocah tahun kedua, pasti baru patroli pertama kali, masih polos dan menjunjung tinggi peraturan, pikir Zhou, memandang gusar beberapa bocah di bawah sana."Heh! Turun!" Gara-gara suara Lu Xun, pintu jendela kamar wanita ditutup rapat dari dalam. Gigi-gigi Zhou beradu, dia berdiri berdesis menunjuk-nunjuk Lu Xun dan teman-temannya, tapi urung berkata-kata. Dia tahu salah, tapi mereka juga salah. Kenapa patuh aturan?Mata sipit Lu Xun menangkap suling terselip pada ikat pinggang Zhou. Bend
Read more
58. Hukuman Tiga Tahun
Lu Xun kaget dengan pengorbanan Zhou yang dia ganggu. Bahkan dia belum berkenalan, tapi dia melindunginya. Dua kali dia ditolong. Dia tidak mau berhutang budi, segera dia memasang badan di hadapan Zhou, memandang guru. Para senior menarik selendang bening mereka, kembali ke sisi Guru."Kenapa memasang badan?""Maaf Guru, sebenarnya aku yang--"Zhou membekap mulutnya dari belakang. "Bocah ini nakal, mengata-ngataiku terus  Makannya aku menarik pedang untuk menakutinya supaya sopan kepadaku."Qiu menarik napas dalam. "Sikap seperti ini suatu saat bisa membunuhmu, bodoh."Qiu venar, tapi Zhou cuek. Prinsip hidup memang ti
Read more
59. Tiga Kali Berbudi
Deng Ai mengaku otak kriminal pencuri arak adalah Zhou. Karena itu keduanya terseret dalam sebuah hukuman fisik. Keduanya wajib mengambil air di sungai belakang gunung untuk mengisi setiap kamar mandi laki-laki di perguruan Huasan selama dua puluh satu hari, sesuai jumlah kendi arak yang mereka curi. Lu Xun juga terkena riak dari masalah tempo hari. Dia dipanggil 'sang taat aturan'. Siang ini dia duduk perpustakaan memandang gagang pedang mengenang memori tadi malam. Dadanya berdegup kencang ketika mengingat Zhou menariknya masuk dalam dekap. Zhou lelaki keren. Pipinya mendarat ke meja. Dia memeluk gagang pedang seperti memeluk guling. "Heh!" sentak seorang gadis tahun ketig
Read more
PREV
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status