Semua Bab How Could We Go Wrong?: Bab 21 - Bab 30
41 Bab
Chapter 20 - Ikatan Emosional
"Alana--" Suara terbata-bata terdengar dari arah Alan yang masih terbaring di ranjangnya. Alana yang berada di sofa dan mendengar suara itu pun menoleh dan memastikan ke ranjang Alan "Alana--" Ucap Alan lagi namun masih memejamkan matanya. "Alhamdulillah Alan udah sadar dan manggil nama kamu, Al." Ucap Lovandra yang sedari tadi berada di samping Alan. "Tante, ini bener kan?" Tanya Alana memastikan dengan wajahnya benar-benar berubah menjadi ceria seketika. "Alan, iya ini aku Alana." Alana mendekati Alan dan menggenggam tangannya "Alan kamu dengar aku, kan?" "Alana--" Ucap Alan lagi. "Tante, Alan kenapa masih ngucapin nama aku tapi matanya masih belum kebuka?" "Tante juga gak tau, Al. Tapi yang pasti Alan udah mulai sadar. Kamu tunggu Sebentar ya, tante panggil dokter dulu." Lovandra pun menghampiri dokter di ruangannya yang sedang mengobrol dengan Daffa "Dok, Alan udah sadar." Ucap Lovandra bersemangat dan sontak mereka pun ber
Baca selengkapnya
Chapter 21 - We Couldn't Go Wrong!
Sebelum mengadakan kunjungan ke kantor cabang besok, Alan mengajak Alana untuk makan malam bersama di salah satu restaurant yang berada di jalan Watugede, Wonorejo. Alana pun mengangguk, menyetujui ajakan Alan.Mereka mengunjungi restaurant tepat pukul delapan malam. Suasana restaurant-nya sangat menyatu dengan alam dan terdapat persawahan di sekitarnya.Alan memang memilih tempat seperti ini karena Alana selalu senang jika di ajak ke tempat yang berbau alam. Alana pernah mengatakan bahwa dia tidak terlalu suka dengan padatnya Jakarta, jarang menemukan tumbuhan. Disaat Alana di ajak keluar kota, dia tidak pernah mau untuk pergi ke restaurant yang tertutup atau tidak ada hal yang berbau alam.Saat mereka sampai, terlihat Alan memilih untuk duduk di outdoor yang dekat dengan persawahan dan hanya ada mereka berdua saja yang berada di sana. Saat Alana duduk, dia memalingkan waj
Baca selengkapnya
Chapter 22 - Salah Paham
"Short escape banget ya di Jogja cuma tiga hari." Ucap Alana yang sedang memandang persawahan dari dalam kereta."Nanti kita kesini lagi, ya. Aku gak boleh lama-lama bawa kamu. Cuma dikasi tiga hari sama Mas Ezra." Jawab Alan sembari mengusap puncak kepala Alana."Janji ya nanti kita kesini lagi." Alana menatap Alan sembari mengulurkan kelingkingnya"Iya, sayang. Aku gak nyangka kamu mau nerima aku." Alan meraih tangan Alana dan mengecupnya.Alana hanya tersenyum dan merapikan rambut Alan yang terlihat berantakan "Kita main ludo yuk, bosen.""Seriously?! Ayuuukkk. Udah lama ya kita gak main ludo. Aku kangen banget sama momen itu." Jelas Alan memberikan senyuman lebar.***Alana mulai terbiasa untuk selalu menyapa Alan setiap harinya. Bertukar keluh kesah dan menceritakan kesibukan yang mereka lakukan di sela-sela waktu yang mereka miliki.Alan memang sudah memiliki Alana, setelah mereka berkomitmen Alan m
Baca selengkapnya
Chapter 23 - New York
Alana berdiri di jembatan brooklyn, menatap keindahan kota New York dan menikmati udara yang ada di jembatan. Dia tenggelam dalam lamunannya kepada Alan. Dia sadar, dia tak seharusnya menerima Alan kembali. Alana melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul enam sore. Dia pun bergegas kembali ke hotel yang jaraknya tak jauh dari jembatan brooklyn."Alan-- k-kamu." Ucap Alana terkejut melihat Alan yang sudah menunggunya di lobby hotel"Tega banget kamu gak ngasi tau aku kalo kamu ada project di New York.""Aku kirain kamu balikan dengan Fina.""Gak mungkin, Al!""Tapi dulu kamu--""Al, denger yaaaa. Fina itu masalalu aku. Sekarang aku sama kamu. Kamu lebih mengerti aku daripada Fina. Aku sayang kamu melebihi sayang aku ke Fina dulu, Al. Aku kaya orang gila nyari-nyari kamu. Nomor kamu gak aktif, aku ke apartemen kamu tapi kamu gak ada." Ucap Alan dengan matanya y
Baca selengkapnya
Chapter 24 - Tunangan
Sudah beberapa hari Alan dan Alana tiba di Jakarta. Mereka di sibukkan dengan pekerjaan mereka masing-masing dan rencana acara tunangan yang akan mereka adakan di Bandung, rumah orangtua Alana.Seperti biasa setelah Alan selesai bekerja, dia menemui Alana yang berada di kantornya untuk membahas proses lamaran nanti.Alana sedang berada di ruangan kantornya sembari memandangi cincin berlian yang di berikan oleh Alan ketika di New York. tok.. tok.. tok..Terdengar pintu ruangan Alana diketuk dari luar, lalu menyadarkannya dari lamunan dan segera beranjak dari kursinya.Belum sempat Alana melangkahkan kaki, pintu ruangannya pun sudah dibuka "Loh, Mas Ezra? Kirain siapa.""Iya, Al. Itu di lobby ada Alan lagi nungguin kamu.""Oh iya, Mas. Aku ada janji sama dia." Jawab Alana dan langsung mengambil tasnya yang ada di meja dan bergegas menghampiri Alan.Mereka berdua memutuskan untuk membahas acara la
Baca selengkapnya
Chapter 25 - Ed Sheraan's Concert
Tidak terasa sudah satu bulan Alan dan Alana bertunangan. Walau begitu, Alan merasa belum bisa memiliki Alana sepenuhnya sampai mereka berstatus menikah. Selama mereka bertunangan, Alan tampak memberikan perhatian yang berlebihan kepada Alana sehingga terkesan 'posesif'. Berbeda dengan Alana yang memang sudah merasa memiliki Alan sepenuhnya dan memberikan kepercayaan kepada Alan. Karena sifat posesif Alan, dia meminta Alana untuk tinggal di apartemen kembali bersamanya. Alana menyetujui hal itu dengan syarat mereka harus tidur secara terpisah dan tidak melakukan kesalahan lagi sampai mereka berstatus menikah.Alan setuju dengan apa pun syarat yang di berikan oleh Alana. Lagi pula, Alan mengajak Alana kembali tinggal di apartemen bersamanya bukan karena ingin memanfaatkan tubuhnya, tetapi dia benar-benar takut kehilangan Alana lagi.tik tok tik tok-- Alarm Alan seketika berbunyi dan membangunkannya. Alan mera
Baca selengkapnya
Chapter 26 - Posesif
Alan menunggu Alana di apartemen yang sedari tadi tidak mengangkat teleponnya. Apalagi sekarang minggu, mengapa Alana belum pulang sampai selarut ini.Tiba-tiba pintu apartemen Alana terbuka dan Alana masuk dengan membawa high heels-nya menuju ke dapur. Alana mengambil botol minuman dan menuangkan air mineral ke dalam gelas. Ketika Alana tengah minum dia tersedak melihat Alan berada di sampingnya"Astaga!!!" Alana mengusap dadanya "Kamu ngagetin banget sih. Kapan kamu ada di apartemen aku?""Kamu darimana aja? Udah jam sebelas malam.""Aku ada photoshoot." Alana menjawab singkat lalu melangkah untuk meninggalkan dapur.Alan menahan Alana dan menatapnya dengan tatapan sinis "Photoshoot sampe malam gini? Sekarang juga weekend. Biasanya weekend kamu gak pernah kerja sampe selarut ini.""Habis photoshoot aku ketemu Tasya dan Lily. Temen kantorku dulu. Semenj
Baca selengkapnya
Chapter 27 - Attachment Disorder
Alana menemui Farhan di tempat prakteknya, dia memutar rekaman penjelasan masa kecil Alan yang diam-diam di rekamnya.  "Hipotesis awal aku masih sama, Al. Alan mengalami Attachment Disorder, gangguan ini gak menutup kemungkinan orang dewasa juga mengalaminya." "Terus aku harus apa, Han?" "Kalo kamu mau hubungan kamu dan dia baik-baik aja kedepannya kamu harus bawa dia kesini untuk menjalani terapi. Kamu sendiri pasti paham, kita gak bisa langsung menebak seseorang itu mengalami penyakit mental seperti apa sebelum melakukan assesment yang lebih jelas." "Yeah, I know." "Terkadang orang gak sadar, pascatrauma itu lebih buruk dan merusak masa depan jika gak diobati." Sambung Farhan. "Tapi aku takut Alan gak mau k--." "Takut Alan gak mau atau takut kamu kembali merasakan hubungan yang tidak menyenangkan dengan Alan dengan tipe yang berbeda?" Alana menghela napas "Oke d
Baca selengkapnya
Chapter 28 - Who's Farhan?
"Terkadang orang gak sadar, pascatrauma itu lebih buruk dan merusak masa depan jika gak diobati." Sambung Farhan."Tapi aku takut Alan gak mau k--.""Takut Alan gak mau atau takut kamu kembali merasakan hubungan yang tidak menyenangkan dengan Alan dengan tipe yang berbeda?"Alana menghela napas "Oke deh. Nanti akan aku coba bawa Alan kesini.""Okay. Aku mau kamu bahagia, Al." Jawab Farhan dan Alana hanya membalas dengan senyuman."Gapapa sayang. Aku juga minta maaf udah gak dengerin kamu. Gak usah di bahas lagi ya. Oh iya, kita mau ke psikolog mana sih?"Alana terdiam sejenak. Alan pasti tidak suka jika harus berhadapan dengan Farhan, adik Arya yang selama ini membuatnya cemburu dan juga pernah bertengkar secara fisik.Alana menghela napas "Ke tempat Farhan. Jangan marah ya.""Kenapa harus dia? Kamu tau kan aku pernah berantem sama dia?"
Baca selengkapnya
Chapter 29 - Terapi
Hari ini, Lovandra, Ibu Alan akan tiba di Jakarta untuk menghadiri acara alumni tempatnya menempuh pendidikan dulu.  (WazzApp Notification - Alan) "Sayang, Mama aku hari ini nyampe Jakarta. Kamu di apartemen, ‘kan?" -Alan "Iya sayang. Tante udah ngabarin aku kok. Aku masih di kantor, tapi kunci apartemen udah aku titipin di lobby" -Alana Beberapa jam kemudian... "Hei, Tante." Ucap Alana menghampiri Lovandra yang terlihat sibuk memasak di dapur "Hei. Apa kabar, sayang?" Ucap Lovandra sembari memeluk Alana "Baik, Tante. Tante masak apa?" Tanya Alana sembari menguncir rambutnya. "Makanan kesukaan Alan. Ayam gulai dan sayur lodeh." "Kamu istirahat aja. Pasti kecapean, kan?" Ucap Lovandra yang tengah melihat Alana mencuci sayur-sayuran yang diletakkan di wastafel "Nggak, kok. Hari ini kerjaannya gak banyak." "Tanpa pengobatan yang tepat, anak denga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status