Semua Bab Bad Guy (Bahasa Indonesia): Bab 31 - Bab 40
67 Bab
Bab 31
Beni menggeser duduknya mendekati Liam, ia mulai terancam dengan situasi mencurigakan ini. Entah mengapa Beni merasa bahwa dirinya dan Liam sedang diculik Vincent. "Liam, pak Vincent mau membawa kita ke mana, ya?" Liam merasakan kecurigaan yang sama dengan sahabatnya namun tak banyak menunjukkan kekhawatirannya. "Survei tempat untuk acara pelantikan, itu yang dikatakannya." "Kau percaya? Ini bukan jalur ke tempat yang biasa. Kenapa aku tiba-tiba deg-degan seperti mau melahirkan pembukaan sembilan, ya? " "Kau tanya sendiri biar tidak  penasaran." "Takut, ah, kau saja." Vincent menyetir di depan sedangkan kedua siswanya duduk di kursi penumpang. Sore ini, selepas pulang sekolah Vincent tiba-tiba mengajak dua anak itu pergi ke suatu tempat. Dari penjelasan Vincent, katanya dia mau minta bantuan pada Liam dan Beni untuk mencarikan lokasi
Baca selengkapnya
Bab 32
"Seumur-umur aku baru pertama naik privat jet, Alena keluargamu luar biasa. Ah, kapan aku bisa sekaya tuan Spancer?" tukas Beni sambil kepalanya celingukan melihat sekeliling. "Sama, Kak, ini juga pengalaman pertamaku naik jet pribadi. Kalau kak Alena pasti sering, ya?" Alena tidak menjawab, dia hanya diam sambil buka-buka majalah. "Ya, pastilah, Ser. Alena kan sudah sultan sejak lahir. Kalau dipikir-pikir Alena ini down to earth sekali, dulu sebelum Sirius Grup mengakuisisi SMA Sevit, Alena tidak pernah menunjukkan kalau dia adik sultan." "Wah, yang benar, Kak?" sahut Sera spontan, Sera memang tahu Alena selalu tampil sederhana sejak dia mengenal gadis dingin itu. Tapi tidak menyangka saja kalau kerendahan hati Alena sudah berlangsung sejak lama, hanya saja orang-orang tidak mau memahaminya karena telanjur men-judge Alena pembawa masalah dulu. "Huum, serius aku, dulu dia memang
Baca selengkapnya
Bab 33
Alena mematung di tempatnya dengan hentakan kaget yang lumayan membekukan pergerakan tubuh gadis itu. Lagi dan lagi gadis itu menyaksikan sendiri adegan tidak senonoh yang dilakukan Allendra. Ini memang bukan kali pertama hanya saja keterkejutan Alena cukup berdampak besar karena perempuan yang menjadi lawan main kakaknya adalah guru Alena sendiri. Kedua orang itu tidak menyadari kehadiran Alena dan masih melanjutkan kegiatan mesranya tanpa jeda. "Sedang apa?" Alena kembali tersentak saat Liam tiba-tiba muncul di belakangnya. Lelaki itu datang seorang diri dan sudah berganti pakaian menjadi kaos putih dan celana training hitam. "Hah, oh tidak apa-apa." Liam mengernyit melihat ekspresi Alena yang seperti baru saja kehilangan jiwanya. Lelaki itu ingin tahu penyebab apa yang membuat Alena bersikap demikian. Dia melangkah melewati gadis itu, hendak masuk lebih dalam ke dapur. Liam sempat melihat ada oran
Baca selengkapnya
Bab 34
Vincent berlari mengikuti arah bola, tangannya bersiap memukul si bundar yang kini sudah melayang tepat ke arahnya. Pria itu melompat tinggi lalu memberikan smash yang dirasa akan berhasil mencetak poin untuk tim senior. Nyatanya, keyakinan itu menguap tatkala Liam dengan lihai mengembalikan bola serangan tersebut hingga si bundar itu kembali melayang di udara dan menjadi sasaran empuk smash Alena. Bola itu memantul ke tanah kosong yang tak terjaga Allendra dan Zeeya, bunyi peluit panjang nyaring berbunyi menandakan pertandingan bola voli antara tim senior dan junior baru saja berakhir. Skor unggul dimenangkan oleh tim junior yang terdiri dari Liam, Alena, dan Beni. Mereka berselebrasi bersama merayakan kemenangan. Bersorak bahkan sampai Beni nyaris memeluk Alena lagi namun segera digagalkan Liam. "Sedikit Liam, astaga kau ini tidak pengertian sama sekali," omel Beni di sela napasnya yang tidak teratur. "Peluk saja tiang itu!" ungkap Liam me
Baca selengkapnya
Bab 35
"Cobalah untuk bergaul dengan Rana kembali. Dia pasti merindukanmu." "Kau mengajakku ke sini hanya untuk membicarakan adik kesayanganmu itu?" "Aku sedang tidak ingin bertengkar, Alena. Sudah cukup kalian perang dingin. Kasihan dia, pasti tertekan kau sudutkan terus." "Sepertinya dia sering curhat padamu, sampai kau tahu sekali tentangnya meski sedang sibuk." Allendra menghembuskan napas berat, "Jangan terlalu banyak membenci orang, hidupmu akan sengsara. Cukup aku saja yang kau benci." "To the point saja Allendra, apa yang kau mau sebenarnya?" "Aku hanya mau kau hidup dengan baik. Jika tidak bisa menjadi Alena yang dulu maka jadilah Alena yang baru. Sosok yang benar-benar berbeda, Alena yang tidak pernah mengenal luka. Alena yang hidup demi kebahagiaannya bukan dendamnya." "Di sini tidak ada bu Zeeya dan yang lain, kau tidak perlu pura-pu
Baca selengkapnya
Bab 36
Allendra baru selesai berganti pakaian ketika ponselnya berdering cukup nyaring dari atas nakas. Ia melihat nomor asing tertera di layar ponsel mahal itu. Sejenak ia menerka sosok di balik nomor tak dikenal itu. Selektif dalam segala hal memang sudah menjadi kebiasaan Allendra. Pria itu berjalan ke arah jendela lantas memutuskan menerima panggilan itu di sana. Begitu terhubung, suara berat seorang pria menyapa pendengarannya dengan nada mengesalkan.  "Apa kabar Spancer?" Rahang Allendra mengeras, hanya dengan mendengar suara sialannya saja pria itu sudah tahu siapa orang yang berbicara dengannya. Alexander Mongomery, manusia biadab yang telah membuat Allendra menjadi seorang pembunuh di mata adiknya.  "Sial sekali karena aku harus mendengar suaramu lagi. Kupikir kau sudah mati terbakar di neraka." "Aku tidak mungkin mati tanpa mengajakmu, Spancer. Kau tenang saja, aku cukup setia kawan pada
Baca selengkapnya
Bab 37
Saat ini Alena sedang berada di sebuah tempat menyerupai gudang dengan penerangan minim. Terdapat tumpukan barang, tangki berjajar, dan perkakas yang tersimpan sedikit berantakan di sudut ruangan itu. Alena membuka mata perlahan, mengadaptasikan pandangannya usai tak sadarkan diri setelah dibius oleh sekelompok orang yang menculiknya. Indra penciumnya masih menghirup aroma air laut yang kuat, menandakan bahwa tempat ini masih berada di sekitar laut meski entah laut sebelah mana.  Alena mengedarkan pandangan, ia tak menemukan siapapun di dalam ruangan itu. Tapi ia mendengar ada gema suara percakapan dari arah luar. Dalam keadaan tangan dan kaki yang terikat Alena berusaha keras untuk duduk. Sejenak ia memutar ingatan ke beberapa saat lalu. Saat ia memutuskan mencari angin di pantai sendiri tiba-tiba dari arah belakang ada yang membekap mulutnya dan membius Alena sampai ia tak sadarkan diri. Kejadian itu berlangsung sangat cepat dan tak terbaca oleh Alena seh
Baca selengkapnya
Bab 38
"Kenapa mereka belum pulang juga, ya? Padahal tadi bilangnya hanya mau cek jahitan luka kak Liam saja." Alena yang sudah hampir satu jam ditawan Sera di kediaman Liam tak merespons gumaman Sera. Dia juga penasaran sekaligus ingin tahu perkembangan kesehatan Liam sekarang. Sudah empat hari lelaki itu tidak masuk sekolah setelah insiden pemukulan di Phuket. Orang tua Liam kaget begitu anak mereka pulang dalam kondisi tantan diperban dan wajah lebam-lebam.Sera menceritakan detail kejadian yang menimpa kakak sepupunya dan mereka mulai paham serta memaklumi hal itu. Kedua orang tua Liam tidak menyalahkan Alena atas apa yang menimpa putranya. Itu murni sebuah musibah dan sebaliknya, orang tua Liam bangga karena putra mereka memiliji jiwa pahlawan yang bersedia menolong sesama yang sedang kesulitan. Meski demikian, tidak lantas mengurangi rasa bersalah Alena. Dia sudah beberapa kali meminta maaf pada Liam melalui pesan singkat tapi rasanya masih belum sempurna
Baca selengkapnya
Bab 39
"Semua ucapanku terbukti bukan, dunia ini tidak sejahat perkiraanmu." "Menyesal aku bercerita padamu." Allendra duduk di kursi pasien menghadap langsung pad dokter cerewet yang selama ini terus menerus menerornya lewat telepon dan pesan singkat. "Baiklah, kita tinggalkan masalah hubunganmu dan Alena sebentar dan mari bicara serius." "Ah, aku tidak suka ini." "Allendra, kita benar-benar sudah tidak bisa menundanya lagi. Kau harus segera melakukan operasi sebelum sel kanker di otakmu menyebar pada jaringan lain dan merusak sistem saraf pusat. Sudah stadium III, Al. Pilihan terbaik untukmu saat ini adalah operasi." Kanker otak stadium III, sebagian besar orang mungkin menganggap penyakit itu sangat menyeramkan namun tidak dengan Allendra. Dia bukan manusia super yang punya kekuatan menangkal kematian, tapi pria itu tampak tidak mengkhawatirkan kondisi kesehatan
Baca selengkapnya
Bab 40
Ada yang pernah bilang, jika laki-laki sudah bertemu dengan pawang yang tepat, sebuas apa pun dia pasti akan luluh juga dan tak jarang malah jadi budak cinta. Sepertinya hal itu yang menimpa Allendra sekarang. Sebelum ia bertemu dengan Zeeya, tidak ada yang namanya selepas pulang kerja leha-leha. Pasti kegiatan Allendra akan selalu dipadati hal-hal yang berkenaan dengan pekerjaan, tak jarang di kelab pun ia tetap menangani urusan bisnis. Baru setelahnya ia bisa senang-senang dengan para wanita malam. Namun kali ini berbeda, sekembalinya dari London, pria itu memutuskan untuk mendatangi rumah Zeeya tanpa memberitahu wanita itu lebih dulu. Orang-orang menamakan momen itu kejutan, tapi Allendra lebih senang menyebutnya sebagai mengusili sang kekasih. Di tangannya kini sudah ada bunga dan tas yang berisi parfum yang sengaja ia beli dari London. Parfum itu memang yang biasa Zeeya gunakan, Allendra sengaja membelinya karena dia sangat menyukai aroma itu m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status