All Chapters of Bad Guy (Bahasa Indonesia): Chapter 11 - Chapter 20
67 Chapters
Bab 11
Hujan turun kian deras, membasahi bumi sambil membawa serta siur angin kencang. Kaki dan tangan Zeeya mulai terasa kebas, bibirnya menggigil hampir dibekukan rasa dingin. Zeeya mengutuk Allendra dan semesta yang sengaja berkonspirasi membuatnya tersiksa. Kesialan demi kesialan berdatangan, sudah dibuat kesal seharian, di sekolah pekerjaannya menekan tidak tertahan, makan malam diusik, menyaksikan adegan tidak pantas di depan matanya, sampai gagal mendapatkan taksi meski sudah berulang kali ia memberi kode berhenti. Setiap taksi yang melintas sudah terisi penumpang, halte bus tidak tahu seberapa jauh lagi.Tiga puluh menit berjalan, gadis itu tak menemukan tanda-tanda halte atau pemberhentian kendaraan lainnya. Ingin meminta bala bantuan, ponselnya mati tak berdaya. Oh, lengkap sudah. Mungkinkah ini bentuk nyata kutukan Spancer? Mengapa tidak ada satu pun yang berjalan lancar sejak tadi. Sekujur tubuh Zeeya mati rasa saking dinginnya. Meneduh pun percuma karena tidak ada lagi
Read more
Bab 12
Brak!Pintu kamar Allendra terbuka, pria itu menoleh ke samping begitu pun dengan Zeeya. Alena berdiri di ambang pintu dengan ekspresi datar, dia melangkah memasuki kamar pria itu dan menusuk mata kakaknya dengan tatapan sinis. Allendra menarik dirinya dari Zeeya, kemudian duduk tegap menyambut adiknya dengan seringaian."Apa yang membawa adik kesayanganku berkunjung ke kamar terlarang ini, hm?"Zeeya melotot kaget mendapati muridnya memberikan tatapan yang sulit ia definisikan. Seperti sorot kecewa dan tak menyangka mungkin. Gadis itu pun duduk dengan benar, menurunkan pandangan karena malu tertangkap basah di posisi yang bisa membuat semua orang salah paham."Bu Zeeya, saya ingin bicara," kata Alena tanpa memedulikan pertanyaan kakaknya."Oh iya, ayo.""Kau tidak bisa mengajaknya tanpa seizinku, anak manis." Allendra bermaksud wanitanya."Tidak masalah, ayo, Len, kita bicara,” ungkap Zeeya lebih memilih mengikuti Alena dibandi
Read more
Bab 13
"Green tea segar tanpa bubble, sesuai pesananmu," kata Mark sambil memberikan minuman pada Zeeya."Terima kasih," ucap Zeeya lantas menyeruput minuman itu."Suka?" tanya Mark lagi.Zeeya mengangguk sambil tersenyum."Kau suka dengan filmnya?""Suka."Mereka berjalan berdampingan keluar dari area bioskop yang ada di salah satu mall terbesar pusat kota."Bagian mana yang kau suka?""Mm, saat si pemeran pria mengorbankan dirinya demi gadis yang dia cinta. Aku cukup tersentuh melihat dia yang rela mati dengan membawa segenap kebencian orang-orang. Maksudku, apa mungkin ada orang sebaik itu di dunia nyata? Dia rela dibenci bertahun-tahun oleh wanita yang dia cinta untuk sebuah kesalahan yang tidak pernah dia lakukan. Dia tidak mencoba melakukan pembenaran atau sekadar membela diri. Membiarkan dunia mencapnya jahat sampai akhir hayatnya. Bukankah itu tindakan yang bodoh?""Sebagian penonton mungkin menganggapnya demikian. Tapi
Read more
Bab 14
Alena ingin muntah melihat drama picisan ini. Sialnya, dia terlibat dan agak sulit melarikan diri karena beberapa ucapan yang relate dengan keadaannya. Gadis itu tahu, semua orang yang mendekatinya itu tidak tulus. Ada banyak motif yang melatarbelakangi, begitu pun dengan Liam dan Sera, mungkin. Dia tidak ingin repot menebak atau mencari tahu alasan itu, tidak ada gunanya juga baginya. Dia sudah berusaha abai tapi anehnya orang-orang selalu memancingnya untuk bertingkah. Sialan sekali memang."Jangan sembarangan, Kak, kalau bicara. Aku dan kak Liam bukan orang seperti itu. Kami tulus berteman dengan kak Alena karena dia orang yang baik. Kakak saja yang tidak mau tahu dan selalu menutup mata dan hati kakak atas kebaikan kak Alena.""Diam, Sera, aku tidak butuh pembelaanmu.""Tapi Kak—""Kubilang diam!""Lihatlah, orang sepertinya yang mati-matian kau bela bahkan tidak menghargaimu sama sekali, Sera. Jadi berhentilah bergaul dengannya."
Read more
Bab 15
"Perempuan mana lagi yang sedang berusaha kau taklukkan?""Perempuan unik.""Masih betah bermain-main dengan perasaan orang?" ungkap dokter itu sambil menyiapkan jarum suntik yang sudah diisi obat."Masih, ini menyenangkan."Dokter cantik itu menyuntikkan obat tadi pada lengan Allendra sambil menyunggingkan senyum."Cepat atau lambat kau akan mendapat karmamu, Al.""Tahu, aku sudah tidak sabar menunggu momen itu datang.""Akal dan hatimu memang sudah rusak."Allendra menoleh pada dokter itu, dia mengambil tangan si dokter dan menggenggamnya erat."Maka dari itu aku membutuhkanmu. Jangan tinggalkan aku, ya?"Dokter itu mendecih, sudah teramat sering dia melihat Allendra seperti ini. Bukan hanya padanya, tapi pada siapa pun yang menjadi targetnya."Aku tidak akan meninggalkanmu karena kau berhutang banyak padaku. Segera lunasi atau kusita semua hartamu."Dokter itu menarik tangannya dari genggaman Alle
Read more
Bab 16
"Aku tidak akan meminta apa pun padamu. Kau tidak perlu takut atau khawatir. Sejak awal, aku selalu bilang bahwa aku tidak berminat masuk dalam permainanmu. Kau boleh pergi jika memang sudah bosan. Kepedulianku padamu dan Alena adalah hakku. Kau tidak berhak melarang. Permisi." Zeeya mendorong Allendra kemudian berlalu dari tempatnya. Dia menyeka bibir, menggosok bekas ciuman yang tadi dia lakukan dengan Allendra. Cukup jauh gadis itu melangkah, tangannya lalu dicekal Allendra lagi."Kau salah jalan, harusnya ke sana!" kata Allendra menunjuk helikopter yang masih setia menunggu mereka."Apa yang kau inginkan dariku Allendra? Kumohon, jangan usik hidupku karena semua ini terlalu membingungkan. Aku takut terbiasa dengan kehadiranmu dan kuyakin kau tidak akan suka itu."Allendra terganggu dengan tatapan tulus Zeeya. Dia merasakan keanehan pada dirinya sendiri. Beberapa saat lalu, dia seolah ingin menghempas Zeeya dari kehidupannya. Namun ketika gadis i
Read more
Bab 17
Zeeya merasakan tubuhnya begitu ringan meski ada beberapa bagian dalam dirinya yang terasa linu. Kelopak matanya memgerjap perlahan menyesuaikan dengan cahaya pagi yang masuk lewat celah-celah gorden dalam ruangan besar itu. Matanya terbuka sempurna, dia merasakan sensasi dingin yang tak biasa. Dilihatnya tubuhnya belum mengenakan pakaian apapun dan masih tergulung di balik selimut yang semalam menjadi saksi betapa gila gadis itu beraksi.Mata Zeeya terbelalak begitu sadar bahwa yang ia lalui semalam bersama Allendra bukanlah mimpi. Ia benar-benar menyerahkan diri pada pria terlarang itu dengan suka rela dan tidak ada yang memaksanya. Bahkan Zeeya ingat betul Allendra berusaha menghentikannya dan sudah sering mewanti-wanti. Gadis itu menepuk jidat beberapa kali merutuki kebodohannya yang sudah terpedaya emosi dan nafsu. Mau ditaruh di mana nanti mukanya di depan Allendra? Harga diri yang selama ini dia agung-agungkan disajikan dengan begitu mudah dan murah. Ahhh, Zeeya ingin
Read more
Bab 18
"Yah, hujan, Kak."Alena membuka tirai di kamar Sera, memeriksa keadaan di luar. Ia baru akan pamit pulang padahal."Tidak apa-apa, kehujanan tidak akan membuatku mati.""Ih, ngomongnya, nanti kalau hujan-hujanan lukisan aku hancur. Mending Kakak menginap saja di sini.""Tidak mau.""Kenapa? Aku tidurnya tidak ngorok, kok, serius.""Aku tidak pernah tidur di rumah orang lain.""Aku bukan orang lain tapi teman kakak.""Ya, maksudnya aku belum pernah menginap di rumah siapa pun.""Makanya Kakak harus coba, ah aku ada ide, kita pesta piyama saja malam ini, bagaimana?"Alena berdiri lantas mengambil lukisan dan tas gendongnya."Aku tetap mau pulang.""Telepon pengawal kakak kalau begitu.""Untuk apa?""Ya untuk jemput kakak ke sini. Aku tidak akan membiarkan Kakak pulang sendirian dalam keadaan hujan lebat.""Jangan harap aku akan melakukannya.""Ya, itu artinya Kakak memilih
Read more
Bab 19
Alena terus mengubah posisi tidurnya karena merasa tidak nyaman. Mungkin dia tidak biasa tidur di tempat asing karena itulah dia kesulitan memejamkan mata. Sementara Sera sudah tidur nyenyak usai kelelahan main uno sambil ketawa-ketiwi heboh. Alena menyerah, dia tidak bisa memaksa agar matanya memejam cepat. Gadis itu pun turun dari ranjang dan memutuskan keluar kamar Sera. Biasanya kalau tidak bisa tidur Alena akan diam di paviliun dekat kamarnya untuk mencari udara segar. Sekarang, dia tidak tahu harus ke mana dan berakhir mematung di depan pintu kamar Sera. Didengarnya suara ketikan keyboard dari kamar sebelah. Itu kamar Liam yang keadaan pintunya masih terbuka, Alena mendekat lantas mengintip lelaki itu sedang berkutat dengan komputer. Entah apa yang sedang dikerjakan laki-laki itu malam-malam begini. Tadinya Alena ingin kembali ke kamar Sera, tapi setelah ia ingat sesuatu gadis itu kembali diserang penasaran. Dia belum tahu alasan Allen
Read more
Bab 20
"Kak Alen, jalannya jangan cepet-cepet, ih!" kesal Sera saat ia tak sengaja berpapasan dengan Alena di halaman depan sekolah. "Lelet," komentar Alena dan langsung membuat Sera cemberut lucu. "Tadi kakak pulangnya pagi sekali, tidak bilang dulu padaku lagi." "Siapa suruh tidurmu seperti kerbau." "He he, kecapekan kayaknya, Kak. Kita ngobrol semalaman, kan." "Tepatnya kau yang mengoceh sendirian." "Iya juga, sih, he he. Eh, iya, semalam aku tidak sengaja bangun terus turun ke dapur untuk minum. Kulihat kakak dan kak Liam sedang asyik berduaan di ruang tamu. Ngobrolin apa, sih?" "Mau tahu saja." "Ciyeee, Kakak, sudah main rahasia-rahasiaan nih sama aku." "Apa, sih?" Alena mulai kesal dengan godaan Sera namun gadis itu tidak berhenti mengoceh. "Kak Liam lagi renggang tahu, Kak, sa
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status