Semua Bab Shadow Under The Light: Bab 31 - Bab 40
92 Bab
Pertarungan
Lewi memiringkan kepalanya, tersenyum culas memandang kami."Axel!" Ia mengeluarkan pisau besar bergerigi. Aku bergidik ngeri, semakin merapat ke jendela."Aku ... akan memaafkanmu ... jika ... membunuhnya ... sekarang!" Tangannya menuding ke arahku.Seluruh tubuhku gemetar.Apa yang akan dilakukan Axel? Apa dia akan kembali pada mereka? Aku memang hanya beban baginya selama ini. Keraguan mulai menelusup ke dalam hatiku.Aku memandang ke bawah dengan kalut, berusaha mencari jalan keluar.Bagaimana kami masih bisa berjalan normal setelah loncat dari lantai tiga? Patah kaki sudah pasti, kalau kena kepala? Habislah sudah.Axel menggenggam pisaunya erat-erat, tersenyum miring pada Lewi, lalu mulai berbalik dan melangkah ke arahku."Axel?" panggilku, mulai ketakutan.Axel mengacungkan pisaunya padaku. Ia mulai berlari, aku menjerit ketakutan sambil menutup mata.Prang!Suara pecah
Baca selengkapnya
Memahaminya
(Warning! 18+)_______________________________________ Tubuhku melonjak oleh rasa sakit, terasa seperti sengatan listrik. Panas mengaliri tubuh dan aku membuka mata sambil berteriak kesakitan. Buram menyapa penglihatan, aku mengerjap beberapa kali, mendapati seraut wajah gemuk berjerawat menyeringai menakutkan. Yuki menggenggam stun gun yang baru saja disengatkan padaku.Aku meronta lemah, melihat tangan dan kakiku terenggang lebar, terikat pada sebuah dipan. Posisi tubuhku vertikal , ditahan oleh tali kulit tebal bersambung rantai. "Ah ... sakit ya?" tanya si gila padaku. Aku menggertakkan gigi, ya ... pergelangan tangan kanan berdenyut menyakitkan, dan kepala ini pusing. Aku meludah ke arah Yuki, tetapi air liur hanya terpercik sedikit, tenggorokanku kering dan panas. "Axel?" lirihku. "Axelku di sini!" Yuki mendorong kepalaku menghadap ke kiri. Mataku terbelalak, melihat Axel yang setengah tela
Baca selengkapnya
Malam Ini (18+)
(Warning 18+)_______________________________________Axel memutar tubuh Yuki dengan sekali sentakan kuat, lengannya segera mengapit leher si gila, mencekik wanita itu.Yuki yang diputar menghadapku, tak sempat melawan, matanya mendelik terkejut, tangan gemuk itu memukul lengan Axel sekuat tenaga.Cakaran Yuki semakin ganas, membekas dan mengelupas kulit lengan Axel, tetapi tak mengendurkan cekikan pemuda itu. Kaki Yuki mulai menendang liar dalam usahanya membebaskan diri, wajahnya sudah memerah, mulut Yuki terbuka, megap-megap berusaha mencari udara.Axel menyeringai, wajahnya sangat menakutkan, membuatku merinding dan terpaku. Seperti menatap malaikat maut yang sedang bekerja, mencabut nyawa tepat di hadapanku.Entah kenapa, bukan rasa kasihan yang muncul saat melihat air liur dan air seninya menggenangi lantai, aku malah excited, wanita jalang itu pantas mendapatkan pembalasannya.Ayo ... cekik dia sampai mati, Axelku.
Baca selengkapnya
Menjadi Berani
Ke mana kami akan pergi, aku tidak tahu? Yang aku tahu, ke mana pun dia membawaku, aku akan selalu bersamanya. Cinta adalah hal baru bagiku, tetapi tak mengurangi besarnya cintaku padanya.Jadi, di sinilah aku berdiri, di tengah hiruk-pikuk pasar di sebuah pedesaan terpencil. Bergandengan tangan dengannya, melihat senyum cerah di bibir indah ini. Sungguh! Ini sudah cukup, aku tidak akan meminta lebih. Tiga bulan berlalu, kami berhasil menghindari perburuan Lewi, berpindah dari kota ke desa. Tidak pernah menetap lebih dari dua minggu di tempat yang sama. Aku tahu kebahagian ini takkan berlangsung lama, karena tidak ada yang abadi di bawah terik matahari. Namun, biarlah sejenak angan ini melambung tinggi. Dialah ... segalanya bagiku, mimpiku, cintaku, belahan jiwaku. Axel menarikku ke kerumunan orang, cahaya pagi hari menyinari sisi wajahnya yang tampan. Riuh rendah suara pedagang dan pembeli yang saling menawar menulikan runguku. Aku tak mendengar u
Baca selengkapnya
Keputusannya
Ketika memelukmu erat.Aku lebih kaya dari raja.Aku merasa sangat bahagia.Ketika kehilanganmu.Aku lebih miskin dari pengemis.Rasa sakit ini begitu dalam.Siapa yang tertawa, siapa yang menangis.Pribadi yang berlaku dua karakter.Semakin tenggelam ke dalamnya.Semakin menyiksa.Kenangan itu terus berputar.Tahu pasti aku akan jatuh jika tetap melangkah maju.Kembali dalam kesepian, memegang penyesalan.Apa yang tersisa di akhir perjalanan cinta.(King and beggar : Hua Chen Yu) Lamat-lamat suara merdu itu membangunkanku. Sesuatu yang hangat menangkup jemariku.Ah ... tangan hangat ini, Axelku. Mataku mengerjap beberapa kali, menatap Axel di samping tempat tidur. Kepala tertunduk, matanya terpejam, memeluk tanganku ke pipinya. Ia melantunkan nyanyian yang indah. Aku baru tahu suara Axel s
Baca selengkapnya
Laguna
Kantor surat kabar Laguna. Tempat di mana semua ini bermula. Pertama kali aku dikhianati, mencoba bunuh diri dan bertemu dengannya.Tempat ini, adalah awal segalanya.Gedung Tujuh lantai itu menjulang tinggi, mengirimkan cahaya menyilaukan mata oleh pantulan kacanya. Terik matahari siang membakar kulitku. Bibir pecah dan tenggorokanku kering kerontang.Noda darah di bajuku membuat setiap mata yang lewat memandang dengan curiga, tak kuhiraukan semua tatapan penasaran mereka.Melalui tangga samping aku naik hingga rooftop, tempat ini memang terbuka untuk umum selama jam kerja.Kakiku gemetar mencapai tangga teratas, dengan napas memburu kusentak pintu atap hingga terbuka.Angin dingin segera menerpa, menerbangkan rambut berantakanku menutupi wajah. Di sana berdiri tiga sosok yang saling berhadapan.Si tubuh besar Lewi, Madam Gie yang elegan dan ... Axel. Air mataku luruh.Axel ... Axelku. Kenapa kau tinggalkan aku?
Baca selengkapnya
Dear Manis
Pernahkah kau merasa hampa? Seperti boneka yang dikendalikan. Semua menjadi semu. Pernahkan kau berjalan di tengah keramaian kota, tetapi tak mendengar suara kebisingan? Semua menjadi hening. Pernahkan kau ingin menangis? Namun, air mata telah habis terkuras. Semua terasa melelahkan. Pernahkan kau merasa seakan mati? Ketika masih bernapas. Semua terasa bagai ilusi. Saat semua rasa menjadi hilang, hanya kebas yang tersisa. Yang kuingat lamat-lamat hanyalah ucapan Madam Gie, dia akan mengurus semuanya, aku bahkan tak perlu melihat mayat mereka. Tubuhku menubruk pejalan kaki, mereka memandang risih dan menghujatku sambil berjalan pergi. Kenangan bersama Axel membuat lututku terasa goyah, aku menyandar pada dinding kaca sebuah toko. Memukul dadaku kuat-kuat, merasa sesak. Senyumnya, tangisannya, aroma tubuhnya, semua bagai hologram di pelupuk mataku.Aku mendengar suaraku tertawa pelan, s
Baca selengkapnya
Kebenaran
Pria bertubuh besar itu menepuk bahu temannya, si pemuda tak menghiraukannya, menatap pesawat yang sedang melintas di udara, meninggalkan lintasan awan memanjang. "Dia sudah pergi, kau baik-baik saja?" tanya wanita paruh baya di sampingnya. Pemuda tampan itu menghela napas. "Ya," jawabnya kemudian. "Ingat ... janjimu, sepuluh misi ... ke depan kau ... yang ambil ... alih." Sang pria bertubuh besar mengingatkan. "Tak pernah terpikirkan olehku, kau akan memakai cara ini untuk melepaskannya," timpal si wanita. "Dia tidak akan terima perpisahan biasa, kau tahu bagaimana dirinya," jawab pemuda itu. "Otakmu ... memang luar ... biasa, merancang ... pembunuhan dirimu sendiri, tapi ... pertarungan ... kita memang tidak ... sia-sia, setidaknya ... latihan untuk ... memperkuat diri." Pria besar itu terkekeh senang, menampilkan gigi runcingnya. Sang pemuda membuang wajah, gurat kesedihan tergambar di romannya. Ia menengadah, menahan cairan
Baca selengkapnya
Perjuangan
Namaku Eli, yang berarti tumbuh. Aku akan tumbuh kuat, berjuang dalam kerasnya hidup ini. Tidak! Aku bukanlah si Manis yang kalian kenal dulu. Si Manis yang lemah, kosong, dan tak sanggup berbuat banyak.Dia telah mati, bersama Axel.Kakiku menendang sisi tubuhnya, sementara ia menahan dengan samping lengan kiri. Aku bersalto kembali, menghindari sapuan bawahnya. Pria itu terhuyung ke belakang. Meludah sejenak lalu kembali melompat dengan tinjuan amarah ke bagian perutku.Ok! Aku memantau melalui sudut mata, melihat arah tendangannya datang. Tubuhku berjumpalitan ke arah pria itu, menyarangkan tendangan berputar. Sang pria menjadikan lengan sebagai tameng, tapi ia tak menyadari sikuku yang mencapai sisi kepalanya. Hantaman terdengar keras, tepat mengenai telinga kirinya. Ia terjungkal ke belakang sambil berteriak kesakitan."Cukup! Ms. Gregory menang!" Wasit mengangkat tangan, menyuruh kami kembali ke temp
Baca selengkapnya
Alpha Tim B
Tok ... tak!Gema sepatu hak tinggi bergaung di lantai licin bandara ini. Aku melenggang bak model papan atas. Tak pernah menyangka akan menggunakan high heels lagi setelah selama lima tahun ini berkutat dengan sneakers dan flat shoes.Kubuka kacamata hitam yang menutupi mata sembapku, menatap tajamnya sinar matahari siang.Ah ... sesuatu yang basah meluncur menuruni pipi. Waktu seakan tak berlaku bagiku, luka ini tak kunjung sembuh. Masih menganga, seakan kejadian itu baru terjadi kemarin.Axel ... Axelku.Setiap napas yang kuhela selalu melantunkan namanya. Aku ... tidak akan pernah bisa jatuh cinta lagi. Tidak ada makna berlebihan di dalamnya. Ejekan yang kalian lontarkan tidak akan bisa merubah hatiku. Kalian hanya tidak pernah merasa kehilangan, sakitnya, kesepiannya. Setiap tarikan napas terasa menyesakkan. Bayang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status