All Chapters of Series Hutan Larangan : Chapter 21 - Chapter 30
191 Chapters
Terbongkar
Bagian 21  Raka memutar selotip berwarna hitam pada tubuh kaku sekretaris yang tewas di tangannya, kemarin. Ia masih berada di rumah masa kecilnya. Sudah dua hari lelaki maniak itu tidak kembali ke kediamannya bersama Ana dan Amy, alasan ke luar kota kerap ia ucapkan pada mereka. Namun, kini ia benar-benar harus ke luar kota untuk menyembunyikan jejak pembunuhannya.  Rumah masa kecilnya yang tidak memiliki tetangga di kiri dan kanan memudahnya pergerakannya, ditambah listrik yang sengaja ia padamkan. Tidak ada yang akan mencurigai pergerakannya, kecuali sosok Asih yang hanya memperhatikan dirinya dari sudut kamar mandi.  Raka membawa tubuh yang kini tertutup selotip hitam itu ke dalam bagasi mobil. Setelah ia memastikan bagasi tertutup rapat, kemudian lelaki psikopat itu duduk pada kursi kemudi, di sebelahnya Asih masih setia mengikuti, memandangnya dengan tatapan kosong. Sebelum be
Read more
Tepi Jurang
Bagian 22  “Psikopat!” umpat Ana, “tega kamu bunuh anak sendiri!”  “A-aku, nggak sengaja. Sumpah.”  “Bohong.” Air mata mengalir deras di pipinya, “Tunggu aja, kamu harus bertanggungjawab. Manusia bejat kayak kamu, membusuklah di penjara.”  “Ma-mafkan, aku, An, kita tutupi aja masalah ini. Jangan diperpanjang, please.”  Ana tidak menghiraukan perkataan lelaki yang baru saja ia campakkan dari hidupnya. Ia berlari secepatnya menuruni anak tangga. Melihat wanita itu tidak bisa diajak kompromi, Raka pun mengambil vas bunga berukuran sedang yang terletak di atas meja. Menghantamkan ke kepala Ana kuat-kuat, hingga wanita itu terjatuh.  Wanita itu masih separuh sadar ketika tangannya diikat dengan tali, walau demikian i
Read more
Terbawa Perasaan
Bagian 23  Ana memandang dari dekat wajah lelaki yang terbaring di sofa apartemen miliknya. Terdapat garis-garis halus bekas cakaran di wajahnya. Cambang di wajahnya juga terlihat lebih lebat dari terakhir kali mereka bertemu. Jemari lentiknya terulur hendak mengelus wajah sang pejantan, tetapi hal itu ia urungkan karena sang pemilik telah membuka matanya terlebih dahulu dan bola mata kuningnya menatap wanita itu lekat-lekat.  Merasa tatapan mata kuning terlalu mengintimasi dirinya, Ana memutar dan berlalu begitu saja dari hadapan Bagus yang juga tengah mengalihkan pandangan. Pakaian yang digunakan Ana pendek jauh di atas lutut dan menempel ketat pada tubuhnya.  “Ini baju untukmu. Tadi aku pesan sama layanan apartement. Semoga pas.”   Ana yang mengenakan kimono mandi menyerahkan setumpuk pakaian lengkap dengan dalaman pada lelaki ya
Read more
Hukuman
Bagian 24   “Astaga, ya ampun!” jerit Ana tertahan, melihat seekor binatang buas berbaring di sebelahnya.  Ia menggelengkan kepala sangat kuat, ingin menjerit, tetapi dalam waktu dekat wanita itu juga menyadari kejadian beberapa jam lalu. Sprei dan bantal yang telah tidak berwujud menjadi bukti kebrutalan manusia harimau di sebelahnya.  Wanita itu mengambil handuk kimononya yang berserakan bersama baju lelaki itu di lantai, membereskan dan meletakkannya ke dalam mesin cuci.  “Huh. Unbelieveble. Aku bener-bener kehilangan akal sehat.” Ana berbicara seorang diri sambil memegang sebagian tubuhnya yang terasa remuk.  Air hangat mengalir membasuh sekujur tubuhnya. Terasa perih ketika mengenai kulit yang memerah, bekas cakaran halus sangat jelas walau pejantan itu berusaha mengendalika
Read more
Rasa yang Terlanjur Mendalam
Bagian 25  Tubuh lelaki berambut sebahu itu terbaring sendirian di dalam gubugnya. Ia bukannya tidak mendengar panggilan Ana, melainkan rasa sakit dan perih belum juga hilang walau sudah berhari-hari ditinggalkan seorang diri. Benar kata sang guru, daging dan tulangnya perlahan-lahan mulai kehilangan kekuatan.  Mendengar tangis Ana ia pun tidak sampai hati jika tak kembali. Namun, pesan dari harimau putih itu juga tidak main-main. Ia harus menghabisi Ana dengan tangannya sendiri jika masih ingin diterima hidup di hutan itu, atau gurunya sendiri yang turun tangan menghilangkan nyawa wanita yang memberinya sebuah rasa baru di dalam hati.  Lelaki itu memejamkan matanya, ia berkonsentrasi pada apartemen di mana  Ana masih menangis bahkan mengancam akan berjalan seorang diri ke dalam hutan. Tubuhnya berhasil keluar dari hutan, tetapi bukan di kediaman Ana. Ia tak bisa lagi berpindah
Read more
Rumah Lama
Bagian 26 Rumah Lama   “Aku tidak bisa tinggal di sini terus menerus.”  “Terus mau kemana, kembali ke hutan lagi. Aku ikut kalau gitu.” Ana mengemas perlengkapan melukisnya, ia menggambar dengan menggunakan Bagus sebagai objeknya.  “Tidak bisa juga. Bisa dibilang aku telah terusir dari sana.”  “Hah, kenapa?” Wanita itu melebarkan kedua mata cokelatnya.  “Bukankah sudah kukatakan. Hubungan kita melanggar aturan.”  “Apa seserius itu? Maaf, apa nggak ada yang bisa dinegosiasi lagi?” Bagus hanya menggeleng saja.  “Terus, kamu mau kemana. Di sini aja kenapa?”  “Aku mau ke rumah lama.” 
Read more
Ancaman
Bagian 27 Ancaman   Raka yang telah mengikuti pergerakan Ana selama berminggu-minggu mulai menggila. Ia tidak rela melihat wanita itu bahagia sementara dirinya kehilangan semua yang telah ada dalam genggaman, uang dan perempuan. Lelaki itu memegang dadanya yang masih terasa nyeri, tubuhnya terlempar beberapa meter dan menghantam benda keras saat mencoba menikam Ana. Dengan sisa-sisa kekuatan dan uang yang ada ia mengunjungi seorang teman lama di dunia hitam.  “Sepertinya dia bukan manusia biasa. Mana ada orang yang bisa melempar manusia sampai menjauh beberapa meter, bola matanya juga aneh.” Raka menceritakan secara detail ciri-ciri fisik lelaki yang menggagalkan serangannya beberapa minggu lalu.  “Ada fotonya, aku ingin lihat dia yang kamu bicarakan itu lebih jelas.”   Raka mengeluarkan selemba
Read more
Positive
Bagian 28 Positif   “Dua garis merah,” ujar Ana pada dokter yang memintanya untuk melakukan tes kehamilan.“Selamat kalau gitu.” Dokter melanjutkan pemeriksaan pada perut Ana.“Usia kandungan Ibu sekitar tujuh minggu, masih berupa kantong janin, ya. Oh, iya pergi sendiri saja, suaminya tidak ikut?” tanya wanita berbaju putih.“Nggak, dia lagi nggak enak badan. Jadi istirahat di rumah.”“Oh. Istrinya yang hamil suaminya yang ngidam kalau begitu.” Dokter lalu menuliskan resep yang harus ditebus Ana. Sepanjang perjalanan Ana memikirkan pertanyaan semalam. Mahluk macam apa yang akan lahir. Namun, pemeriksaan dokter tadi tidak menemukan sesuatu yang aneh dalam kandungannya. Jika memang mahluk lain, tentu tertangkap oleh peralatan USG yang canggih.Ana dan Bagus masih belum bertegur sapa sejak tadi malam. Keduanya masih sib
Read more
Tragedi
Bagian 29  “Kita pergi ke kediaman Bagus dan wanita yang berhasil menggodanya!” perintah sang guru pada Arya.  “Kalau boleh tahu untuk apa, Guru? Bukankah mereka sudah hidup bahagia walaupun—”  “Kau jangan ikut-ikutan bodoh, Arya. Murid kesayanganku itu telah lupa dengan dirinya sendiri. Batas waktu yang kuberikan telah habis dan dia masih saja terus mengulur waktu.”  “Apa yang akan Guru lakukan pada mereka?” tanya Arya pada lelaki berambut putih.  “Dia harus memilih, siapa yang hidup, dirinya atau wanita itu. Ini sebagai contoh, jika ada yang berani melanggar lagi, maka akan bernasib sama seperti dia,” tegas sang guru lagi.  Arya-sahabat Bagus lagi-lagi tidak tega. Ia yang kerap kali ditolong olehnya dulu, harus meny
Read more
Terus Berharap
Bagian 30  Tubuh Raka yang tidak bernyawa digigit oleh seekor harimau berukuran besar di bagian leher. Harimau itu lalu melemparnya ke tempat di mana anak-anak binatang buas itu baru beberapa hari dilahirkan. Tak ayal daging segar itu menjadi rebutan bagi mereka.  Perlahan-lahan tubuh itu tercabik-cabik, bagian kaki dan tangan menjadi rebutan, sementara kepala dan isi perut ditinggalkan begitu saja, mungkin akan disantap oleh mahluk gaib lain yang menyukai sisa-sisa bangkai yang tergeletak begitu saja.  *** “Bagaimana wanita itu?” tanya sang guru pada Arya.  “Sudah kututup rumahnya dari semua gangguan, dan tak ada yang menyaksikan perbuatan kita, Guru.”  “Kau yakin?”   Arya mengangguk.  &
Read more
PREV
123456
...
20
DMCA.com Protection Status