Semua Bab Cinta 80 kg: Bab 51 - Bab 60
96 Bab
secret letter
Pak Tatang dirawat di ruang VIP dan pelayanannya begitu baik. Keadaannya juga cepat membaik dan diperbolehkan pulang. Hanya saja harus dalam pengawasan, dari segi makanan dan tidak boleh bergadang. Bapaknya memang agak bandel karena menonton bola hingga pagi hari. Pak Tatang sudah sampai di rumah, dijemput mobil Fero. Bocah itu sungguh ajaib. Dia bukan anak orang kaya tetapi kenapa punya mobil seharga ratusan juta? Dia berdalih mobil itu pinjam buat gegayaan doang. Sementara Igna tidak bisa membawa mobil sendiri karena disita oleh ayahnya. Selama masa training di kantor ayahnya dia harus terbiasa naik motornya saja. Igna harus membeli mobil sendiri nanti dengan uang hasil kerja kerasnya. Ayahnya berencana untuk menempatkan Igna di perusahaan miliknya dan kelak mengganti posisi dia. "Pak, jangan makan sembarangan dulu ya. Bubur saja dulu sekarang mah. Istirahat yang cukup, Hida harus berangkat lagi ke Surabaya. Nanti Hida bakal pindah ke sini bulan depan." "Ya sudah hati-ha
Baca selengkapnya
Red Rose
Hubungan Irena dan Igna sedang dalam masa saling merindukan, pasalnya Igna tengah sibuk magang di kantor ayahnya. Tidak ada waktu untuk berkencan atau pun bertemu dengan Irena. Begitu juga dengan gadis chubby yang kini mulai ujian semester, dia ingin cepat lulus saja. Sekarang dia masih bekerja di pet shop milik Kak Reno dan Dokter Hannie. Dokter Hannie sedan hamil besar dan tugas di klinik di gantikan dokter lain, namanya Dokter Sam. Fero juga sudah berhenti bekerja karena harus melanjutkan sekolah, sebentar lagi dia bakal ujian masuk universitas. Tapi anak itu sering mampir untuk mengajak makan siang atau sengaja main ke rumah menemuinya, minta diajari matematika. "Irena, mau makan siang bersama?" tanya Dokter Sam membuka jas putihnya dan tersenyum, rambut gondrongnya diikat. "Nanti pet shop dijaga siapa? Dokter makan siang sendiri saja." Irena menolak halus, namun tak lama Kak Reno datang membawa kucingnya. "Kalian mau makan siang? Pergi saja, toh toko lagi
Baca selengkapnya
Night with you
Igna berdecak kesal melihat postingan di akun lambe nyinyir yang meng-upload soal Dewi si super model dengan Arie. Banyak akun songong yang menge-tag akun Irena dan mengatai pacarnya itu. Hei gadis itu pacarnya sekarang bukan pacar Arie Lucas. Igna ingin cepat-cepat selesai bekerja dan bertemu kekasihnya. Dia merapihkan susunan dokumen di atas meja kantornya dan mengambil kunci motor. Dia akan pergi ke rumah pacarnya, sebelum itu dia membeli dulu makanan kesukaan pacarnya. "Bang, beli ayam geprek 4 ya sambalnya pisah saja. Terus mie tek-tek nya 2 bungkus semua makasih." Igna memberikan uang pada penjual angkringan sambil bermain ponsel. Dia mengirim pesan pada pacarnya kalau dia bakal ke rumah. Karena mengantri Igna memutuskan buat duduk sambil main game. Tapi Iqbal menelponnya. "Di mana, Bro?" "Angkringan Bro, mau ke rumah pacar." "Sial, Bro besok ada yang ngajak balapan. Mau turun enggak? Mayan hadiahnya Bro, 30 juta." "Di mana?" "Tempat biasa, B
Baca selengkapnya
Strange Day
"Gue jadi curiga sama Lu." kata Hida sambil menatap Igna ke atas dan ke bawah, membuat Igna semakin meringis takut ditabok. Hida ketawa ngakak lalu menepuk kepala Igna. "Canda lah. Lu udah sarapan?" "Belum." "Ya udah ayok sarapan bareng. Mau ke kantor?" "Iya Bang." Mereka pun sarapan nasi goreng bersama. Kebetulan Emak bawa beberapa makanan juga dari Bogor dan mereka sarapan bersama, setelah itu Igna pamitan buat berangkat ke kantor karena ayahnya sudah mengirimkan pesan jika rapat akan segera dimulai. Irena mengantarkan kekasihnya sampai di pagar depan dan melihat punggung lebar yang sekarang semakin menjauh itu. Hida beristirahat karena kecapekan naik kereta dari Surabaya ke Jakarta. Dia tidur di kamarnya sementara Emak Esih sedang sibuk membereskan kardus dari Bogor. Pak Tatang sedang berjalan-jalan pagi agar kakinya tidak kaku. Irena mengganti sepreinya dan mencuci pakaian. Hari ini dia berangkat siang ke kampus dan pet shop mungkin dia mau mengajuk
Baca selengkapnya
disappointed
"Mpok, habis ini Lu enggak boleh marah sama Gue. atau Lu bikin keributan apa pun." Fero membuat hati Irena semakin tidak tenang. Mobil Fero kemudian berhenti, di sana terdapat banyak anak-anak remaja dan juga dewasa. Jalanan itu sudah seperti tempat untuk balapan liar. Irena sungguh tidak paham, sampai akhirnya mata bulatnya bertemu dengan sang kekasih yang sedang bersiap di atas motor. Seorang gadis cantik tampak menyita perhatian, gadis itu tampak akrab dengan pacarnya bahkan mereka tampak mesra. Irena tersenyum miris. "Lu bawa gue ke sini cuma buat ngeliatin ini?" "Maafin gue, Mpok. Tapi kalau Lu enggak tahu sementara Gue tahu takutnya Lu terus dibohongi." "Karena Lu udah bawa Gue ke sini sekarang apa pun yang gue lakuin Lu jangan halangi. Biarin Gue selesaiin masalah Gue." Fero diam, karena balapan belum mulai Irena berjalan mendekati Igna, dan secara tidak langsung dia juga bertemu Iqbal. Jadi selama ini Iqbal juga tahu kalau Igna sering balapan. Lalu p
Baca selengkapnya
It is over
Irena bangun pagi, membersihkan kamar yang dia gunakan untuk tidur. Lalu membantu pekerja di panti, masih ada waktu untuk pulang ke Jakarta, karena kuliah siang. Dia membantu Bu Kartika membuat sarapan untuk anak-anak. Jam sembilan pagi dia pulang kembali ke Jakarta dan langsung pergi kampusnya. Untung Mbak Yuni, seorang pekerja panti memberikan dia make up jadi bisa ke kampus walaupun sebelumnya muka dia bengkak dan memerah karena terus menangis semalaman. Dia menyelesaikan ujiannya meksipun kepalanya terasa berat. "Bisa kita bicara sebentar?" Igna menghadang jalan Irena yang sekarang tengah berjalan kaki untuk pergi ke halte. "Enggak ada yang perlu dibicarakan, semalam sudah jelas bukan? Kita putus saja." "Semudah itu kamu Ngomong kita putus?!" "Ya semudah itu juga kamu ngomong i love you ke orang lain." "She is not my girlfriend, you ... only you!" Igna meraih tangan gadis itu namun, Irena menepisnya dengan kasar. Dia muak dengan semua laki-laki yang dia
Baca selengkapnya
learn to forget
Sudah seminggu, tidak ada perkataan maaf atau keinginan untuk bicara. Lagipula, Irena sudah berusaha keras melupakan Igna. Hida menatap adiknya yang sedang menyiram tanaman bunga mawar merah di taman depan rumah. Sambil bersenandung kecil, dia menyirami bunga favoritnya itu. "Dek, Abang mau bicara." "Sebentar." kata Irena sambil menaruh selang dan menghampiri sang kakak yang sedang duduk di kursi kayu di bawah pohon mangga. "Ada apa?" tanya Irena. "Coba bertemu Igna, selesaikan masalah kalian. Kakak yakin dia punya penjelasan. Dengarkan dia dulu, setelah itu barulah kamu ambil keputusan." Gadis chubby itu terdiam cukup lama, dia menghela napas panjang lalu menatap sang kakak. "Baiklah, aku akan pergi ke kostan-nya." Hida tersenyum lalu mengusap kepala adiknya lembut. Irena mengumpulkan keberaniannya dan menaiki sepeda milik sang kakak lalu berhenti di kostan Igna. Dia mengetuk pintu kostan itu dan tak lama Igna keluar, aroma alkohol menusuk hidung mancu
Baca selengkapnya
come back
Irena pergi ke mall untuk membeli hadiah ulang tahun Fero. Karena bingung, dia akhirnya memilih sepasang sepatu Kets untuk Fero. Pulang dari mall dia membungkus sepatu itu dengan bungkusan cantik, dia memeriksa pesan dari Fero, mengirimkan alamat sebuah gedung. Fero anak yang misterius, dia selalu bersikap seperti tidak tahu apa-apa padahal tahu banyak soal apa pun. Termasuk soal perselingkuhan Igna dan gadis yang tidak tahu siapa itu. Irena selesai membungkus kado ulang tahun untuk Fero. Dia pun segera mandi dan bersiap karena sudah pukul tujuh malam sementara acaranya pukul delapan malam. Irena sudah siap dengan gaun hitam dan rambutnya yang ikal di gulung rapi ke atas serta menggunakan jepitan mutiara. "Mau berangkat sekarang?" tanya Hida."Iya, Bang. Aku udah pesan taksi." "Mau Abang antar?" "Enggak usah deh, Bang." "Ya udah, kalau ada apa-apa hubungi Abang ya." Hida tersenyum lalu kembali fokus pada acara TV. Kedua orang tuanya juga sedang asyik menonton
Baca selengkapnya
clown
"Pesanan untuk meja nomor 4." Irena menghampiri barista dan mengambil nampan berisi es Americano dan kue red Velvet. Dia pun membawa pesanan itu ke meja nomor 4. Semalam Hida datang menjemput, dia tidak berkata apa pun. Mungkin belum saatnya dia jujur pada sang kakak. Namun jauh dalam lubuk hatinya dia memang merasa dipermainkan. Selesai mengantar pesanan, dia kembali ke meja kosong untuk membersihkannya. Dia tidak mau memikirkan masalah cintanya yang menyebalkan. Dia harus bersyukur karena cafe itu menerimanya tanpa persyaratan yang rumit. Suara gemerincing pintu cafe terbuka, sosok tinggi bersama seorang lainnya menatap sekitar dan tersenyum tatkala menatap sang gadis yang kini tengah membersihkan meja. "Irena, antarkan ini ke meja yang ada di roof top." Mbak Wendy pemilik cafe sekaligus barista satu-satunya di sana. Cafe memang tidak banyak karyawan, hanya ada Mbak Wendy, Irena dan satu orang untuk shift malam. Gadis itu mengangguk dan membawa nampan berisi pesanan pela
Baca selengkapnya
I don't care
Rambutnya yang panjang lurus tergerai, wajahnya blasteran Indonesia-Belanda. Tungkai kakinya yang jenjang idaman kaum wanita, cara berjalannya juga anggun sesuai dengan pekerjaannya sebagai seorang model. Membuka pintu cafe bernama Rain n coffee itu dan duduk di kursi. Tangannya melambai pada seorang pelayan dan memesan jus buah serta salad. Tidak makan, dia sedang diet. Tak lama pintu cafe gemerincing terbuka, menampakkan seseorang yang sedang dia tunggu. Gadis dengan pipi chubby dan rambut ikal yang digulung dan disematkan tusuk konde perak. Poni menutup keningnya dan dia duduk di depan Dewi. "Langsung ke intinya saja." ucapnya. "Makan dulu, atau mau kupesankan minuman?" tanya Dewi. "Makanku banyak, kamu akan malu makan dengan seekor babi gemuk." "Bisakah berhenti bicara kasar dan sarkas? Aku bahkan datang baik-baik dan ingin bicara baik denganmu." Dewi menatap Irena dan gadis itu hanya diam memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia sudah menebak Dewi datang untuk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status