All Chapters of KITAB KUNO SANG KURATOR: Chapter 21 - Chapter 30
34 Chapters
LEMBAR KE-20
Terdengar suara mengaduh yang keluar dari mulut Ziu. Dia akhirnya tersadar. Dengan badan yang terlihat agak lemah, dia bangun dengan dibantu oleh Khani.“Aakhh… mengapa seluruh tubuhku terasa sakit?” tanyanya sambil bangkit dari tempatnya tak sadarkan diri tadi.Ziu melihat Nyonya Lira yang sedang berdiri di hadapannya. Tatapan matanya menunjukkan bahwa dia belum pernah melihat wanita itu.“Apa yang sedang kau lakukan? Apakah kau yang membuat tubuhku terasa sakit semua?” tanyanya dengan suara yang kencang.Baik Khani dan Nyonya Lira benar-benar terkejut mendengar suara Ziu yang sangat kencang. Mereka tidak menyangka Ziu akan berbicara seperti itu. Seorang gadis bangsawan yang harusnya berperilaku penuh dengan etika tidak tampak dari sikap Ziu barusan. Dia tampak seperti orang lain ketika bangun.“Jangan pernah mengatakan jika kalian semua mengambil kesempatan untuk menggertakku saat aku sedang tidur. Kau benar-b
Read more
LEMBAR KE-21
“Aku sudah tidak tahan lagi. Aku perlu pergi ke kamar mandi,” teriak suara perempuan yang di tengah malam.Rupanya suara itu berasal dari mulut Ziu. Dia sedang berusaha untuk keluar dari ruangan tempatnya dikurung. Ziu benar-benar tidak tahan berada di dalam ruangan tersebut. Kotor, udaranya pekat, tidak terdapat cukup cahaya penerangan sehingga Ziu tidak dapat melihat terlalu jelas di dalam tempat tersebut.Tiba-tiba, pintu terbuka. Seorang pelayan melemparkan sebuah keranjang kecil. Benda-benda di dalam keranjang itu berceceran di lantai. Walau samar, Ziu dapat melihat kain, jarum, dan benang berserakan di dekat keranjang tersebut. Ziu mencoba menghentikan pintu yang buru-buru ditutup oleh pelayan tersebut.“Nyonya sudah memberi perintah bahwa Nona Muda harus menyelesaikan sulaman kantong dengan gambar sepasang bebek mandarin,” ucap pelayan tersebut sembari menirukan kata-kata Nyonya Lira tanpa kesalahan sedikitpun. “Saat anda sud
Read more
LEMBAR KE-22
“Aku pikir harta karun seperti ini hanya ada di dalam mitos dan cerita yang dibuat oleh pahlawan. Siapa yang menyangka jika itu benar-benar ada.”Ziu ternyata sudah berada di dekat benda bersinar yang ditemukannya. Di dalam hatinya seperti terdapat sebuah kembang api yang meledak dengan cerah. Dia benar-benar merasa senang telah menemukan benda itu.“Karena aku sudah menjadi Nona Muda Kedua, maka tidak akan dihitung sebagai kejahatan jika hanya melihatnya sebentar,” ujarnya sambil tersenyum nakal. “Mari kita lihat apakah pria tua Anmu ini punya sebuah rahasia.”Ziu kemudian mencoba untuk memegang benda bersinar di hadapannya itu. Namun, benda tersebut bersinar semakin terang ketika tangan Ziu menyentuhnya. Ziu yang merasa sangat silau menutupi kedua matanya menggunakan salah satu tangannya. Cahaya tersebut bersinar semakin terang hingga terlihat benderang dari luar ruangan. ***_____*** 
Read more
LEMBAR KE-23
“Khani, apa kau merasa belakangan ini ada banyak hal yang tidak bisa kuingat? Aku merasa seperti ada banyak celah di dalam ingatanku,” ujar Ziu sambil memegang kedua tangan pelayannya.“Akhir-akhir ini Nona sering seperti ini,” jawab Khani. “Terkadang, anda menyuruh hamba untuk memanggil dengan sebutan ‘Nona Muda’. Lalu, kadang-kadang anda suka makan yang manis. Namun, di lain waktu anda suka makan sesuatu yang pedas.”“Aku selalu menyuruhmu untuk memanggilku dengan awalan kakak,” sahut Ziu yang coba mengingatkan Khani tentang kesepakatan mereka berdua.“Aku tidak pernah lupa. Namun, saat aku memanggilmu tadi pagi dengan cara itu, kau jelas-jelas memarahiku,” balas Khani.Ziu tercengang setelah mendengar kata-kata Khani. Dia merasa sangat bingung atas apa yang terjadi kepadanya saat ini. Ziu terheran-heran dengan ingatannya yang terputus-putus itu.“Mungkinkah aku hilang ingatan?” gumam Ziu dengan suara pelan. “Ah, tapi tidak mungkin. Aku harus memikirkan hal ini dengan hati-hati. Ak
Read more
LEMBAR KE-24
Kediaman Pangeran Vajra sedang sibuk. Terlihat berbagai bentuk hiasan rumah yang didominasi warna merah sedang dipasang di berbagai sisi rumah. Masing-masing pekerja di dalam kediaman tersebut melakukan tugas yang sudah diberikan oleh tuan mereka. Semua orang mengerjakan tugasnya masing-masing tanpa banyak bicara.Kaisar sudah mengatur sebuah pernikahan untuk Pangeran Ketiga. Pada hari yang telah dianggap baik, Anmu Ziu masuk ke tandu pernikahan. Dia memakai pakaian dan berbagai hiasan kepala berwarna merah dan emas. Anmu Ziu terpilih langsung karena tidak ada kandidat lain.Saat ini, Ziu merasa tidak percaya dengan apa yang sedang dilaluinya. Menikah di dalam dimensi lain dengan seorang pangeran benar-benar tidak pernah ada di dalam rencana hidupnya. Ziu merasa seperti sedang dalam dongeng.Rasa khawatir membuatnya mengerti bahwa semua ini bukanlah dongeng, melainkan kenyataan. Ziu sadar bahwa dirinya kini akan menjadi istri orang yang tak pernah dilihatnya. Di
Read more
LEMBAR KE-25
Semua orang sedang menikmati suasana pesta pernikahan Pangeran Ketiga. Namun, hanya satu orang yang tidak bisa mengendalikan dirinya. Seorang laki-laki berjalan ke arah kamar Ziu pada malam itu. Dia melangkahkan kaki dengan sangat mantap tanpa rasa ragu sedikitpun. Hanya ada rasa dingin yang sangat kuat di sorot matanya. Jubah kebesaran tanda anggota kerajaan melambai ketika angin menyentuhnya.Pangeran Kedua berdiri terdiam di depan kamar pengantin. Hatinya terasa dingin  karena setelah malam ini, perempuan yang dicintainya akan menjadi istri dari pria lain. Dia merasa tidak mampu mengatasi kesedihan yang kini dirasakannya. Rasa tidak rela memenuhi seluruh bagian perasaannya.Di dalam kamar pengantin, Ziu tersenyum bahagia. Dia sudah menyelesaikan senjatanya untuk menghadapi Pangeran Ketiga. Sekarang hatinya sudah merasa agak nyaman ketika membayangkan air jatuh membasahi tubuh suaminya ketika nekat mendekatinya.“Nona Ziu, Pangeran Ketiga pasti sang
Read more
LEMBAR KE-26
Pangeran Vajra kini berada di depan pintu kamar pengantin. Dia tidak langsung masuk ke dalam ruangan itu. Pangeran Vajra diam sebentar seperti sedang membulatkan tekadnya. Setelah dirasa cukup, dia membuka pintu kamar pengantin miliknya. Ziu buru-buru menutup kembali wajahnya.Khani memberi hormat kepada Pangeran Kedua Kerajaan Burumun yang ada di hadapannya. Namun, Pangeran Kedua memberi isyarat kepadanya agar tetap diam. Suami Nona Mudanya juga menggunakan jari telunjuknya untuk menyuruh Khani keluar dari ruangan itu. dengan berat hati, Khani melakukan perintah laki-laki yang kini menjadi tuannya itu.Khani berjalan menjauh dari Ziu dengan sangat perlahan agar tidak menimbulkan suara sedikitpun. Sesampainya di dekat pintu, Khani memberi hormat sekali lagi kepada Pangeran Vajra. Dia pun keluar dari ruangan itu. Ziu yang tidak tahu jika kini dia sendiri, tetap duduk dengan tenang seperti tidak terjadi apapun.Khani sebenarnya tidak tega meninggalkan Ziu sendiria
Read more
LEMBAR KE-27
Air yang tercurah dari atas langung mengguyur sekujur tubuh Ziu. Rasa dingin menyerang kepalanya dan langsung menyebar ke seluruh pori-pori di tubuhnya. Ziu tidak dapat menghindar sedikitpun dari senjata yang disiapkannya sendiri. Dia menerima air itu dengan pasrah dan tenang.Kemalangan yang dialami oleh Ziu tidak berakhir di situ. Sebuah balok kayu berukuran cukup besar jatuh dan mengenai punggungnya dengan keras. Ziu sampai terjatuh menerima hantaman benda tersebut. Dia tak sadarkan diri di lantai kamarnya.Keesokan harinya, di pagi yang sangat cerah, Khani sudah selesai menyiapkan keperluan untuk membersihkan diri setelah majikannya terbangun. Kemudian dia melirik Nona Mudanya yang masih tertidur dengan tenang.“Semuanya sudah selesai. Nanti, tidak peduli Nona mana yang bangun, aku akan siap,” gumam Khani dengan suara pelan sembari tersenyum senang.Tidak berapa lama setelahnya, Ziu perlahan membuka mata. Dia sudah terjaga dari tidurnya. Z
Read more
LEMBAR KE-28
Khani tersenyu mendengar Nona Mudanya bicara dengan terbata-bata. “Tadi malam, Pangeran Ketiga datang melihat Nona. Beliau hanya masuk sebentar, lalu pergi. Anda dan Pangeran Ketiga tidak melakukan malam pertama”Ziu menghela nafas panjang dan tersenyum lega. Dia merasa nyaman karena tidak terjadi apa-apa dengannya tadi malam. Ziu tidak akan canggung atau malu bertemu jika setelah ini bertemu dengan Pangeran Kedua.“Lalu, apakah Pangeran Kedua datang?” tanya Ziu dengan wajah penasarannya.“Pangeran Kedua memang datang. Tapi anda memanggil Pangeran Ketiga dengan kata-kata itu tepat ketika Pangeran Kedua berada di luar ruangan ini. Dia marah dan pergi begitu saja,” cerita Khani mengenang kejadian semalam.Wajah Ziu yang mulanya terlihat ceria kini berubah bingung. “Bagaimana aku memanggil Pangeran Ketiga?”“Suamiku… cepatlah masuk! Aku tak bisa menunggu lagi,” ujar Khani menirukan Ziu ketika memanggil Pangeran Ketiga. “Nona, waktu itu anda memanggilnya seperti itu.”Ziu benar-benar tida
Read more
LEMBAR KE-29
Di dalam Istana Wula, tempat tinggal Anmu Ziu sebagai Putri Permaisuri Ketiga telah kedatangan dua wanita yang tidak dikenal oleh Ziu. Seorang wanita mengenakan pakaian berwarna kuning berdiri dengan sangat tenang. Sedangkan di belakangnya perempuan berpakaian warna ungu menunggu dengan wajah masam.Mereka berdua sedang menunggu Ziu yang tengah bersiap-siap terlebih dahulu. Keduanya ingin bertemu dengan perempuan yang telah dipilih langsung oleh Pangeran Ketiga sebagai permaisuri. Khani berdiri dengan tenang namun penasaran ketika melihat kedua orang asing tersebut.Setelah beberapa saat menunggu, Ziu yang sudah berganti pakaian keluar. Busana berwarna biru langit membalut tubuhnya seolah-olah mengeluarkan auranya sebagai seorang permaisuri. Hiasan di kepalaZiu cukup sederhana tapi terasa sangat cocok dengan wajah cantiknya.“Selir Sinaksa memberi salam kepada Putri Permaisuri Ketiga,” ujar perempuan berbaju ungu sambil memberi hormat. Ziu dapat meli
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status