Semua Bab KITAB KUNO SANG KURATOR: Bab 11 - Bab 20
34 Bab
LEMBAR KE-11
Dia merasa sangat terkejut karena melihat berbagai makanan ketika sudah berada di dalam ruangan. Vajra sudah mengambil tempat di depan meja yang penuh dengan makanan. Dia memberi isyarat kepada Ziu untuk segera duduk di hadapannya. Ziu pun menurut. Dia langsung menuju ke meja yang sama dengan Vajra.“Sekarang silahkan makan terlebih dahulu. Bercakap-cakap saat perut yang kosong tidak akan menghasilkan apapun,” ucap Vajra yang mempersilahkan Ziu untuk menyantap makanan di hadapannya terlebih dahulu.Senyuman lebar terlihat di wajah Ziu. Dia memang sudah lapar karena belum ada makanan yang masuk ke dalam perutnya sejak pagi. Ziu segera mengambil sumpit dan mengambil makanan yang berada di atas meja. Dia makan dengan sangat lahap.Vajra melemparkan pandangannya kepada Yaru yang berdiri di dekatnya. Salah satu alis Vajra naik menandakan rasa heran terhadap kejadian unik di hadapannya. Yaru menggeleng tanda bahwa dia juga tidak mengerti tentang apa yang sedang dilihatnya itu. Vajra mengali
Baca selengkapnya
LEMBAR KE-11
Dia merasa sangat terkejut karena melihat berbagai makanan ketika sudah berada di dalam ruangan. Vajra sudah mengambil tempat di depan meja yang penuh dengan makanan. Dia memberi isyarat kepada Ziu untuk segera duduk di hadapannya. Ziu pun menurut. Dia langsung menuju ke meja yang sama dengan Vajra. “Sekarang silahkan makan terlebih dahulu. Bercakap-cakap saat perut yang kosong tidak akan menghasilkan apapun,” ucap Vajra yang mempersilahkan Ziu untuk menyantap makanan di hadapannya terlebih dahulu. Senyuman lebar terlihat di wajah Ziu. Dia memang sudah lapar karena belum ada makanan yang masuk ke dalam perutnya sejak pagi. Ziu segera mengambil sumpit dan mengambil makanan yang berada di atas meja. Dia makan dengan sangat lahap. Vajra melemparkan pandangannya kepada Yaru yang berdiri di dekatnya. Salah satu alis Vajra naik menandakan rasa heran terhadap kejadian unik di hadapannya. Yaru menggeleng tanda bahwa dia juga tidak mengerti tentang apa yang sedang dil
Baca selengkapnya
LEMBAR KE-12
“Asal? A-apa itu harus ku ceritakan juga? I-itu terlalu jauh kurasa,” ungkap Ziu yang mencoba mengalihkan pembicaraan tak menguntungkan ini.“Kenapa? Kau tidak bisa menyebutkan tempat asalmu?” tanya Vajra dengan tenang.Ziu berpura pura batuk. Dia mengambil gelas dan meminum airnya sedikit-demi sedikit. Ziu melakukan hal ini untuk mengulur waktu sembari berpikir keras untuk menemukan jawaban dari pertanyaan Vajra.“Ziu?”“”Renasa!” seru Ziu setelah menurunkan gelasnya ke atas meja dengan ayunan yang cukup keras sehingga mengeluarkan bunyi yang cukup keras.Vajra dan Yaru merasa kaget mendengar suara yang muncul secara mendadak itu. Namun, mereka berdua berusaha untuk terlihat tetap tenang agar tidak merasa malu. Di dalam dunia aslinya, Ziu memang ahli dalam membuat jantung orang lain berhenti berdetak. Keistimewaan itu terbawa walaupun dia telah berpindah ke dunia lain.“Dari Renasa,” lanjut Ziu mengucapkan nama yang muncul di kepalanya.Ziu mengingat nama itu. Dia pernah membaca buku
Baca selengkapnya
LEMBAR KE-13
“Hanya benda kecil yang aku miliki. Dengan ini, kau bisa memerintahkan pasukan kecilku untuk bergerak sesuai dengan kehendakmu,” jawab Vajra dengan santai.“Benarkah itu?” tanya Ziu yang seakan hanya sekedar ingin tahu. “Berapa jumlahnya?”Vajra mendekatkan kepalanya kepada Ziu. Ziu tahu jika itu adalah isyarat untuk membicarakannya pelan-pelan. Dia melakukan hal yang sama.“Rahasia,” ucap Vajra berbisik perlahan. Lalu duduk seperti semula lagi dengan wajah tanpa ekspresi miliknya.Ziu tidak menyangka akan mendengarkan hal yang sia-sia seperti itu. Dia lebih tidak menyangka lagi jika laki-laki di depannya akan melakukan hal yang kekanak-kanakan. Rasa kesal menyelimuti perasaan Ziu. Dia yakin wajahnya pun menampilkan hal yang sama.“Apakah ada benda yang lain yang ikut terjatuh kepadaku?” Ziu hampir melupakan keberadaan buku kuno yang sepertinya terlihat berada tak jauh darinya sebelum pingsan.“Tidak ada apapun yang ikut denganmu,” jawab Vajra tanpa berpikir.“Kau yakin?”“Tentu saja.
Baca selengkapnya
LEMBAR KE-14
Keesokan harinya Ziu mulai berkeliling di sekitar tempat tinggal barunya. Dia tampak berjalan-jalan bersama Khani. Namun, sebenarnya itu hanya sebuah kamuflase. Ziu sejatinya sedang mencari informasi mengenai keadaan di tempat itu. Hal ini sebagai salah satu cara untuk masuk ke dalam ruangan rahasia yang dibicarakan oleh Khani.Banyak pelayan yang sedang sibuk melakukan tugasnya di pagi itu. Beberapa pelayan terlihat sedang menyapu halaman dan merapikan rumput ataupun tumbuhan. Ada juga yang sedang membersihkan sisi bangunan yang tampak kotor.Di tempat terpisah, terdapat pelayan yang membersihkan kolam air. Mereka semua bekerja tanpa banyak bicara sehingga pekerjaannya tidak akan berlangsung lama. Vajra memang meminta mereka untuk fokus kepada kewajiban yang harus dilaksanakan terlebih dahulu. Hal itu akan melatih para pelayannya agar lebih tertib saat berperilaku.Setelah beberapa saat Ziu berjalan memperhatikan keadaan di sekitar kediaman Vajra, dia berdiri m
Baca selengkapnya
LEMBAR KE-15
Ziu kemudian membalikkan badannya sehingga menghadap ke arah Khanti. Dia hendak menjelaskan sesuatu kepada gadis yang menatapnya dari bawah. Khanti penasaran dan sangat ingin tahu maksud dari ucapan majikannya tadi.“Sebelum berada di sini, aku adalah seorang kurator museum yang sangat dihormati oleh para karyawanku. Aku pernah terkunci di dalam museum seorang diri karena tertidur di kamar mandi. Aku terpaksa harus mencari jalan keluar dengan cara memanjat tembok dari taman. Saat itu pun aku bahkan melakukannya dengan menggunakan alas kaki yang tidak nyaman dan aku berhasil,” tutur Ziu dengan panjang lebar.Gadis nekat itu pun kembali melakukan usaha untuk memanjat dinding di hadapannya. Lagi-lagi Khani melarang dan menghalangi usaha majikannya itu. Dia terus memegangi kaki Ziu sehingga membuat nona mudanya semakin kesulitan memanjat dinding.Ziu menghentikan usahanya. Dia diam dan tampak berpikir sebentar. “Akan memakan waktu lama jika begini.
Baca selengkapnya
LEMBAR KE-16
Vajra yang mendengar teriakan perempuan berhenti dan tampak mencari sumber suaranya. Kemudian dia melihat seorang perempuan berada di atas dinding. Dia segera berjalan cepat dan mendekati perempuan tersebut. Wajah Vajra menunjukkan rasa heran ketika mengetahui identitas perempuan tersebut. Dia hanya terdiam melihat Ziu.Lagi-lagi Ziu hanya melihat dengan ekspresi wajah terpesona ketika Vajra melihatnya dari bawah tempatnya terjebak. Dia terdiam tanpa bisa mengeluarkan kata-kata dari mulutnya seperti biasa. Tapi hal itu tidak terjadi terlalu lama. Sesaat kemudian Ziu tersadar dari lamunannya.“Kakak laki-laki” panggil Ziu dengan suara yang dibuat-buat.Vajra mengangkat kedua alisnya secara bersamaan. Dia melakukan hal itu sebagai tanda bahwa sedang mendengarkan perempuan yang terjebak di atas dinding itu.“Kakak laki-laki, Nona kecil ini sedikit nakal karena dengan lancang menaiki dinding untuk menyaksikan pemandangan. Namun, sekarang malah tidak bisa turun. Kakak, bisakah kau meminjam
Baca selengkapnya
LEMBAR KE-17
“Ziu,” jawab Khani dengan sangat jelas. “Khani, akhir-akhir ini mengapa kau menjadi begitu ceroboh?” ujar Ziu dengan raut wajah yang sedih. “Kau bahkan tidak memiliki sedikit sopan satun dan etiket.” Khani memenjamkan mata sebentar sambil menggigit bibir bawahnya pelan. Dia tampaknya sadar jika sudah melakukan kesalahan. “Kau bahkan membiarkanku naik ke atas dinding sehingga terjatuh dengan keras. Seharusnya hal seperti itu tidak boleh terjadi,” lanjut Ziu. “Baik, Nona. Maafkan semua kesalahan hamba. Nona telah menegurku dengan baik. Hamba tidak akan berani lagi mulai sekarang. Hal ini akan hamba ingat terus,” jawab Khani dengan raut wajah penuh penyesalan. Seorang pelayan wanita masuk ke dalam ruangan Ziu. Dia langsung memberi hormat kepada Ziu yang sudah menjadi nona muda di dalam kediaman itu. “Maaf, Nona Muda, anda sedang ditunggu di ruang pertemuan. Tuan Muda menyuruh saya untuk menyampaikan hal ini kepada Nona,” ucap pelayan wanita tersebut dengan sopan. “Ditunggu? Siapa
Baca selengkapnya
LEMBAR KE-18
Gadis tersebut tidak langsung menjawa pertanyaan dari Pangeran Vajra. Dia terdiam selama beberapa saat. “Maafkan Yang Mulia, tapi Nona ini kekurangan pengetahuan. Tidak tahu istilah itu.”“Anda benar-benar tidak pernah mendengarnya?” tanya Pangeran Vajra sekali lagi.“Belum pernah mendengar sebelumnya,” jawab Nona Muda Ketiga sambil menggelengkan kepalanya perlahan.Pangeran Vajra menatap ke arah calon istirnya selama beberapa saat tanpa berkedip. Dari sorot matanya terlihat sangat waspada dan tidak mempercayai ucapan gadis yang sedang duduk di hadapannya itu.“Yang Mulia, lalu apakah arti dari istilah tersbeut?” tanya Pejabat Daka yang juga penasaran setelah mendenganya.Pangeran Vajra tersenyum kecil. “Jika aku tahu, aku tidak akan bertanya.”Pejabat Daka dan istrinya tersenyum kecut setelah mendengar jawaban dari Pangeran Vajra. Dia terlihat canggung menatap Pangeran Vajra.“Baiklah, aku telah melihat penampilan sejati Nona Muda selama beberapa saat ini. Besok aku akan mengirim ora
Baca selengkapnya
LEMBAR KE-19
Suara menggelegar dari seorang pelayan tersebut mengejutkan Khani dan Ziu. Suara tersebut mendakan bahwa istri dari pejabat Anmu Daka datang berkunjung ke kamar Ziu. Khani kemudian membantu Ziu berdiri untuk menyambut kedatangan wanita tersebut.Lira, istri Anmu Daka, sekaligus ibu tiri dari Ziu masuk dengan tiga orang pelayannya. Salah satu pelayan membawa sebuah tempat berbentuk layaknya baki ditutupi oleh kain merah. Ziu dan Khani mendekat dan memberi hormat kepada Nyonya Besar di rumah itu.“Ziu, berlututlah!” Ibu tiri Ziu langsung menyuruh Ziu dengan nada yang terdengar kesal dan penuh emosi. “Kau mempermalukan semua orang dengan memanjat dinding untuk melarikan diri. Apa kau tahu letak kesalahanmu?”Tanpa bicara, Ziu langsung menuruti perkataan ibu tirinya itu. Dia duduk berlutut di depan Nyonya Lira. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun. Khani yang tadinya berdiri tiba-tiba ikut berlutut.“Mohon Nyonya memaafkan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status