Semua Bab Kill Me, Love Me: Bab 11 - Bab 20
108 Bab
Nyaman Memelukmu
Menghabiskan waktu dengan mengobati luka Fajar ditangan setelah memukul pria yang mengaku sebagai paman, penolakan Indira membuat mereka menjadi tidak menentu. Keduanya tidak tahu harus melakukan apa, Indira yang memulai inisiatif setelah melihat luka ditangan Fajar. Frans menatap Indira dalam, selama ini dirinya akan mengalihkan diri dengan mengikuti balapan liar atau membuat rumah berantakan. Indira membuat sisi liarnya hilang entah kemana, hasratnya untuk melakukan hubungan intim semakin tinggi. Frans sendiri bisa merasakan jika bagian bawah Indira telah basah, artinya siap dengan miliknya yang akan masuk kesana.“Kamu sudah pernah melakukannya?” Frans membuka suaranya membuat Indira menatap bingung, “hubungan intim.”“Apa harus dijawab?” Indira memutar bola matanya malas.“Bagian bawah kamu sudah basah, kenapa tidak dilanjutkan saja tadi?” “Aku sudah bilang kalau tidak mau menyakiti tunanganm
Baca selengkapnya
Perasaan Salah
Menjauh dari Indira selama beberapa waktu, kejadian kemarin membuat Fajar berpikir lebih. Perbuatannya dengan Indira sangat diluar akal sehat, dirinya nyaman bersama dengan Indira tapi tidak dengan Mariska. Merasakan sesuatu yang berbeda setiap bersama dengan Indira, membuat Fajar ingin selalu dekat dan memeluknya erat. “Apa yang membuatmu jadi tidak fokus seperti ini?” tanya Rifan memasuki ruangan Fajar, memberikan tatapan bingung pada Rifan, “kerjaan kamu berantakan beberapa hari ini.” Fajar mengangkat alisnya mendengar perkataan Rifan, “mana ada perkerjaanku yang berantakan, kalau ngomong harus berdasarkan data jangan asal.” Meletakkan berkas dihadapan Fajar dengan suara keras, duduk dihadapan Fajar menatap dalam diam. Mendapatkan perlakuan seperti ini dari Rifan membuat Fajar tidak nyaman, dirinya bisa bersikap dingin pada orang lain tapi tidak dengan Rifan. “Apa yang terjadi pada kalian berdua?” tanya Rifan langsung membuat Fajar mengernyitkan dahinya,
Baca selengkapnya
Kenyataan Tertutup
Menatap kedatangan pamannya, Budi. Keadaannya tampak baik-baik saja membuat Fajar bernafas lega, tidak tahu apa yang terjadi pada saat itu tapi menurut cerita security tampak mengerikan dan mereka berterima kasih pada Indira jika tidak bisa saja pria dihadapannya ini mati begitu saja, membuatnya harus masuk dalam penjara. Membayangkan itu semua membuat Fajar menggelengkan kepalanya, tidak pernah ada dalam isi kepala atau bayangannya berada di penjara untuk sebuah kasus.“Kamu harus bayar biaya rumah sakit.” Budi berkata langsung membuat Fajar mengangkat alisnya.“Semua sudah dibayar.” Fajar menjawab dengan santai.Budi mengangkat sudut bibirnya dengan senyuman meremehkan, “rumah sakit sudah, tapi kerugian yang lain belum terbayar.”Memilih tidak peduli dengan perkataan Budi, memasuki kamarnya dan langsung menguncinya. Teriakan Budi tidak dihiraukan sama sekali, pikirannya benar-benar kacau ditambah sakit kepalanya yang semakin sering terja
Baca selengkapnya
Saling Bicara
Pulang dalam keadaan menahan emosi, sampai di rumah yang disambut oleh security membuat Frans semakin tidak terkendali. Keadaan rumah yang kosong tanpa seorang pun yang menyambutnya memberikan ruang kosong pada hatinya, menjatuhkan diri di lantai dengan menelungkupkan kepalanya. Tidak tahan dengan keadaan yang terjadi, mengangkat kepalanya agar tidak menangis membuat Frans harus melampiaskan pada sesuatu dan yang biasa dilakukan adalah merusak barang.“Jangan aneh-aneh, sudah cukup banyak barang yang kamu rusak di rumah ini,” tegur Joe.“Gue butuh pelampiasan, BEGO!” Frans berkata keras, menonjok dinding dengan tangannya yang terkepal, “gue lelah, Joe. Pemilik tubuh ini BEGO!”“Kita tahu kalau dia tidak kuat menghadapi masalah, makanya kita sering hadir. Kita lulusan terbaik dari beberapa kampus ternama, pastinya bisa menyelesaikan ini semua.” Joe menenangkan Frans.“Andai bisa dengan mudah apa yang lo bilang, Joe.” Frans mengusap wajahnya
Baca selengkapnya
Pengusiran Mariska
Melangkah dengan pasti menuju ruangannya dengan tubuh tegap, ciri khas Fajar saat memasuki kantornya. Semua harus berjalan sesuai dengan rencana seperti yang mereka bicarakan semalam, setiap langkahnya mendapatkan tatapan memuja dari para wanita dan tetap tidak membuatnya senang.“Pagi, Pak.” Kunto menyapa Fajar dengan mengikuti langkahnya.“Kegiatan hari ini?” tanya Frans dengan suara khas Fajar.“Hanya bertemu dengan perwakilan yang kemarin bapak temui dengan Indira.” Kunto menjawab sambil membaca ponsel yang ada di tangannya.“Rifan ada di ruangan?” Kunto mengangguk, “suruh ke ruangan saya.”“Baik, Pak.” Kunto mengangguk.“Satu lagi kalau ada Mariska datang segera hentikan di lobby dan katakan jika saya sibuk, tidak ingin bertemu sama dia.” Frans mengatakan dengan tegas.“Bapak lagi berantem?” Kunto bertanya hati-hati.“Kenapa?” tanya Frans menatap sekilas, “ada yang disembunyikan sepertinya.”
Baca selengkapnya
Mengenal Lebih Dekat
Sesuai dengan rencana mereka bertiga, mendekati Indira karena ingin tahu reaksi dari mereka bertiga saat bersama dengannya. Frans sudah bisa memastikan tidak bisa jauh darinya, rasanya ingin memeluknya setiap saat, sedangkan dua kepribadian lainnya belum tahu melakukan apa dengan Indira. Mereka hanya takut nanti saat Fajar yang mengambil posisi tubuh ini, takut Indira akan diperlakukan kasar.Menatap Indira yang menjelaskan mengenai perjanjian yang dibuat olehnya dengan perusahaan lain, Frans membenarkan perkataan Joe dimana Indira memang berbakat. Bukan hanya itu cara dia meyakinkan dan membuat orang nyaman patut diperhitungkan, terlalu asyik menatap Indira membuat Frans tidak menyadari jika sudah selesai presentasi yang dilakukan Indira.“Jadi bagaimana?” Frans menatap datar pada kliennya yang akan melakukan kerjasama, tatapan yang biasanya dilakukan Fajar.“Bukankah kita sudah sepakat jadi untuk apa dijelaskan kembali?” klien yang dihadapan Fajar
Baca selengkapnya
Panas Apartemen
Frans tahu kalau apa yang dikatakannya pasti membuat Indira terkejut, berjalan mendekat kearahnya yang masih menatap tidak percaya. Menarik Indira lebih dekat, melingkarkan tangan di pinggang rampingnya sedangkan tangan yang lain merapikan rambutnya yang berantakan disekitar wajah.“Tempatmu nyaman, aku suka.” Menundukkan wajah dengan memegang dagu Indira, membuat wajahnya terangkat dengan segera mendekatkan bibirnya menyentuh bibir berwarna pink yang dari tadi ingin dirasakan lebih dalam. Ciuman lembut dilakukan Frans, tangan Indira sudah melingkar di leher Frans membuat ciuman mereka semakin dalam. Memasukkan lidahnya dan bermain didalam bibirnya, seakan mencari kepuasan masing-masing. Indira menarik diri dari ciuman mereka, membuat kening mereka bersentuhan satu sama lain.“Aku masak dulu.” Indira membuka suaranya.Frans mau tidak mau melepaskan Indira dalam pelukannya, menatap wanita itu berjalan kearah dapur. Tempat yang tidak terlal
Baca selengkapnya
Suka Baumu
Fajar menatap Indira yang menikmati makanan dihadapannya, menggelengkan kepala dan tersenyum kecil melihat bagaimana wanita dihadapannya makan seakan tidak peduli dengan penampilan sangat berbeda jauh dengan tunangannya, Mariska. Fajar mendadak berubah menjadi dingin mengingat Mariska dan apa yang diperbuatnya saat ini, tidak ingin menyakitkan Mariska tapi juga bermain dengan Indira. Tidak ingat kapan mulai dekat dengan karyawannya ini, Fajar hanya tahu kenangan terakhir mereka adalah melihat barang belanjaan dalam mobilnya, mengingat itu membuat Fajar tidak suka dan menatap tajam pada Indira.“Ada apa?” tanya Indira menatap Fajar bingung.“Pakaian yang kamu beli itu sudah kamu bawa? Coba pakai dihadapanku sekarang.” Fajar mengatakan dengan nada datar dan menahan emosi.“Baju?” Indira mencoba untuk mengingat pertanyaan Fajar, “aku nggak bawa masih ada dalam mobil.”Fajar menatap penuh selidik, mencoba mengingat keberadaan baju yang ada di
Baca selengkapnya
Emosi Budi
Memasuki rumahnya setelah bermalam di tempat Indira, menatap sekitar tidak ada perubahan pada rumahnya. Hembusan nafas lega dikeluarkannya saat melihat tidak ada yang aneh, keputusannya untuk pulang tidak lain karena agak aneh berada satu ruangan dengan wanita yang terlihat tubuhnya. Silvi bangun dengan Indira berada dalam pelukannya, sempat memaki mereka para pria yang bisa dengan mudah tidur dalam keadaan busana tipis.Jika nanti mereka bisa komunikasi, Silvi tidak akan menunggu untuk memaki Frans terutama. Pria itu tidak bisa menahan diri jika berdekatan dengan Indira, meskipun Silvi mengakui jika tubuh Indira sangat menggiurkan dan bisa membuat mereka tergoda. Bentuk tubuh Indira sangat berbeda dengan Mariska, Silvi sangat yakin semuanya pas berada di tangan dan milik mereka yang ada di balik celana.Masuk kedalam rumah, langsung disambut security. Saat berada depan pintu kamarnya, Silvi membeku mendengar suara kendaraan yang dikenalnya dengan sangat jelas
Baca selengkapnya
Sandiwara
Silvi menatap malas berkas yang diberikan Kunto, sejak tadi hanya dilihat tanpa berniat membukanya. Pikirannya bukan pada berkas, meskipun pada kenyataan tetap saja Silvi tidak akan pernah paham dengan isi berkas. Dalam pikirannya saat ini adalah perkataan pamannya, Budi. Kata-katanya yang akan perkosa tunangan Fajar, Mariska. Menggelengkan kepalanya mendengar hal itu, padahal pemandangan yang dilihatnya melalui kamera sudah mengatakan lebih, bagaimana bisa otak mereka tidak sampai kesana.“Maaf, Pak. Bu Mariska langsung menerobos masuk kedalam.” Kunto menatap penuh penyesalan.“Biarkan saja, kamu bisa keluar.” Silvi mengusir Kunto dengan gerakan tangan.Silvi menatap tidak percaya dengan apa yang dilakukan Mariska saat ini, tatapan ketakutan yang seakan akan terjadi sesuatu yang buruk. Silvi mencoba bersikap seperti Fajar jika menghadapi masalah, hanya saja terkadang Fajar agak berlebihan jika berhubungan dengan wanita ular ini. Menghembuskan nafas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status