Semua Bab Status WA Suamiku yang Disembunyikan: Bab 51 - Bab 60
84 Bab
Usaha
Aku sudah tidak selera makan sama sekali sejak Mas Reno tidak sadarkan diri. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Mas Reno dinyatakan koma. Suamiku itu juga terkena toksoplasma. Apalagi sebabnya kalau bukan karena daya tahan tubuhnya telah digerogoti virus mengerikan itu.Aku takut. Sangat takut. Apa jadinya aku dan Cilla jika Mas Reno sampai tidak mampu lagi bertahan? Apalagi kalau ternyata aku dan Cilla juga positif HIV. Rasanya, akan lebih baik kalau kami bertiga mati bersama."Sil, sabar ...." Mami mengusap-usap punggungku yang berguncang karena menangis. Aku tidak mampu untuk tidak menangis lagi. Semua ini terlalu berat untukku. Dunia ini seperti sudah kiamat bagiku. Aku sudah tidak punya masa depan lagi."Reno pasti bisa bangun lagi, Sil." Kali ini Papi yang menenangkanku.Kedua orang tua Mas Reno hanya tahu kalau Mas Reno terkena meningitis dan toksoplasma. Mereka tidak tahu penyebab Mas Reno sampai mengidap penyakit dua mematikan itu sekaligus. Aku belum mampu. Sungguh
Baca selengkapnya
Benci
Jika boleh menyesali keputusan yang telah diambil, maka aku sangat menyesal telah memutuskan untuk tidak bercerai dengan Mas Reno. Seandainya dulu aku teguh untuk meninggalkan Mas Reno atas pengkhianatan yang telah dilakukannya kepadaku, tentu saat ini aku tidak akan pernah memegang dua lembar kertas mengerikan ini.Ya, kini di tanganku telah ada kertas yang menyatakan hasil tesku dan Cilla. Dan kami berdua dinyatakan positif. Apakah aku menangis?Tidak. Aku bahkan seperti tidak tahu lagi bagaimana cara menangis. Hatiku seperti beku oleh penyesalan yang teramat menyakitkan. Aku merasa sangat berdosa kepada Cilla. Karena seolah-olah aku membuat ia dilahirkan hanya untuk menerima penyakit terkutuk ini.Dan saat ini, yang ada di kepalaku, aku ingin membawa Cilla pergi ke sebuah tebing, lalu meloncat dan kami mati bersama. Hanya itu.Aku tidak bisa membayangkan bagaimana Cilla tumbuh dengan penyakit mengerikan ini. Melihat Cilla menerima hinaan, bulian, cemoohan, diasingkan, dan dijauhi
Baca selengkapnya
Tak Percaya
"Sil, kamu ngomong apa barusan?" tanya Mami sembari menatapku tak percaya.Bibirku mengatup rapat. Beku. Namun, air mataku menjawab pertanyaan Mami. Dengan deras cairan hangat itu membanjiri pipiku. Di luar dugaan, Mami langsung memelukku."Mami tahu, ini berat buat kamu, Sil. Mami juga merasakan hal yang sama. Tapi, kamu harus yakin, Sil, Reno pasti akan kembali baik-baik saja. Percaya sama Mami."Aku masih belum bisa berkata-kata, hanya bisa menangis menumpahkan semua kesedihan dalam pelukan Mami."Kalau kamu lelah bolak-balik rumah sakit dan rumah, kamu istirahat aja dulu. Urusan Reno biar Mami sama Papi yang urus. Kamu fokus urus Cilla aja, ya?"Aku menggeleng sembari menjauh dari tubuh Mami. "Aku enggak bisa sama Mas Reno lagi, Mi," ucapku masih dengan berurai air mata."Kenapa kamu bilang gitu, Sil? Ada apa?" Mami mengguncang bahuku. Aku yakin, Mami yang mengenalku tahu kalau ada sesuatu yang membuatku ingin bercerai dari Mas Reno. "Ayo, kita ke kantin! Kamu kayaknya butuh minu
Baca selengkapnya
Berat
Usai mendengar berita dariku, Mami seperti hilang ditelan bumi. Wanita yang selama ini selalu menguatkanku itu sudah lebih dari satu minggu sama sekali tidak pernah lagi menghubungiku apalagi datang ke rumahku. Sekadar menanyakan kabar Cilla pun sudah tak pernah. Entah apa yang terjadi. Aku pun tidak berusaha mencari tahu. Sejak saat itu, aku juga sudah tidak pernah lagi membesuk Mas Reno. Biarlah, dia menjadi urusan Mami dan Papi. Rasanya aku sudah cukup dia buat menderita dengan hadiah mengerikan yang ditularkannya padaku dan Cilla. Saat ini aku hanya ingin fokus dengan kesehatanku dan Cilla."Bu Sisil harus benar-benar menjaga kesehatan. Karena pasien HIV biasanya akan kalah justru oleh penyakit lain. Bu Sisil tau, penderita HIV tidak punya imunitas seperti orang sehat. Jadi, usahakan kondisi Bu Sisil dan Cilla selalu dalam kondisi baik."Beberapa kali mendengar nasehat dari Dokter Rahardian, aku mulai sedikit terbangun dari keterpurukan. Meski aku masih belum bisa berdamai, apala
Baca selengkapnya
Takdir
"Mi, Sisil minta maaf ...." Kugenggam dengan erat jemari wanita yang selalu menguatkanku ini. Aku benar-benar tidak menyangka hal ini akan terjadi pada Mami. Karena setahuku, selama ini kondisi kesehatan Mami baik-baik saja. Wanita itu tidak memiliki keluhan kesehatan apapun."Sejak Reno masuk rumah sakit, tensi Mami naik," jelas Papi tadi."Aku minta maaf, Mi, aku enggak pernah perhatiin Mami. Sampai aku enggak tahu kondisi Mami sedang enggak baik." Kuciumi jemari Mami yang terasa dingin.Sungguh, aku sangat menyesal telah menceritakan dan berkata seperti itu pada Mami. Mami pasti sangat syok waktu itu. Dan selama tidak ada kabar dari Mami, aku benar-benar mengabaikan wanita yang telah sangat baik kepadaku ini."Sisil benar-benar minta maaf, Mi."Kucium pipi wanita yang matanya sejak tadi terpejam dengan rapat. Selang-selang yang menunjang kehidupan Mami terpasang di hidung dan mulutnya. Aku sungguh tidak tega melihat itu. Terlebih saat mendengar bunyi monitor yang memantau kondisi M
Baca selengkapnya
Seharusnya Begitu
Sudah dua bulan berlalu sejak Mami jatuh struk. Kini Mami sudah membaik dan sudah dibawa pulang. Meski sekarang wanita itu tidak lagi bisa berjalan karena separuh tubuhnya lumpuh.Hari-hari Mami dihabiskan di kamar dan kursi roda. Sekadar untuk berkata-kata pun sekarang Mami kesulitan. Hal itu membuat wanita itu lebih sensitif dari sebelumnya. Sementara Mas Reno belum ada perkembangan. Laki-laki itu masih berada di ICU. Entah kapan Mas Reno akan membuka matanya kembali.Kini hanya aku dan Papi yang harus berjuang untuk mereka. Di tengah kondisiku yang tidak baik, aku harus bersikap seolah-olah semua baik-baik saja. Meski Papi sering melarangku beraktivitas terlalu padat. Namun, jika bukan aku yang berjuang siapa lagi?Untungnya bisnis Papi masih berjalan dengan lancar. Meski kondisi Papi tidak seprima dulu, tetapi laki-laki itu masih memiliki kekuatan yang cukup untuk menjalankan bisnis. Tentu saja, aku harus menggantikan posisi Mas Reno untuk membantu Papi.Sering sepulang dari kant
Baca selengkapnya
Beku
Di luar ICU aku menunggu tim medis memeriksa kondisi Mas Reno. Perasaanku benar-benar tidak karuan. Jujur, ada rasa lega. Namun, ternyata tidak hanya itu. Karena aku juga merasakan kebencian, kemarahan, dan kekecewaan yang mendalam pada Mas Reno. Mirisnya semua perasaan itu saling berbaur, membuatku tidak tahu harus melakukan apa. Aku hanya duduk, diam, dan tak bereaksi apa-apa. Aku bahkan sampai lupa menghubungi Papi tentang kondisi terbaru Mas Reno. Memikirkan seperti apa kehidupan kami nantinya saat Mas Reno sudah diizinkan pulang saja membuat perutku mual dan badan menggigil.Bagaimana bisa aku merawat Mas Reno yang dalam kondisi pemulihan dari penyakitnya itu? Sementara semua rasa sayang yang tadinya begitu besar untuknya itu, kini sudah tak berbekas sama sekali."Bu Sisil!" Salah seorang perawat ternyata sudah berdiri di ambang pintu dan memanggilku."I-iya, Sus." Aku berdiri menghampirinya."Pak Reno sudah bangun dari komanya," ucap perawat tersebut.Aku hanya terbengong menat
Baca selengkapnya
Ingatan
Cukup lama aku terdiam sembari menatap Mas Reno. Ingin kukatakan semua yang terjadi, tetapi aku tidak sampai hati. Apalagi saat melihat wajah Mas Reno yang menggambarkan sakit dan penderitaan yang dialami selama ini."Maaf. Aku cuma ... capek, Mas."Hanya kalimat itu yang terucap. Lalu aku memilih segera meninggalkan ruangan tersebut. Aku takut tidak bisa menahan diri kalau nanti Mas Reno akan melontarkan pertanyaan-pertanyaan lainnya.Aku menyusuri lorong rumah sakit dengan tatapan kosong. Berjalan, tetapi terasa seperti telapak kakiku tidak berpijak di bumi. Aku marah, tetapi juga tidak sampai hati untuk menyakiti Mas Reno. Aku merasa kehidupan ini sedang bermain-main denganku."Bu Sisil, mau ke ruang Dokter Rahardian?"Aku menghentikan langkah dan menoleh saat salah seorang perawat bertanya kepadaku."Ah, iya, Sus.""Barusan beliau berpesan kalau Bu Sisil mencari, beliau ada di kantin. Bu Sisil diminta langsung ke kantin saja.""Oh, iya, Sus. Makasih.""Sama-sama, Bu. Mari."Aku be
Baca selengkapnya
Lupa Bernyawa
Dokter Rahardian menjelaskan kalau ingatan Mas Reno ikut terganggu akibat penyakit yang menyerang otak dan sarafnya itu. Namun, tidak akan berlangsung lama. Perlahan-lahan nanti ingatan Mas Reno akan membaik.Papi terlihat terpukul dengan kondisi Mas Reno. Wajah lelaki yang dulu selalu tampak segar itu, kini terlihat layu dan lelah. Aku paham, apa yang menimpa kami saat ini sangat berat. Kondisi Mami tak seperti dulu lagi, Mas Reno pun begitu bangun dari komanya kondisinya seburuk ini."Malam ini Papi pulang aja," pintaku sembari memandang wajah kuyu Papi.Lelaki yang rambutnya sekarang memutih semua itu menoleh dan berkata, "Kasihan Cilla kalau kamu enggak pulang.""Enggak apa-apa, Pi. Dia pasti udah tidur. Nanti aku pastikan ke Mbak Sum."Lelaki itu menggeleng. "Kamu pulang aja.""Tapi, Pi ...."Papi mengangguk memberi kode kalau tidak mau dibantah. Akhirnya aku menurut."Mas, aku pulang dulu, ya. Papi yang akan stand by di sini. Di ruang tunggu."Mas Reno menoleh ke arah Papi denga
Baca selengkapnya
Kejujuran
Aku mendorong kursi roda Mas Reno menuju tempat parkir. Di belakangku, Papi berjalan sembari membawa koper berisi perlengkapanku dan Mas Reno. Ya, Mas Reno sudah diizinkan pulang setelah seminggu di kamar perawatan. Meski memang kondisinya masih belum pulih seperti sedia kala.Mas Reno belum bisa berjalan. Separuh tubuh Mas Reno kaku. Penglihatannya juga masih buram. Suara Mas Reno juga tidak seperti dulu lagi. Sekarang volume suaranya jadi pelan dan serak. Namun, kondisi kesehatannya sudah membaik.Mas Reno sudah ingat pada Papi, Mami, Cilla, bahkan Mbak Sum. Ia ingat bagaimana bisa masuk rumah sakit dan lain sebagainya. Setelah di rumah ia akan menjalani terapi untuk pemulihan tubuhnya."Cilla udah bisa apa, Ma?" tanya Mas Reno saat kami sudah berada di dalam mobil menuju rumah.Aku yang belum berpikir bagaimana akan menceritakan kondisi Cilla pada Mas Reno, menoleh dan tertegun beberapa saat."Aku udah enggak sabar buat liat dia. Pasti udah tambah pintar sekarang ya, Ma?" tanya Mas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status