All Chapters of Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood : Chapter 21 - Chapter 30
54 Chapters
Ke area persawahan
"Eh, Nu. Sebenarnya tujuan kita kesawah ngapain, sih? Musim tanam padi kek gini mah pemandangannya jelek, Nu," ungkap Roby sambil merebahkan jok mobil yang ia duduki."Kita mau survei area persawahan, gue ada misi penting," ucap Danu sambil fokus menyetir mobil. "Iya, tapi misi apaan, si? Terus kata si Aryo tadi Lu, mau merid. Nah, apa hubungannya merid sama survei sawah?" tanya Roby ia merebahkan dirinya di jok mobil seperti bos besar menikmati perjalanannya. "Gue mau cari lahan buat nanem padi," ungkap Danu melirik Aryo yang tersenyum simpul. Roby berjingkat langsung duduk ia merasa bingung dengan jawaban Danu. "Eh, Nu. Lu tuh aneh bener, deh. Mau merid, apa nanem padi, sih? Setau gue nih, ya. Orang kalo mau merid, pacaran dulu, tunangan, terus nentuin hari pernikahan, cari area resepsi digedung kek, di luar kek, atau apalah. Ini katanya mau merid, malah survei sawah pake acara mu nanem padi segala. Elu mau merid apa mau jadi petani?" Roby ngomel dan bertanya kepada sahabatnya i
Read more
Anak sultan nyemplung sawah
"Nu, kayaknya mending jangan parkir disini, deh. Disana aja yuk, dibawah pohon rindang," ajak Aryo. Aryo menatap Danu aneh, dari tadi Danu tak bergeming, ia larut mengamati kegiatan di area persawahan. "Ternyata begini penampakan area persawahan saat musim tanam," gumam Danu dalam hati. Masih tetap asyik dan fokus mengamati kegiatan di persawahan. "Nu, Danu!" panggil Aryo. Danu tidak menoleh, tetap asyik dengan kegiatannya. "Ya ampun, jangan-jangan kesambet ni anak," tebak Roby menyimpulkan yang terjadi pada sahabatnya itu. "Hus! Sembarang itu mulut." Aryo melirik tajam Roby. Aryo lantas mengguncang bahu Danu perlahan. "Nu, Danu. Hei, sadar, Nu. Sadar!" seru Aryo pelan. "Eh, apaan?" Danu terkejut menoleh kearah Aryo. "Lu kenapa, dipanggil nggak nyaut. Kaya ponsel susah sinyal aja," ucap Aryo menatap aneh terhadap Danu. Danu cengengesan, sambil membenarkan posisi duduknya. "Gue lagi ngamati kegiatan para petani itu," ungkap Danu menunjuk keluar jendela hamparan sawah di sis
Read more
Belum praktek sudah tepar
"Tidak apa-apa, Pak. Saya ingin belajar menanam padi secara langsung. Jika teori saja, rasanya kurang pas, Pak," ungkap Danu sesaat usai melihat telapak kaki Pak Hasan yang bolong-bolong. Pak Hasan tersenyum melihat api semangat di mata pemuda yang ada dihadapannya itu. "Apa Mas pernah terjun langsung kesawah, atau baru pertama kali, ya?" Pak Hasan tersenyum ramah. "Mau nanam padi pake celana Levis, ya kotor semua to, Le," kata hati Pak Hasan. Danu diam sejenak. "Ini baru pertama kali saya terjun kesawah, Pak. Sebelumnya saya tidak pernah bersinggungan dengan dunia pertanian. Saya ingin belajar, Pak," ucap Danu bersungguh-sungguh sorot matanya seperti memohon penuh hiba. "Mas, mau nanem padi itu, jangan pake celana Levis, soalnya kaki ini nanti tertanam di lumpur sebatas ini," Pak Hasan menunjuk bagian atas mata kakinya. Danu memperhatikan Pak Hasan lalu memandangi celana yang ia pakai. "Oh itu masalahnya. Nggak apa, Pak 'kan kalo kotor bisa dicuci. Ada R*n*o, Pak." Danu terse
Read more
Mabok Panas
Pak Hasan berjalan meninggalkan Danu dan Ambu di gubuk, ia menuju mobil putih yang terparkir dibawah pohon rindang. Ambu menemani Danu yang terkapar di gubuk, ia beranjak mencuci tangannya yang kotor karena lumpur di aliran air selokan yang jernih, lalu kembali lagi ke gubuk dan menuang teh hangat kedalam gelas."Mas, minum dulu ini," ucap Ambu memberikan segelas air teh hangat untuk Danu. Danu merasa tubuhnya lemas sekali, kepalanya pusing bukan main, perutnya pun mual. Danu berusaha bangkit dari rebahan-nya. "Kepala saya pusing, Bu ... maaf ibu siapa?" tanya Danu sambil bersandar di tiang kayu. "Panggil saja saya Ambu," jawab Ambu. "Ini, tehnya ... diminum ...." Ambu menyodorkan segelas teh hangat kepada Danu. Danu merasa tubuhnya gemetar, tangannya tak kuasa mengambil gelas. "Mas, kenapa? Kok gemetaran begitu?" tanya Ambu. Ambu kemudian membantu Danu meraih gelas dan meminumkan nya. "Astaghfirullah! Badan Mas panas banget. Mas sakit ya?" tanya Ambu terperanjat saat menyentu
Read more
The first Kerokan
Aryo mengemudikan mobil Danu perlahan, meskipun Aryo tak memiliki SIM, ia bisa mengendarai mobil. Danu duduk di jok belakang yang setengah direbahkan. Roby duduk di kursi depan dekat sopir. Aryo melajukan mobil pelan mengikuti motor Pak Hasan. "Elu sih, Nu ... pake ngotot terjun kesawah segala. Kalo begini kejadiannya gimana coba? Nu, Lu ... masih mau melanjutkan misi gila ini?" tanya Roby kesal. Danu diam saja duduk setengah rebahan di jok belakang, matanya terpejam. "Coba aja tadi itu Elu nggak nekat terjun kesawah panas-panasan, nggak akan kejadian begini," imbuh Roby menoleh Aryo, sorot mata Roby terlihat emosi. "Eh, Elu bisa diem enggak, sih? Dah tau temen lagi tepar masih aja ngomel. Parah, Lu ... melebihi emak-emak," Aryo kesal kepada Roby. "Eh, Yo. Ini semua nggak akan terjadi kalo Danu nggak nekat menjalankan misi gila ini. Tau sendiri 'kan, dia anak sultan ... sawah itu bukan level dia, Yo," jelas Roby penuh tekanan. "Gue nggak habis pikir deh, bisa-bisanya dia nekat,
Read more
Ingat Shalat
Danu merasa ada yang mengganjal di saku celana jeans sebelah kanan. Ia ingat ponselnya pasti yang menimbulkan rasa mengganjal itu. "Ambu, sebentar ... sepertinya ponsel saya mengganjal," ungkap Danu lalu bergerak miring sedikit tangannya meraih ponsel yang ada disaku sebelah kanan kemudian diletakkan di atas kasur lantai. Ambu menghentikan kerikan-nya menunggu Danu mengambil ponsel. "Sudah?" tanya Ambu. Danu mengangguk, dan membenarkan posisi tengkurapnya lagi. Ambu melanjutkan mengerik Danu, dari sisi punggung sebelah kiri lanjut ke sisi punggung sebelah kanan.Ambu selesai mengerik bagian punggung Danu.Punggung, bahu, lengan atas dan leher tak luput dari sasaran kerikan Ambu. "Sakit, Ambu," rintih Danu saat dikerik bagian leher. Ambu lalu memijat leher Danu perlahan, lanjut ke bahu juga. "Coba duduk, Mas!" titah Ambu setelah merasakan suhu tubuh Danu berangsur turun. Danu perlahan telentang, keringat mengucur deras setelah Ambu memijat leher dan bahunya. Danu bangkit dari k
Read more
Sedekah pertama
Danu segera mencuci tangannya, lalu beranjak keluar dapur menuju ke sumber suara teriakan. Aryo mengekor di belakang. Danu bersama Aryo setengah berlari karena suara tariakan itu berubah menjadi jerit tangis. "Ada apa sih? Kok histeris banget," tanya Aryo sambil mempercepat langkahnya. "Iya, ada apa ya? Kok suara teriakan berasal dari rumah sebelah itu, ya. Gue jadi penasaran, ayo kita kesana." Danu segera menuju sebuah rumah yang bersebelahan dengan rumah Abah Hasan. "Citra ...! Citraaaa, bangun, Nak!" Suara teriakan terdengar dari dalam rumah semi permanen di samping rumah Abah Hasan. Pintu rumah itu terbuka. Danu langsung masuk saja tanpa salam. Ia melihat seorang ibu muda tengah mendekap anak kecil yang sedang kejang. "Citraaa ... Citraaa ...!" Wanita itu histeris badannya gemetar memegangi anak perempuan kira-kira berumur 2 tahun yang kejang-kejang. Dirumah itu Tidak ada orang lain selain ibu dan anak kecil itu. "Waduh, Yo. Kejang-kejang ini. Apa yang harus dilakukan?"
Read more
Pertemuan tak sengaja
Danu risau saat menggiring brankar Citra keruang perawatan. "Kemana perginya Aryo? Kok dari tadi nggak keliatan? Masa beli susu cair aja lama banget? Keujung dunia tah?" kata hati Danu. Citra mulai sadarkan diri saat brankar didorong ke ruang perawatan, anak itu menangis lirih seperti tak punya tenaga.Taklama kemudian, mereka sampai di ruang perawatan Citra, mereka masuk lalu memindahkan Citra ke ranjang khusus pasien rawat inap. Perawat menggantungkan botol cairan infus di tiang khusus, lalu memasang selang oksigen di hidung mungil Citra. Anak itu berontak Bu Wati dan Ambu berusaha memegangi Citra. Danu permisi keluar ruangan ia hendak mencari Aryo. Danu berjalan ke ruang tunggu khusus pengunjung klinik."Kemana ni anak?" gumam Danu ia merogoh ponselnya hendak menghubungi Aryo. Belum sempat dihubungi, Aryo muncul membawa plastik putih besar berlogo lebah. Napasnya terengah-engah. "Haduh, gila! Cape gue. Aryo langsung duduk di kursi yang tersedia. "Lama amat sih, Lu. Mana susu
Read more
Kelaparan
"Hallo," "Woi, Lu dimana sih?" Suara Aryo dari balik telpon. "Gue disini, diklinik." "Klinik-klinik, dimana? Gue nyari nggak ketemu." Suara agak riuh terdengar di sambungan telepon. "Eh, rame amat. Lu dimana?" "Korea. Nonton konser. Dah tau gue juga diklinik. Gue diruangan Citra." "Oh." "Eh, cepetan Lu kesini! Abah, Roby sama siapa itu, dah ada disini. Elu kemana sih? Untung aja tadi Ambu nyamperin gue, kalo enggak gue kaya orang nggak guna di ruang tunggu." "Hahahaha. Sory deh, gue tadi ada urusan penting." "Ngeles Lu." "Eh, sepatu gue dibawain nggak sama Roby?" "Iya, dibawain kok. Cepetan Lu kesini! Gue tunggu." Tut. Tut. Tut. Panggilan terputus. Danu segera menuju ruang perawatan Citra. "Assalamu'alaikum," sapa Danu membuka pintu ruang rawat Citra. "Wa'alaikum salam." Danu disambut hangat oleh seluruh keluarga Abah Hasan. Roby dan Aryo juga ada disana. "Darimana Mas?" tanya Abah Hasan. "Ada urusan sedikit, Bah." Danu tersenyum ia berdiri di dekat ranjang rawat Cit
Read more
Sakit Rindu
"Eh, kenapa Lu bengong? Makan di kaki lima emang nggak nguras kantong," ucap Roby kakinya diselonjorkan. Aryo berjalan kearah pemilik warung kaki lima lalu membayar semua makanan dan minuman yang mereka santap. "Bu, berapa semuanya?" tanya Aryo. "Apa saja yang dipesan, Mas?" "Mie ayam 2, bakso 1, es tehnya 3, sama kerupuk 3 bungkus," sebut Aryo. "Dua puluh, sepuluh, lima belas, enam ribu. Semuanya lima puluh satu, Mas. Bayar lima puluh ribu saja." Aryo menyerahkan selembar uang seratus ribu. Pemilik warung menerima uang dari Aryo lalu memberi kembalian lima puluh ribu. "Makasih ya, Mas." Pemilik warung tersenyum. "Sama-sama, Bu." Aryo segera kembali ke meja lesehan lalu memberikan uang pecahan Lima puluh ribu kepada Danu. "Nih, kembaliannya," kata Aryo. "Masih ada kembaliannya?" tanya Danu tak percaya. "Iyalah, Lu pikir makan di kaki lima kaya makan di resto? Ya enggak lah. Lebih murah, enak, kenyang juga," ucap Aryo. Danu masih melongo menerima uang kembalian dari Aryo.
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status