Semua Bab Suami Gangster sang Ustadzah: Bab 21 - Bab 30
56 Bab
Bab 21
Ronald kini telah berdiri di depan sebuah masjid, tempat Aisyah melaksanakan sholat tarawih. Ferdi terlihat berada di belakang Ronald, sebab ingin melihat Aisyah. "Kau lihat dia? Itulah Aisyah, istriku." kata Yoga saat menunjuk seorang gadis bercadar yang duduk di teras masjid. Terlihat orang-orang sudah mulai pulang, sebab sholat tarawih memang sudah berakhir. "Wajahnya saja tidak kelihatan, Tuan Ronald mengenalinya dari apa?" tanya Ferdi. Ronald terdiam, ia juga tidak tahu mengapa bisa mengidentifikasi istrinya dengan sangat mudah. "Baiklah, aku tidak akan mengganggu urusan pribadi Tuan Ronald lagi. Mulai besok aku akan menempatkan orang untuk mengawasi apartemen dan melindungi Aisyah." kata Ferdi kemudian pergi dengan menggunakan mobilnya. Ronald yang kini menatap istrinya, tersenyum saat memperhatikannya. Tampak Aisyah juga sedang menelepon dengan seseorang. [Aku baik-baik saja sekarang. Kami tinggal di sebuah apartemen, suamiku juga sudah mendapatkan pekerjaan. Ia menepati j
Baca selengkapnya
Bab 22
Aisyah terkejut ketika menemukan fakta bahwa suaminya itu sudah mabuk berat. Sesaat setelah membukakan pintu, Ronald seketika masuk begitu saja. Aisyah hanya bisa geleng-geleng kepala saat melihat suaminya itu. Setelah menutup pintu, Aisyah kemudian menghampiri suaminya yang sudah terkapar di sebuah sofa. "Suamiku, kenapa kamu pergi minum khamar? Bahkan di bulan suci Ramadhan ini? Gila, aku baru saja membanggakan mu yang sudah mau berubah. kenapa malah terjerumus seperti ini lagi?" tanya Aisyah dengan sangat kesal. Ia baru saja memarahi suaminya. Hal yang terjadi selanjutnya sungguh diluar nalar. Ia benar-benar terkejut tatkala tiba-tiba Ronald berdiri dan langsung mengecup bibir Aisyah. Aisyah sempat melawan dan sedetik kemudian ia mendorong Ronald. Bukan karena tidak mau atau tidak rela dicium oleh suaminya, namun karena bau alkohol di mulut Ronald yang membuat Aisyah tidak nyaman. "Kau terlihat sangat cantik ketika mara
Baca selengkapnya
Bab 23
"Maaf Aisyah." kata Ronald. Ia masih terpikirkan masalah semalam dan merasa bersalah. "Maaf untuk apa?" tanya Aisyah. Aisyah dan Ronald saat itu masih di meja makan. Sedang makan sahur. "Untuk semalam, aku benar-benar tidak sengaja." kata Ronald sambil membayangkan peristiwa semalam. "Sebagai seorang Ustadzah, aku paham dan mengerti kewajiban-kewajiban ku sebagai seorang istri. Sejak hari pertama menikah, aku sudah memantapkan hatiku dari segala keadaan yang mungkin terjadi.""Bahkan jika kau mau, kita bisa melakukannya kapan saja. Hanya saja, kamu tidak pernah berinisiatif dan baru malam ini. Apalagi, adalah halal bagi seorang suami istri untuk melakukannya. Jadi apa yang harus kau minta maaf?" tanya Aisyah. "Hanya saja... aku tidak suka bau alkohol. Kau benar-benar menyiksaku semalam. Aku merasa tidak nyaman dengan bau alkohol itu," kata Aisyah yang saat itu baru saja menyuapi mulutnya ikan tumis. Aisyah menatap Ronald dan kemudian memegang t
Baca selengkapnya
Bab 24
"Ronald, bawalah beberapa makanan pulang. Mungkin ini akan sangat berguna untuk buka puasa mu." Bos Ronald menawarkan agar Ronald membawa makanan pulang. "Maaf Bos, tapi sepertinya istriku memasak untuk menu buka puasaku. Jika aku membawa pulang makanan, maka sama saja aku tidak menghargai usahanya itu. Makanan juga pada akhirnya akan terbuang dan Mubazir. Lebih tidak usah." kata Ronald. Untungnya, Bosnya itu mengerti dan hanya tersenyum. Ia pun tidak tersinggung. "Alhamdulillah... hari pertama bekerja telah berlalu begitu saja." batin Ronald. Ia kemudian merogoh kocek dan mengeluarkan sepuluh lembar uang seratus ribu. "Orang itu sekali memberi Tip langsung satu juta. Benar-benar, orang kaya mah bebas. Apalah aku yang miskin ini?" pikir Ronald. Ia juga merasa sedikit senang bisa mendapatkan uang halal senilai satu juta. Mungkin dulu Ronald bisa meraih milliaran bahkan Trilliunan dari hasil kegiatan ilegal. Namun itu semua adalah uang haram. Ronald
Baca selengkapnya
Bab 25
Di sebuah ruangan tertutup dimana ada sebuah sofa dan meja--yang lokasinya entah dimana, Ronald dan Ferdi kini melakukan pertemuan. Lisa juga hadir di tempat itu. "Bagaimana dengan permintaanku kemarin? Apakah kau sudah menaruh orang untuk mengawasi istriku?" kata Ronald. Ia khawatir saat mendengar bahwa Randy Ferguson sudah berada di kota Xudong. "Jennifer lah yang akan melindungi istrimu Aisyah mulai dari sekarang. Aku juga menempatkan seratus orang untuk membantu Jennifer. Sementara aku akan kembali, Geng Naga Hitam membutuhkan ku sebagai pemimpinnya." kata Ferdi. Ronald merasa tidak nyaman ketika Lisa yang akan menjaga istrinya ketika ia pergi bekerja. Ronald saat ini kurang bisa percaya pada Lisa. "Aku akan melakukan semua yang aku bisa demi melindungi istrimu itu. Aku berjanji," kata Lisa. Ronald menaikkan alisnya sebelah. Bagaimanapun, Lisa pernah sakit hati padanya karena dia menikah dengan Aisyah dan bukan dengan Lisa. Akan selalu ada kemungkinan Lisa akan membahayakan i
Baca selengkapnya
Bab 26
Ronald kini memojokkan Aisyah hingga ke tembok. Dirinya pun sudah sangat dekat. "Kau bertanya padaku, aku mau apa?" tanya Ronald. Aisyah menelan liur, ia mengerti maksud Ronald. "Tadi subuh saat makan sahur, bukankah kau sendiri yang mengatakan, bahwa adalah halal bagiku jika ingin berhubungan denganmu?" kata Ronald mulai menggoda istrinya. Aisyah kini terdiam, ia tidak tahu harus berkata apa lagi. Saat itu, Aisyah kembali teringat kejadian kemarin dimana betapa ganasnya Ronald, membuat Aisyah kewalahan. Saat Ronald mendekatkan bibirnya, Aisyah kemudian menutup matanya, siap menyambut bibir Ronald. Namun siapa yang akan menyangka, ternyata Ronald tidaklah serius. Ia pun hanya tersenyum menatap istrinya yang tengah menutup mata dan bersiap menyambut ciumannya. Jadi telunjuk Ronald kemudian menyentuh hidung Aisyah dan lalu Ronald tertawa. "Kau terlihat sangat cantik ketika merasa malu yah? Lihatlah tingkah mu, kau begitu lucu." kata Ronald. Hal itu membuat Aisyah bete. Saat dirin
Baca selengkapnya
Part 27
Pada pagi hari, Ronald kini akan segera berangkat untuk bekerja. Rasanya ia berat ingin meninggalkan istrinya di rumah. "Kau berhati-hatilah," kata Aisyah. Ronald tersenyum sebelum akhirnya berangkat. Saat keluar dari apartemen, Ronald bisa menemukan beberapa orang preman suruhan Ferdi yang sedang berjaga. Mereka kebanyakan menyamar. Ada yang menjadi satpam, ada yang nongkrong di sekitar bangunan apartemen dan sedang bermain kartu, kemudian pandangan Ronald terkunci pada seorang gadis di hadapannya. Ronald kemudian menghampirinya dan berkata, "Sekarang masih jam 6 pagi. Seharusnya masih sempat untuk mengantar Ferdi ke Bandara bukan?" kata Ronald. Ternyata, gadis cantik di hadapannya adalah Lisa. "Yah, aku di sini memang demi mengantar mu ke Bandara." kata Lisa. Mereka berdua kemudian masuk ke dalam mobil yang telah disediakan. Ronald dan Lisa tidak ada yang dibicarakan selama perjalanan. Bandara Internasional Kota Xudong ..."Tuan Ronald, akhirnya kau datang juga. Tidak lama l
Baca selengkapnya
Bab 28
"Sekarang kau pergi atau aku akan membunuh mu!" seru Ronald dengan mengecilkan suaranya, agar hanya Randy dan Gabriel yang mendengarnya."Tentu saja kau tahu bagaimana diriku. Percayalah, jika kesabaran ku sudah habis, aku tidak akan perduli akan apapun lagi dan langsung membunuh kalian berdua disini, di depan semua orang." kata Ronald mengancam. Gabriel dan Randy kini menahan napas, Ronald tidak pernah bercanda pada musuh-musuhnya. Jika dia bilang akan membunuh, maka Ronald pasti akan membunuh. Apalagi Ronald adalah tipe orang yang selalu menepati kata-katanya. "Kenapa? Kau tidak percaya?" tanya Ronald. Randy seketika berdiri dan langsung menarik tangan adiknya Gabriel. Mereka berdua pun segera pergi dari restoran itu. "Kak, kenapa kita harus pergi?" kata Gabriel kesal saat sudah berada di luar restoran, tepatnya di halaman parkir. "Kamu saja sampai ketakutan seperti itu, apalagi Ronald sudah mengancam kita. Apakah sudah tidak ingin nyawamu lagi?" kata Randy. "Sial, kenapa bel
Baca selengkapnya
Bab 29
"Ronald," kata Lisa saat mencegat Ronald untuk masuk ke gedung apartemen. "Ada apa?" tanya Ronald. "A-aku ... sudahlah lupakan saja!" kata Lisa kemudian segera pergi begitu saja. "Ada apa dengan Lisa kali ini?" Ronald menaikkan alisnya sebelah merasa heran atas apa yang terjadi. Andai kata Ronald tidak sedang terburu-buru karena waktu buka yang sudah mepet, ia pasti akan mengejar Lisa dan segera bertanya. Namun ia tidak punya waktu sekarang ini. Ronald kemudian masuk ke dalam apartemen. "Allahuakbar Allahuakbar!" Ronald tersenyum senang saat menyadari kini akhirnya waktu berbuka. Semenjak bulan ramadhan, suara yang paling Ronald rindukan adalah adzan Maghrib. Bukan karena ingin sholat, tapi karena menunggu waktu buka. Ronald tersenyum saat melihat berbagai hidangan pembuka seperti es buah dan lain sebagainya. "Ronald, saat lebaran nanti, kita akan kembali bukan?" kata Aisyah. Ronald terdiam, sebelum akhirnya menghela napas. "Kita akan mudik dan menemui Abah dan Umi mu. Tap
Baca selengkapnya
Bab 30
"Aisyah, kamu hanya perlu mengerti bahwa semua ini aku lakukan demi kebaikan kita semua. Aku juga terpaksa menjalani kehidupan yang seperti ini." kata Ronald saat memeluk istrinya. Aisyah hanya terdiam saat itu. Subuh hari kemudian ...Ronald saat itu sudah tertidur pulas. Sementara Aisyah masih belum bisa tidur karena memikirkan kejadian semalam. Saat melihat jam dinding yang telah menunjukkan pukul 03.00 dini hari, Aisyah menghela napas sebelum akhirnya bergegas menyiapkan makanan sahur untuk suaminya. Setelah semuanya siap, Aisyah kini berjalan dan kemudian berdiri di samping Ronald yang sedang tidur di sofa. "Suamiku, bangunlah! Ini sudah waktunya makan sahur." kata Aisyah. Setelah beberapa kali di coba, Ronald akhirnya bangun. Ia segera cuci muka dan kini berada di meja makan."Kamu tidak puasa lagi yah?" tanya Ronald. Aisyah hanya mengangguk. "Aku masih berhalangan." kata Aisyah. "Setidaknya, makanlah sesuatu. Aku tidak nyaman makan sendiri. Apalagi melihat kamu yang kerj
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status