"Nduk, makan yuk. Dari kemarin kamu ga makan. Nanti sakit." Ini sudah kesekian kalinya ibu datang dengan membawa sebuah nampan berisi makanan. Tapi, aku masih belum berselera untuk menelan apapun saat ini."Nara belum lapar, Bu." Jawabku sambil melihat rintik hujan dari balik jendela seakan ingin menemani hati yang dibalut duka ini."Nduk, tak boleh larut dalam kesedihan. Kasian Bapak, pasti disana dia sedih melihat anak gadisnya bermuram durja seperti ini. Makan ya, biar Ibu suapin." Aku menggeleng. Terdengar Ibu menghela napas dalam-dalam."Kalau Nara tak makan, gimana mau kerja? Gimana mau kuliah? Bapak ingin melihatmu jadi sarjana kan Nduk?" Mendengar itu tangisku pecah. Aku memeluk ibu erat. 'Bapak mau lihat kamu jadi sarjana, Nduk.' Ucapan Bapak yang sering kudengar menjadi penyemangat untukku terus berjuang kala itu. Tapi, kini Bapak sudah pergi. Semangatku pun padam. Tapi, benar kata Ibu. Bapak pasti akan kecewa.Akhirnya dengan air mata terus menetes aku menyuap makanan yang
Read more