All Chapters of TEMPE GORENG DI MEJA MEWAH MENANTU (Fobia Miskin) : Chapter 41 - Chapter 50
63 Chapters
MBAK CANTIK
"Bu Aminah mau cari apa? Sini, sini. Mampir dulu." Seorang perempuan dengan lipstik cetar melambai.Kami pun mengikuti karena memang tidak tahu tempat yang akan dituju. Jika di mall jauh lebih mudah tinggal masuk ke baju dan pilih-pilih sudah pasti bagus semua.Di pasar tradisonal sering kali dihadapkan dengan harga mahal kwalitas murah dan sebagai konsumen harus pandai menawar. "Sama siapa di belakang, Bu?" Perempuan itu menggedikkan alisnya naik turun dan memicingkan mata ke arahku dan istriku."Ini Aira, Ani. Kamu pasti lupa. Karena terakhir ke sini dia masih SMP.""Oalah, Aira!" seru perempuan itu.Sok kenal.Aira pun maju selangkah dan menyalami."Mas!" Istriku mendelik. Aku pun mengikuti gerakan tangannya menyalami wanita cerewet tersebut."Ini suaminya--namanya Kevin.""Oalah, ganteng banget. Dari penampilannya seperti orang kaya. Tapi ...""Tapi apa?" sanggahku ketika dia menjeda."Nggak, nggak jadi.""Ya sudah, Ani. Kami mau jalan lagi."Kaki ibu melangkah lagi. Semakin masu
Read more
REONI NGGAK MODAL
"Sebutkan, Sayang! Kalau tidak kamu sebutkan aku mana tahu apa keinginanmu?""Toko baju," sahutnya kemudian.CkYang benar saja."Sayang, kamu jangan bercanda.""Aku nggak bercanda. Kalau mau membelikan ibu daster ya sudah, bayar segera. Aku sudah punya." Aku mengusap wajah dengan kasar. Wanita itu maunya apa sih."Ayo, Bu!" Aira menggandeng ibunya."Eh, tunggu sebentar." Aku menggenggam lengan Aira. Dia berhenti, tapi tidak menoleh."Berapa, Mbak. Langsung bungkus saja."Wanita itu pun memasukkan daster ibu ke kantong plastik besar."Sayang, aku kan belum membeli baju!" Aira dan Ibu tak menoleh dan berjalan cepat melewati banyak orang. Sedangkan aku sedikit kepayahan karena berusaha agar kantong plastik tidak menyenggol badan orang.Setelah berdesakan cukup lama, kami pun berhasil keluar dan aku baru sadar jika tadi masuknya melewati pintu belakang.Di luar pasar kepalaku semakin pusing karena mencium aroma bunga mawar dan telaseh.Aku terus mengekori kedua wanita beda generasi itu
Read more
AKU BENCI MENANGIS
"Apa?!"Gluguk. Perutku serasa digoncang di dalam roler coster. Aku berlari ke depan dan memuntahkan bakso yang baru kumakan tadi di selokan.Rasanya lega sekali. Ternyata mereka wanita-wanita jorok.Mau masuk dan ingin menghabiska sisa secuil bakso pun sudah nggak nafsu. Aku pun langsung membayar 4 porsi bakso termasuk punya Melani, yang kuperkirakan totalnya paling hanya mencapai satu lembar warna merah.Tapi, ketika dihitung-hitung oleh penjualnya. Totalnya mencapai lima lembar warna merah."Bapak pasti salah hitung.""Sudah benar kok, Mas. Tadi istrinya yang nambah untuk dibawa pulang.""Belum," sahut Aira. "Apa lagi?""Toko baju.""Ya Tuhan, buat apa beli toko baju?""Agar kalau butuh baju bisa langsung ambil. Nggak perlu berlama-lama cuci mata dengan pemilik atau penjaganya. Aku tahu, matamu ijo kalau melihat cewek yang bening sedikit."Ck. Kugaruk kepala yang tidak gatal. Mau kusalahkan tapi benar. Tidak kusalahkan, dia besar kepala.***Seperti biasa ketika ada mobil melintas
Read more
SAYUR ANEH
Belum," sahut Aira. "Apa lagi?""Toko baju.""Ya Tuhan, buat apa beli toko baju?""Agar kalau butuh baju bisa langsung ambil. Nggak perlu berlama-lama cuci mata dengan pemilik atau penjaganya. Aku tahu, matamu ijo kalau melihat cewek yang bening sedikit."Ck. Kugaruk kepala yang tidak gatal. Mau kusalahkan tapi benar. Tidak kusalahkan, dia besar kepala.***Seperti biasa ketika ada mobil melintas, ibu-ibu kampung mengejar dan ingin tahu. Begitu dua mobil bak yang mengangkut elektronik dan furniture berhenti di depan runah ibu mertua semua melongo."Walah ..., habis berapa juta sebanyak ini?" Bu Tuti yang biasa keluar masuk rumah Ibu mertua meraba-raba setiap barang yang diturunkan dari mobil."Wah, kasur seperti sultan," celetuk Bu Tuti sembari menepuknya."Ini persis dengan yang ada di rumah Kevin ketika aku di rumahnya," ujar Mbak Ummi.Bu Marni pun menghampiri rumah ibu mertua yang mendadak ramai. "Halah ...! Kalian jangan terlalu memuji. Palingan kredit. Nanti nggak bisa bayar d
Read more
GARA-GARA AYAM
"Ini namanya oblok-oblok, Vin. Orang desa kalau masak seadanya. Nggak yang aneh-aneh. Kalau nggak suka makan ayam saja."Ibu mertua membuka tempat di sebelahnya."Kapan motong ayamnya, Bu?""Sebelum subuh."Aku pun meninggalkan sayuran yang isinya campur aduk itu dan menikmati opor ayam andalan mertua.Aira juga duduk di sampingku. Tapi dia makan dengan sayur campur aduk tersebut.Kuperhatikan lahap sekali tanpa menoleh padaku sedikit pun.Usai sarapan, Aira membawa semua piring kotor ke belakang untuk di cuci. Kemudian kembali dengan sapu lidi."Mas, ambil ini!""Nggak, itu pekerjaan wanita," tolakku."Kalau tidak mau mengambil sapu ini, Mas boleh kembali ke kota, bawa semua barang-barang ini. Aku nggak butuh laki-laki sombong dan suka selingkuh.""Ck. Susah ya. Ngomong dengan cewek kampung. Sudah kubilang aku nggak punya niat kembali pada Selena. Tapi kamu tidak dengar juga.""Terserah!"Brak.Sapu lidi dia lempar ke sampingku dan mengenai barang. Wanita nggak punya adab.Remang-rem
Read more
IBU PINGSAN
Ibu memegang kedua pundakku. Perlahan aku pun berdiri dan memeluknya. "Dasar menantu nakal!" Dalam pelukannya Ibu menepuk-nepuk punggungku sampai dada terpental-pental."Su-sudah, Bu! Aku sesak napas.""Sekalian mukulnya pakai bambu biar lebih terasa!" Aira mengangkat benda serba guna itu dan mengarahkan padaku."Bu Aminah, ayammu sudah memporak-porandakan jagung yang kujemur. Kalau tidak dikandang akan kulempari dengan batu biar sekalian pincang!" Kami menoleh bada sumber suara. Ternyata jagung yang dijemur di jalan adalah milik Bu Marni."Maaf, Bu!" Ibu mertua berlari dan menggiring ayam-ayamnya masuk ke kandang. Kasihan juga. Tapi aku nggak mau direpotkan dengan ayam-ayam tak tahu diri itu."Masuk, nggak? Kalau nggak masuk kugoreng kalian!" hardikku"Orang gila sekali pun tidak akan berkata seperti itu!" seloroh Aira. Dia memang suka sekali menjatuhkan harga diriku.~~~Suara gemuruh, berisik, dari beberapa mobil truk pengangkut pasir, semen, batu, dan bata telah sampai ke inder
Read more
MAAF AKU HARUS BOHONG
Konyol. Tapi itu yang selalu kulakukan ketika capek pada diri sendiri, maka makluk tak kasat mata yang kusalahkan."Mas, ayo buruan! Kuncinya sudah ketemu!" teriak Aira lagi. Aku pun segera keluar dan masuk ke mobil."Ketemu di mana tadi?""Tu, di tempat tisu. Dasar tulalit. Kebanyakan makan tempe."Dia selalu menyindirku. Padahal aku sudah mencoba berubah lebih loyal dari sebelumnya.Kenapa Allah harus menciptakan otak wanita berbeda dengan pri? Sehingga dia selalu mengingat momory-memory yang menyedihkan. Ini semua salah sistem limbik yang membuat wanita lebih ekspresif dan menggambarkan emosi.Kutancap gas dan melajukannya dengan kecepatan tinggi. Bahkan kening Aira sampai kepentok ketika melewati jalan berlubang."Mas, pelan-pelan!" jerit Aira. "Di mana ibu, Ra?""Ibu? Ya Allah. Akhirnya Ibu sudah sadar. Aira sangat khawatir, Bu!"Aku menepikan mobil dan akhirnya bisa bernapas lega."Minum dulu, Bu!" Aira mengambil botol air mineral. "Ibu tadi pingsan. Mas Kevin berusaha membawa
Read more
HANYA SEKADAR KHAWATIR
"Lho, kok sudah kembali?" Mbak Ummi memapah ibu ketika turun dari mobil."Iya, Mbak. Ibu nggak apa-apa. Alhamdulillah di jalan Ibu tadi sadar," sahut Aira.Sementara otakku masih sibuk memikirkan wanita yang saat ini entah baik-baik saja atau tidak di villa itu."Bos, semua material sudah diturunkan," seru seorang pria yang kuberi wewenang untuk mengawasi."Oke! Kalian boleh pulang. Upahnya akan kutransfer.""A-syiap, Bos!" Dia letakkan tangan ke keningnya. Kemudian kembali bergabung bersama teman-temannya. Truk satu persatu keluar dari kampung terpencil ini dan menyisakan beberapa tukang dan kulinya. "Kalau mau di bangun, rumahnya pasti dirobohkan, Vin. Kita mau tinggal di mana?" "Ibu tenang saja. Tukangnya sudah ahli. Mereka tidak akan langsung merobohkan seperti di TV. Ibu tenang saja. Ibu juga tidak perlu repot-repot untuk memasak bagi mereka. Karena kerjaan borongan, semua upah sudah dihitung sedemian rupa. Jika mau memberi cukup air putih saja." Aku menepuk pundaknya. Kemudia
Read more
PESAN MEMGEJUTKAN
Belum apa-apa aku harus keluar uang. Tapi tidak masalah jika setara dengan hasil yang akan kudapat. Menit kemudian sebuah ojeg online yang kupesan telah datang. Disaat itu pula, kukeluarkan uang untuk ke dua mahasiswi tersebut.Sebelum berangkat, aku menghubungi nomor bengkel langganan agar mereka yang mengurusnya.***Sampailah aku di depan villa. Kenyatannya di luar tidak ada seorang pun. Bahkan terlihat lengang dan sepi."Tunggu aku sebentar," ujarku pada driver."Tapi ongkosnya?""Tenang saja. Nanti kubayar dobel. Dengarkan aku! Jika aku berteriak meminta tolong, kamu harus langsung masuk." Pria berjaket itu mengangguk.Aku berjalan ke pintu dan kuketuk beberapa kali, tapi tidak ada sahutan dari dalam.Kugerakkan gagang pintu dan ....Klek.Ternyata tidak terkunci. Mungkin Selena sedang di kamar mandi."Sel, kamu di mana, Sel?" Aku mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan.Satu tempat yang belum ku-cek yaitu kamar yang di desain oleh Selena sendiri.Ternyata pintu kamar pun
Read more
AKU KETAHUAN
Detik kemudian pesan terhapus. Untung aku sudah membacanya. Tapi aku masih belum paham dengan isi chat Aira itu.[Apa maksud pesan yang kamu hapus?]Kutunggu balasan tak juga ada. Sampai akhirnya baterai yang tinggal satu persen itu benar-benar mati. Aku keluar menemui ojeg yang masih berada di luar pintu gerbang.Aku menyuruhnya mengantar ke bengkel langganan karena mobilku ada di sana.Sepanjang perjalanan perasaanku tak tenang. Apa yang akan kukatakan pada Aira? Dia pasti marah kalau tahu aku mendatangi Selena. Sampai di bengkel, teknisi mengatakan jika mobilku tidak ada masalah selain ban yang kempes. Aku bisa bernapas lega karena bisa pulang tanpa memakai jasa ojeg.Apa kata orang kampung kalau aku datang naik ojeg online? Mereka pasti akan mengira jika mobilku dijual.Untunglah, dalam perjalanan pulang ponsel bisa kucas di dalam mobil. Sehingga aku bisa membuka pesan yang mungkin belum terbaca.***Belum sampai di kampung, hari sudah mulai petang. Padahal aku harus melewati la
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status