Semua Bab Selena (Shirea book 2): Bab 41 - Bab 50
59 Bab
Chapter 41 : Permohonan
Kutatap gadis mungil itu ketika ia menyuap sesendok sup ke mulutnya. Pipinya mengembung, membuatku tak bisa berpaling dari wajah imutnya. Aku menghela napas sejenak, membayangkan gadis itu yang semakin tumbuh. "Helena, akhir-akhir ini...kau pasti sangat kesepian," ucapku membuka suara pada saat makan malam. "Semenjak Kakak menggantikan Ayah, aku memang merasa kesepian," sahutnya menyuap sesendok sup lagi. "Kakak tak lagi memiliki banyak waktu untuk menemaniku seperti dulu." "Maaf, Kakak memang...sangat sibuk sampai tidak memperhatikanmu." Aku manggut-manggut dengan rasa bersalah. "Helena, apa kau membenciku?" Helena menggeleng cepat. "Aku tidak membenci Kakak. Tapi terkadang aku melihat kakak berubah menjadi orang lain saat berada di singgasana. Aku tidak tahu kenapa akhir-akhir ini Kakak seperti...wanita kejam. Maaf jika aku terlalu lancang berpikir seperti itu." "Ya, memang banyak hal yang belum kau tahu, Helena. Saat kau dewasa nanti, mungkin kau bisa memahami situasi Kakak sa
Baca selengkapnya
Chapter 42 : Antara Cinta Dan Politik 5
"Kakak! Kakak!"Teriakan Helena di luar melengking sampai terdengar di ruang kerjaku. Ia berlari dengan derap kaki yang berisik, tapi kulihat wajahnya begitu semringah ketika menerobos masuk ke ruanganku.Yah, ini sudah lima hari setelah aku mempertemukan Helena dengan Pangeran Hans. Aku lega, akhirnya anak itu kembali ceria setelah beberapa bulan terlihat murung semenjak Ayah dan Ibu tiada. Sinar di matanya kembali berpijar atas kebahagiaan yang membuatnya kembali bersemangat."Kakak, lihat! Aku dapat kiriman hadiah dari Pangeran Hans!" ujarnya senang sambil menunjukkan kotak berukuran sedang di tangannya."Kau sudah membukanya?"Helena menggeleng. "Belum, aku ingin membukanya bersama Kakak."Aku meletakkan pena di tangan lalu menerima kotak itu. "Baiklah, kita lihat. Hadiah apa yang kau dapat."Helena mengangguk antusias, sementara aku mulai membukanya."Wah, kalung yang cantik!" seru Helena ternganga.Aku terdiam sejenak melihat kalung Aquamarine yang tampak elok. Ada rasa sakit ya
Baca selengkapnya
Chapter 43 : Antara Cinta Dan Politik 6
Dua minggu ini, aku menyerahkan sebagian tugasku pada tuan Velian, selaku adipati kepercayaan. Dia sudah menyanggupi untuk membantuku membereskan masalah Axylon selama aku pergi ke Vainea. Rencana ke Vainea ini juga sudah kuberitahu pada petinggi lain. Awalnya mereka kecewa dan menganggap kalau aku terlalu lemah, karena masih bersedia mengurusi Vainea. Namun, aku berhasil meyakinkan mereka bahwa ini bukan suatu kelemahan, tapi sebuah celah yang menakjubkan. Sejauh ini, Pangeran Hans juga mulai memahami Axylon secara bertahap dan anak itu bersedia membantuku dengan sedikit menyumbangkan ide-idenya yang cemerlang. Benar-benar anak yang jenius! Selain itu, Putri Erina perlahan pulih dan mulai bisa berjalan meskipun sedikit pincang. Kali ini aku sudah mengijinkan Helena untuk menemuinya dan anak itu terlihat senang, tentunya. Ada kalanya mereka harus mengobrol sebagai sesama putri. "Putri Erina, bersiaplah untuk pulang ke Vainea besok," ujarku saat aku mengunjungi kamarnya. "Apa anda
Baca selengkapnya
Chapter 44 : Antara Cinta Dan Politik 7
Napasku bergetar saat membuka pintu kamar yang megah dan luas. Sekelebat kenangan tentangnya saat menjadi putra mahkota memenuhi kepala, membuatku ingin berpaling sejenak dan memutar tubuh agar rindu yang menyedihkan ini tetap diam di tempatnya. Jika aku kembali ke kamar Putri Mahkota, fasilitasnya tak selengkap kamar ini. Di sini bahkan aku memiliki perpustakaan dan ruang kerja pribadi. Dengan begitu, aku bisa leluasa untuk menjalankan politikku tanpa diketahui orang lain. Aku memutar tubuh lagi dan menatap perabotan yang masih melekat kuat dalam ingatan. Bahkan tempat tidur itu, di mana aku menghabiskan malamku dengannya untuk pertama kali. Semua membuat napasku sesak saat aroma tentangnya membumbung tinggi di udara. Kutatap kembali cincin Amethyst di tangan sejenak, kemudian menyimpannya di laci. Kemudian kutatap sebotol pil berisi vitamin yang sudah kusiapkan selama tinggal di Vainea. Aku sudah membawanya dalam jumlah banyak agar tak kehabisan. "Yang Mulia, makan malam sudah si
Baca selengkapnya
Chapter 45 : Antara Cinta Dan Politik 8
-Minggu ke empat, hari ke lima- Selama sebulan ini, aku benar-benar disibukkan oleh urusan dalam negeri yang kacau sejak ada campur tangan dari Tryenthee. Semua masalah itu terjadi karena pergantian posisi petinggi kerajaan beserta kebijakan barunya. Aku mengumpulkan berita yang tersebar dan banyak sekali keluhan dari masyarakat sejak kebijakan itu diresmikan. Bahkan ada sebagian dari mereka yang melakukan pemberontakan dengan menghancurkan beberapa wilayah dan infrastruktur akibat kesenjangan sosial. Aku menghela napas sambil bersandar lelah. Kepalaku terasa pening, tapi pikiranku enggan untuk berhenti. Masalah di dalam istana juga masih banyak yang belum beres, terutama—untuk menyelidiki mata-mata atau penyusup yang belum ketahuan. "Salam hormat, Yang Mulia." Aku kembali mengangkat punggung dari sandaran kursi ketika tabib yang merawat Azura datang. "Apa ada informasi terbaru terkait kesehatan Yang Mulia Raja?" Tabib itu mengangguk. "Ya, kabar gembira untuk Anda. Yang Mulia Ra
Baca selengkapnya
Chapter 46 : Politik Musuh
Aku memasuki ruangan lain bersama raja Tryenthee. Jantungku berdetak kencang karena bersemangat sekaligus takut. Berhadapan dengannya, sama saja seperti memacu adrenalin dan sangat menantang.Kini sudah saatnya aku harus adu politik dengannya, meskipun tanpa Azura yang mendukungku. Mari kita lihat, bagaimana rekasinya setelah jembatan politiknya berhasil kurobohkan."Kudengar, akhir-akhir ini kau gencar memberi hukuman mati pada petugas istana terutama dari Tryenthee," ujarnya memulai percakapan setelah duduk berhadapan di kursi masing-masing. "Sangat di luar dugaan.""Anda pasti mengetahui hal itu dari Ratu Lucia bukan? Tidak mungkin Anda mengetahuinya dari surat kabar lokal yang beredar.""Ya, jujur aku kaget saat Lucia memberi tahu kalau kau kembali ke Vainea. Tak kusangka, ternyata Raja Azura mengangkatmu menjadi 'Ratu Utama' sebelum pernikahannya dengan putriku.""Yang Mulia, masih ingatkah saat anda memberi tahu saya bahwa ... mungkin Raja Azura bisa saja mengkhianatiku dan juga
Baca selengkapnya
Chapter 47 : Pengantin
Hari ini, aku mengutus 30 orang untuk menyusup dan menjadi mata-mata di Tryenthee. Aku perlu mengetahui segala informasi mengenai situasi di sana, termasuk rencana raja Tryenthee sendiri. Orang itu sangat licik dan aku harus berusaha menemukan cara cerdik untuk menghadapinya. "Laporkan selalu apa yang terjadi di sana. Lakukanlah secara bergilir sesuai situasi yang kalian ketahui masing-masing," ujarku pada orang-orangku. "Baik, Yang Mulia." "Kalian boleh pergi." Mereka segera membubarkan diri, meninggalkanku yang duduk dengan perasaan tegang. Pasalnya, orang yang kuhadapi kali ini adalah raja dari kerajaan besar. Sekali salah langkah, mungkin Vainea akan menjadi debu dalam waktu singkat. "Yang Mulia, ada kiriman dari Yang Mulia Raja untuk anda." Aku menoleh ketika Nyonya Dhea datang dengan membawa kotak berukuran sedang di tangannya. Kuterima benda itu lalu membukanya perlahan tanpa sepatah kata. Tubuhku mematung saat mengetahui isi kotak itu, yang ternyata—berisi aneka ragam p
Baca selengkapnya
Chapter 48 : Jatuh Bersamamu
Suara riuh tepuk tangan menggema ketika dansa pengantin selesai. Aku meneguk minuman untuk kesekian kalinya dan pesta dansa para tamu dimulai tak lama setelahnya. Musik mengalun begitu lembut. "Selena—" "Ya, silakan," sahutku memotong. "Kalian akan berdansa, 'kan? Silakan. Aku akan menunggu giliran ... jika sempat." Azura terdiam sejenak lalu berkata, "Bagaimana kau bisa berkata seperti itu?" "Biasanya kalian selalu melakukan dansa pertama di setiap pesta, 'kan? Kau sudah pernah mengatakannya padaku kalau kau lebih suka menjadikanku pasangan terakhir dansamu," ujarku tenang. "Silakan, musiknya sudah dimulai." "Ini pesta pernikahan, bukan pesta dansa. Tamu hanya diperbolehkan dansa satu kali, sisanya adalah waktu luang untuk yang lain," tukasnya dingin. "Kau tidak mau berdansa denganku di kesempatan kali ini?" Aku melirik Lucia yang nampak sedih dan juga—sedikit geram, tapi masih bisa ia tutupi dengan wajah tenang. "Di acara ini, Lucia adalah ratumu. Kau tidak lihat aku memakai
Baca selengkapnya
Chapter 49 : Cinta Dan Ambisi 1
Aku terbangun oleh ciuman yang mengusik hingga napasku sesak. Kubuka mata perlahan dan ia melepas ciumannya sejenak. Tatapannya begitu dalam saat ia membelai wajahku lembut. Tubuh kami yang hanya berbalut selimut, membuat dekapannya terasa gerah berkeringat. "Kau menciumku selama aku terlelap?" tanyaku, langsung memasang wajah dingin. "Kau harusnya tahu kalau itu sangat mengganggu." "Sangat menyenangkan bisa mendekapmu saat kau terlelap. Ini seperti mimpi indah di hari yang buruk," jawabnya dengan ekspresi datar. "Tolong menjauhlah sedikit. Aku gerah." Kudorong tubuhnya dan melepaskan diri dari dekapannya, lalu menghirup udara sebanyak mungkin. Azura mendesah dengan wajah sedikit murung. "Kupikir, kau akan berubah setelah kita menghabiskan malam bersama." "Kau curang," tegurku dalam posisi terlentang, agar udara di paru-paruku semakin longgar setelah lepas darinya. "Kau menghadapiku dengan memaksaku bercinta agar aku goyah?" "Ada banyak hal yang ingin kubicarakan denganmu. Kalau
Baca selengkapnya
Chapter 50 : Rahasia Selena
Aku terdiam seketika saat hendak turun untuk sarapan. Suplemen yang biasa kuminum kini sudah tak berada di tempatnya. Biasanya aku meletakkannya di salah satu rak dekat buku di kamar, tapi—benda itu sudah tidak ada. Aku segera memanggil pelayan yang bertugas merapikan kamar, lalu menanyakan keberadaan botol berisi pil yang biasa kusimpan di tempat yang sama. Namun, tak satu pun dari mereka yang melihatnya hari ini. Setelah hasilnya nihil, aku meminta mereka semua untuk meninggalkan kamar. "Kau tadi lihat botol yang berisi pil di sini?" tanyaku pada Putri Erina sambil menunjuk rak buku kecil. Ia menggeleng. "Saya tidak melihat ada botol di situ saat masuk," jawabnya. "Tapi ... jika Anda biasa meletakkannya di situ, sudah pasti benda itu akan terlihat semua orang." "Oh astaga," desahku risau sambil mengacak-acak rak, juga lemari. "Apa ... itu suplemen untuk kehamilan?" tanya Putri Erina sembari membantu mencari di laci meja dan bufet. "Ya," sahutku sibuk. "Coba Anda ingat-ingat l
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status