Semua Bab CEO Itu Mantan Ketua Osisku: Bab 41 - Bab 50
89 Bab
Bab 41
Nara menoleh ke sumber suara dan mendapati kedatangan Aldi yang menghampiri mereka dengan wajah serius."Bu Riri, silakan anda kembali lebih dulu. Jangan membuat keributan di depan para karyawan di sini. Ini kantor tempat bekerja, bukan teater tempat orang menonton drama," ucap Aldi dengan tegas, cukup membuat Nara terkejut karena tidak biasanya Aldi tampak seserius itu. Atau mungkin Nara saja yang tidak pernah melihatnya.Sementara itu Riri tentu saja merasa tersinggung dengan ucapan Aldi yang menurutnya tidak sopan. Mengingat dirinya itu istri dari atasan Aldi.Raut wajah terhina tersirat jelas karena merasa dirinya diperlakukan buruk oleh orang yang dia anggap berada di bawahnya."Siapa lo ngatur-ngatur gue?! Lo itu cuman bawahan suami gue. Berani sekali usir gue dari kantor suami gue sendiri," ujar Riri yang emosi.Aldi menanggapinya dengan tenang. "Saya hanya melakukan tanggung jawab saya, Bu. Tolong kembalilah dulu. Jangan bertengkar di sini. Tidak pantas mempertontonkan masalah
Baca selengkapnya
Bab 42
Nara memandang Agas dengan tatapan masam. Meski begitu dia berusaha tetap sopan karena biar bagaimanapun Agas itu atasan dia."Ayo naik dulu," ucap Agas seperti titah untuk Nara.Tetapi kali ini Nara tidak menghiraukannya karena merasa harus lebih tegas pada dirinya sendiri dan tidak lagi tergoda dengan pesona Agas. Jadi Nara tetap diam bergeming tanpa ada niat membuka pintu mobil Agas sama sekali dan Agas sadar itu. "Masuk dulu, ada yang perlu saya bicarakan sama kamu," ucap Agas membujuk Nara.Tetap saja Nara tidak mau dan hanya menggelengkan kepalanya.Agas menghela napas panjang dan sekali lagi bicara. "Kita gak mungkin kan ngobrol di jalan begini?""Lebih baik kita tidak usah bicara sama sekali, Pak. Saya baru sadar kalau selama ini saya sudah melewati batas."Agas tidak langsung membalas kata-kata Nara. Justru dia membuka pintu mobilnya lalu keluar dan berjalan menuju ke arahnya.Nara pikir Agas akhirnya
Baca selengkapnya
Bab 43
Nara mengerutkan bibir sedikit tidak suka saat membaca pesan dari Agas ini. Padahal dia sudah bilang pada Agas untuk menjaga jarak, tetapi lagi-lagi Agas memintanya bertemu lagi."Bima sakit!" kata Agam dalam pesannya.Mata Nara sontak melebar sampai dia refleks berdiri. Lia sampai ikutan terkejut terhadap reaksi Nara yang tiba-tiba berdiri itu."Ada apa? Ada apa?" tanya Lia terbawa panik yang sama seperti Nara."Tadi baru aja Agas kirim pesan. Katanya Bima sakit, Mbak."Ekspresi Lia berubah datar ketika mendengar ucapan Nara. "Terus kamu mau menemui mereka?"Nara tersentak menyadari hal itu dan tampak bingung apa yang harus dia lakukan."Jangan temui mereka, Nara," ucap Lia dengan tegas."Tapi Bima sakit, Mbak," kata Nara yang ragu-ragu."Dia masih punya ayahnya dan keluarganya yang lain. Kamu cukup bantu doa aja," ujar Lia bukannya dia tidak simpatik dengan kesehatan Bima tetapi dia merasa harus menah
Baca selengkapnya
Bab 44
"Mamaa!" Bima pun tampak terkejut dengan kedatangan ibunya yang tiba-tiba menjambak rambut Nara."Lo jadi orang gak tahu malu banget ya!" umpat Riri sambil terus menarik rambut Nara dengan keras. "Berani-beraninya lo dateng ke rumah gue!"Bima yang melihat tante cantiknya disakiti sang ibu, dengan susah payah menahan rasa lemas badannya, dia tertatih menuju mereka. Tangan mungilnya meraih kaki Riri untuk memohon padanya."Mama, mama, lepasin tante. Jangan sakiti tante," pinta Bima sambil menangisRiri jadi kesal karena melihat Bima malah membela Nara. Amarahnya menjadi semakin besar sampai dia kemudian menyeret Nara keluar dari kamar Bima.Nara berusaha melepaskan genggaman Riri pada rambutnya. Saat tiba di dekat tangga, secara mengejutkan Riri mendorong Nara ke arah sana. Nara tersentak ketika menyadari bahaya yang ada di depannya.Mata Nara menatap horor tangga di depannya, tangannya berusaha menggapai apa saja yang bisa dia pegang. Namun tidak tidak ada pegangan yang berhasil dia
Baca selengkapnya
Bab 45
Ada postingan dari anonim yang mengupload video yang langsung dikenali oleh Nara."Apa ada cctv di sana?" gumam Nara tanpa sadar dan itu terdengar oleh Rani."Jadi video itu benar?" tanya Rani dengan ekspresi terkejut."Itu gak seratus persen benar," ucap Nara dengan murung.Pantas saja dari tadi pagi dia merasa pandangan orang terlalu sinis, lebih dari hari-hari sebelumnya."Sebenarnya apa yang terjadi di video ini?" tanya Rani penasaran. Pasalnya dalam video berdurasi kurang dari dua puluh detik ini menangkap posisi Nara sedang dipeluk oleh Agas. Padahalnya yang sebenarnya itu hanya sebagian kecil dari apa yang terjadi saat itu. "Ini gue hampir jatuh ke tangga pas jenguk Bima yang lagi sakit kemarin," jawab Nara sengaja tidak memberitahu kalau sebenarnya dirinya itu didorong oleh Riri. Dia tidak mau menambah masalah yang tidak perlu."Jadi Pak Agas cuman bantuin lo waktu itu?" Nara mengangguk membenarkan. "Gue gak tahu gimana bisa ada video ini? Apa ini cctv rumah Agas?"Rani kem
Baca selengkapnya
Bab 46
Agas membaca berkas di tangannya sekali lagi untuk memastikan apakah tadi dia sudah salah lihat. Namun saat dia membacanya lagi tetapi tetap tidak berubah."Nara ngajuin resign?" ujar Agas cukup kaget."Iya Pak. Baru tadi pagi dia mengajukannya," ucap Aldi menjelaskan."Minta dia ke sini sekarang juga," perintah Agas dengan ekspresi tidak bisa diganggu gugat."Tapi Pak. Bagaimana dengan tanggapan orang—""Masa bodo! Saya gak peduli. Cepat panggil dia!" potong Agas dengan nada tidak sabar.Aldi mengangguk mengerti dan segera pergi memanggil Nara."Kenapa Pak Agas memanggil saya, Mas Aldi?" tanya Nara ketika tiba-tiba didatangi Aldi saat jam kerjanya."Soal permintaan resign kamu," jawab Aldi singkat.Nara tidak lanjut bertanya dan hanya mengikuti langkah Aldi yang berjalan menuju ke ruangan Agas.Sampai di depan ruangan Agas, Aldi mempersilakan Nara masuk sendiri sementara dia malah kembali ke meja kerjanya. Nara melemparkan tatapan bertanya pada Aldi. Kenapa Aldi tidak ikut masuk?Nam
Baca selengkapnya
Bab 47
"Kenapa? Apa gue gak boleh ada di sini?" ujar orang yang datang ke rumah Nara ini."Maksud gue, ada perlu apa lo dateng ke sini?" ujar Nara memperjelas apa yang dia tanyakan. "Omong-omong, dari mana lo tahu rumah gue?""Gue tahu dari Agas." Nara manggut-manggut mengerti. "Ayo masuk dulu."Nara membuka pintu rumahnya yang terkunci lalu mengajak tamunya masuk ke ruang tamu. "Ervan, mau minum apa?" tanya Nara yang ternyata tamunya itu Ervan, teman SMP Nara selain Agas."Apa aja," jawab Ervan singkat.Nara meninggalkan Ervan sejenak di ruang tamu untuk membuat minuman di dapur. Kemudian Nara kembali lagi dengan membawa dua gelas es sirup."Diminum dulu," ujar Nara setelah memberikan segelas es sirup pada Ervan, lalu gelas lainnya untuk dirinya sendiri.Nara dan Ervan sama-sama meminum es sirup mereka. Lalu perhatian mereka menjadi fokus."Jadi, ada apa?" tanya Nara penasaran, karena sedari tadi Ervan tidak kunjung bicara."Lo udah dapet kerjaan lagi?" Ervan langsujg menanyakannya apa yan
Baca selengkapnya
Bab 48
"Tante cantik?!" teriak Bima yang bersemangat ketika melihat ada Nara di kantin sekolahnya. "Tante kok bisa ada di sini?"Nara sedikit terkejut melihat Bima. Dia sama sekali tidak tahu kalau Bima ternyata bersekolah di sini. Bahkan Ervan pun tidak pernah memberitahukan soal ini padanya.Tidak tahu lagi bagaimana perasaannya saat ini. Ada perasaan senang karena bisa melihat Bima lagi tetapi di sisi lain, Nara pun merasakan kecemasan. Padahal dia sampai mengambil keputusan berhenti dari Tama Group dengan tujuan ingin menjaga jarak dengan keluarga Agas. "Kamu mau makan pake lauk apa, Bima?" tanya Nara.Sebenarnya dia ingin memeluk Bima sekarang juga untuk melampiaskan kerinduannya pada anak itu. Tetapi dia sadar sekarang ini dirinya sedang di tempat kerja. Dia tidak bisa mengabaikan orang lain yang datang untuk mengambil makan siang mereka."Tante gak mau ketemu lagi Bima?" tanya Bima dengan nada sedih karena merasa Nara sedikit menghindar.Nara agak terkejut dengan ucapan Bima. Segera
Baca selengkapnya
Bab 49
Nara mengusap kedua kelopak matanya untuk memastikan apa yang dilihatnya benar atau tidak? Namun pandangannya ternyata tidak salah. Orang yang dia lihat memang Riri, istri Agas, sedang berduaan dengan seorang pria yang bukan Agas. "Apa cuman teman?" gumam Nara, tapi saat melihat mereka berangkulan dengan mesra membuat Nara curiga. "Apa selingkuhan?"Setelah terdiam sekian lama, menebak-nebak apa yang sedang dilihat. Nara mempunyai tebakan kalau pria itu selingkuhannya Riri.Tetapi dia belum tentu benar. Nara tidak mau asal menuduh orang. Meskipun dia mencintai Agas tetapi bukan berarti dia menginginkan rumah tangga Agas ini berantakan.Karena yang terpengaruh bukan hanya Agas saja tetapi juga Bima. Nara tidak tega membiarkan Bima berada dalam keluarga yang 'broken home'. Dia berharap Bima bisa mempunyai keluarga yang utuh."Ah, jangan nebak-nebak sembarangan deh," ucap Nara pada dirinya sendiri.Dia berhenti memperhatikan dua orang yang sedang memilih tas bermerek di sana dan lebih
Baca selengkapnya
Bab 50
"Ayah?" ucap Nara dengan tatapan kagetnya.Ya, memang yang sedang ada di depannya saat ini adalah ayah kandungnya sendiri. Prayoga Sunjaya. Orang yang mengusir Nara saat tahu kalau Nara hamil di luar nikah. Sudah delapan tahun lamanya sejak terakhir kali Nara bertemu dengannya. Tidak pernah sekalipun ayahnya mengambil inisiatif untuk menemuinya.Memang Nara yang lebih muda, yang harusnya lebih dulu bertindak tetapi Nara takut ditolak lagi. Takut dipandang dengan tatapan benci oleh ayahnya sendiri. Maka dari itu Nara tidak bisa menghubungi ayahnya lebih dulu meskipun dia sangat merindukannya."Kenapa kamu ada di sini?" tanya Prayoga dengan nada masih berwibawa seperti biasanya."Aku kerja di sini, Ayah." Nara menjawabnya dengan nada yang tetap sopan meskipun dia telah dicoret dari KK. Setelah Nara menjawabnya, tidak ada lagi pertanyaan dari sang ayah. Tetapi Nara masih tetap ditatap dengan intens sampai Nara tidak berani mengangkat pandangannya."Minggu depan ulang tahun adikmu yang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status