Menjadi tour guide untuk Alena adalah pekerjaan baru Bara di hari pertama gadis itu masuk sekolah. Berbekal selembar denah yang Bara dapatkan dari anak OSIS, ia mengajak Alena berkeliling sekolah. Menunjukkan letak laboratorium, perpustakaan, ruang ekstrakurikuler, aula, dan bagian-bagian sekolah yang lain untuk mempermudah Alena menghafal sekolah barunya.Bara bahkan masih ingat jelas bagaimana ekspresi senang Alena menerima tawarannya untuk menjadi pemandu. Manik mata Alena berbinar cerah, senyumnya mengembang sempurna. Dan itu pertama kalinya bagi Bara mengakui kalau Alena benar-benar cantik.Bahkan sekarang pun Alena masih tetap cantik, batinnya bersuara.“Karena dulu, kamu sudah berbaik hati menjadi tour guide untukku. Jadi, khusus hari ini, aku akan jadi pemandu untuk kamu.” Begitu yang diucapkan Alena ketika mereka keluar dari warung bakso.Niat awal Bara hanya pergi berdua dengan Alena. Namun, sepertinya semesta tidak mendukung niatnya. Farel ikut, begitu juga dengan Auriga. P
Masa perpanjangan waktu liburan Bara sudah berakhir. Itu artinya mau tak mau Bara harus tetap kembali ke Balikpapan dan menjalani kesehariannya sebagai murid kelas dua belas. Dan itu juga artinya Bara harus berpisah dengan Alena untuk kedua kalinya.Ngomong-ngomong soal Alena, Bara sudah memberitahu gadis itu perihal kepulangannya besok. Alena mengatakan akan ikut mengantar Bara ke bandara bersama Auriga. Kadang, Bara masih tidak menyangka kalau gadis yang disukainya sudah memiliki kekasih. Namun, ia masih bersyukur setidaknya Auriga masih mengizinkannya berteman dengan Alena setelah tahu bagaimana hubungan mereka dulu.Lagi pula, begitulah hidup. Selalu ada hal-hal tak terduga yang muncul sebagai pewarna dalam monotonnya hidup.“Barang-barangnya dicek lagi, Bara. Jangan sampai ada yang ketinggalan,” peringat Tari saat berkunjung ke kamar Farel dan menemukan keponakannya sedang berkemas. Di depan Bara, ada sebuah koper yang terbuka dan hampir penuh diisi barang-barang.“Iya, Tante. Am
Sepulang dari jalan-jalan keliling kawasan Kota Tua, Alena dan Riga tidak langsung pulang. Mereka menuju salah satu pusat perbelanjaan. Alena bilang ia ingin membeli sesuatu, tapi belum tahu apa yang akan dibeli. Jadinya mereka berkeliling mal, mencari inspirasi ingin membeli apa. Toko demi toko sudah dilewati, tapi tak ada satu pun yang menarik perhatian Alena. Hal ini membuat Riga yang ada di sampingnya bingung sendiri karena Alena tidak mengatakan apa-apa padanya.“Sebenarnya kamu mau cari apa, sih? Dari tadi kayaknya susah banget yang dicari? Jangan jawab ‘nggak tau’ lagi, aku bingung. Kamu jelasin aja langsung,” sungut Riga. Sejak tadi, Alena hanya menjawab ‘tidak tahu’ setiap kali ia tanya. Akibatnya, ia jadi ikut bingung, tidak tahu harus melakukan apa.Riga membawa Alena menepi supaya tidak mengganggu lalu-lalang para pengunjung lain. Hari Sabtu, pusat perbelanjaan pasti ramai pengunjung.“Kamu cari apa?” ulangnya.“Aku belum bilang ya tadi?” tanya Alena. Riga menggeleng cepat
Satu kata yang diucapkan Manda seolah seperti anak panah yang menusuk jantung. Kakinya seketika lemas. Detik berikutnya, tubuh Alena limbung dan hampir menimpa Pandu kalau saja Manda tidak refleks menahan tubuhnya. Manda pun membawa Alena duduk di sofa yang tadi ditempatinya.“Minum dulu, Len.” Nada mengulurkan segelas air putih kepada Alena. Ia juga membantu memegangi gelas tersebut saat Alena minum.Alena hanya minum sedikit lalu menjauhkan gelas tersebut. Nada segera mengambil alih gelas dan meletakkannya di atas meja.“Lo tenang dulu, Len. Coba atur napas dulu.”Alena menurut. Namun, alih-alih merasa lega, rasa sesak justru semakin menyerang dada. Napasnya memburu seperti habis berlari. Kedua tangan yang saling bertaut bergerak gelisah di atas pangkuannya sementara netranya tidak sedikit pun lepas dari layar televisi di hadapannya yang kini menampilkan daerah pantai. Beberapa orang berseragam dan tidak berseragam tampak berkumpul di daerah yang diduga sebagai lokasi pesawat hilang
Alena sangat menyayangi Aluna. Apa pun keadaannya, ia tidak pernah menghilang dari sekitar Aluna. Sebisa mungkin mereka selalu bersama, termasuk ketika kakaknya tiba-tiba pingsan di sekolah dengan hidung terus mengeluarkan darah, dan kemudian dilarikan ke rumah sakit karena kakaknya tidak kunjung sadarkan diri. Aluna yang mendengar kabar tersebut langsung memaksa menyusul ke rumah sakit padahal jam pelajaran masih berlangsung.Tak peduli jika ulahnya tersebut akan berakibat ia ketinggalan banyak materi pelajaran, yang Alena pedulikan hanya kondisi kakaknya. Kecemasan tergambar jelas di raut wajahnya. Kakaknya tidak pernah seperti ini sebelumnya. Dibanding Alena, kekebalan imun Aluna paling bagus. Aluna juga pandai mengatur waktu serta memiliki kontrol tubuh yang baik, sehingga jarang sakit. Jadi, tidak heran jika kejadian ini membuat Alena dan orang tuanya cemas setengah mati.“Sebenarnya, Kak Luna sakit apa?”Pertanyaan itulah yang sering muncul di kepala Alena. Namun, meski berulang
Sebagai orang yang sama-sama pernah kehilangan, Riga bisa ikut merasakan apa yang kini Alena rasakan. Gadis itu meski hanya duduk di ruang tunggu bandara dengan ekspresi datar, tapi ketakutan dan kecemasan dalam dirinya terlihat sangat jelas. Hal itu dibuktikan dengan Alena yang terus-menerus meremas tangannya sambil sesekali menoleh ke arah kerumunan keluarga korban lainnya dan para petugas. Tidak sedikit dari orang-orang di sana menangis histeris, menuntut para petugas melakukan apa pun supaya anggota keluarga mereka bisa segera ditemukan dalam kondisi selamat.Sudah sekitar dua jam, Riga dan Alena berada di bandara. Farel sedang mengantar mamanya pulang agar bisa beristirahat karena tubuhnya kurang fit dan menunggu kabar di rumah. Farel akan kembali lagi setelah mengantar mamanya. Sementara itu, Alena masih belum ingin pulang. Setidaknya untuk saat ini sebelum ia mendengar kabar terbaru dari para tim penyelamat yang bertugas. Alena hanya ingin memastikan langsung bagaimana kondisi
Hilangnya pesawat milik salah satu maskapai terkenal Indonesia di perairan utara Jakarta masih menjadi topik hangat di seluruh negeri. Pemberitaan di mana-mana. Mulai dari televisi, koran, radio, serta situs-situs berita digital dipenuhi kabar terbaru proses pencarian pesawat. Bahkan berita ini juga beberapa kali masuk pemberitaan media asing milik negara tetangga.Ini sudah lewat dua puluh empat jam sejak pesawat dikabarkan hilang kontak dan proses pencarian masih terus berlangsung. Beberapa buah kapal dan kapal selam milik TNI AL pun dikerahkan untuk membantu pencarian. Kabar terbaru mengatakan tim pencari sudah berhasil menemukan puing yang diduga merupakan bagian dari sayap dan ekor pesawat, jaket pelampung, dan potongan kain yang bisa dipastikan berasal dari pakaian korban.Sejak saat itu pula, Alena selalu memantau perkembangan proses pencarian melalui tayangan berita di televisi atau di internet, dan sebisa mungkin ia tidak melewatkan satu informasi pun. Farel juga mengabari ia
“Aku?” tanya Alena memastikan telinganya tidak salah dengar. Seluruh atensinya saat ini hanya tertuju pada gadis yang duduk di atas kasur sambil menatap layar laptop. “Kenapa aku? Memangnya Bara cerita soal apa tentang aku?”“Karena Bara suka sama kamu, Alena,” jawab Nitha seraya menegakkan tubuh, menatap lawan bicaranya yang berada di meja belajar. Lalu mengalihkan pandang e arah jendela. Sinar bulan menyembur di celah tirai putih. “Dan dia cerita banyak hal tentang kamu.”“Aku ingat banget dulu Bara pernah bilang nggak mau berurusan sama cinta-cintaan sebelum dia lulus sekolah. Waktu itu dia cuma fokus sama sekolah dan berusaha jadi atlet lari terbaik. Makanya nggak heran kalau nilai akademis dan prestasi larinya, seimbang. Karena memang dia se-ambis itu orangnya. Tapi sejak kamu jadi murid baru di sekolah kami, Bara melanggar ucapannya.“Aku dan Nathan sering banget mergoki Bara lagi ngelihatin kamu diam-diam, termasuk saat kita berempat lagi bareng, dia nggak jarang ngelihatin kam