Share

8. Sudah terjadi.

Sejak meninggalkan negara yang Risha tempati, Edward menyuruh beberapa anak buahnya untuk mengawasi dan memantau kondisi Risha dari jauh serta melaporkan kepadanya hampir setiap hari. 

Edward bahkan menempatkan mata-mata bayangan di tempat Risha bekerja dan di Lingkungan dimana Risha tinggal. Berkat laporan setiap hari yang Edward terima baik berupa foto maupun video, Edward lama-lama mempunyai perasaan yang lebih terhadap Risha walaupun yang bersangkutan tak mengetahui bila mempunyai penggemar rahasia.

Bahkan laporan mengenai Risha merupakan hiburan tersendiri bagi Edward untuk melepas kepenatan dan kejenuhan yang ia hadapi di tempat kerja. 

Senyum bulan sabit tercipta dengan mata penuh cahaya bahagia kala memandang foto Risha yang sudah memenuhi galeri di handphone nya, "tunggu aku disana malaikat kecilku," lirih Edward sambil mengusap lembut benda pipih yang berada di tangannya yang mana ada gambar Risha disana. 

Tepat sehari sebelum kejadian kapal yang di naiki Risha tenggelam, Edwar sudah mendapatkan berita perihat tentang kepulangan Risha ke Kampung halamannya.

"Apa benar yang kau katakan?" Ucap Edward setelah salah satu anak buahnya memberikan informasi di samping telinganya sedikit berbisik.

"Betul Tuan!" jawab pengawal tersebut sambil menunduk.

"kKapan dia akan berangkat?" ucap Edward kemudian.

"Menurut informasi yang saya terima, Nona Risha besok pagi berangkat, Tuan," jawab pengawal itu disamping Edward yang sedang sibuk mengamati laptop kerjanya yang mana seketika menghentikan ketukan jari diatas keyboard laptop. 

"Siapkan penerbanganku kesana sekarang," ucap Edward seketika berdiri kemudian berjalan menuju pintu keluar sambil mengambil mantelnya yang menggantung di sebelah pintu. 

"Wilson, kosong semua kan jadwalku seminggu kedepan dan hubungi Sammuel secepatnya. Suruh dia menyusul aku secepatnya," titah Edward kepada asistennya yang berjaga di depan ruangan kantornya yang mana membuat Wilson seketika kaget dan mematung, Tetapi segera di sadarkan oleh Roland, mereka kemudian bersama-sama mengikuti langkah kaki Edward dibelakangnya. Mereka berdua sibuk dengan telepon genggam masing-masing guna membatalkan jadwal yang bosnya pinta dan sibuk mengurusi keperluan bosnya. 

"Pesawat Anda sudah siap bos," ucap Roland yang diangguki pelan oleh Edward. 

"Langsung menuju bandara, kita segera berangkat," ucap Edward yang di angguki oleh Roland dan Wilson tanpa bantahan dan tanpa sanggahan. 

Keesokan paginya pesawat mendarat setelah menempuh perjalanan hampir 20jam lebih. 

"Bos kita sudah sampai," lirih Roland di samping Edward yang sedang memejamkan mata tetapi tidak tertidur.

 

"Siapkan kendaraan langsung menuju Penginapan S," ucap dingin Edward sambil berjalan kemudian memasuki mobil yang sudah terparkir tak jauh dari pesawat jet pribadinya. 

Sesampainya di penginapan Edward segera berlari menuju ke dalam penginapan.

"Permisi, mau cari siapa ya?" tanya penjaga penginapan yang menghampiri Edward.

"Risha, saya mencari pengurus penginapan ini yang bernama Risha," ucap Edward dengan nafas sedikit tersengal-sengal. 

"oh mbak Risha, mbak Risha-nya sudah berangkat naik bus ke pelabuhan sekitar satu jam yang lalu. Mungkin sekarang masih dalam perjalanan," jawab penjaga tadi yang mana membuat Edward langsung berlari menuju mobilnya dan mobilpun berjalan menuju pelabuhan dengan kecepatan penuh.

"Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menuju pelabuhan antar pulau?" tanya Edward ke Roland yang duduk di bangku depan.  

"Paling cepat 1 jam 30 menit, itupun jikalau tak ada kendala di jalan," jawab Roland sambil mengutak atik tablet di tangannya. 

"Apa ada yg lebih cepat menuju kesana?" tanya Edward kemudian.

"Ada, naik heli bisa mempersingkat waktu jadi 35 menit," jawab Roland kemudian.

"Siapkan itu sekarang juga dan juga siapkan kapal pesiarku disana," Ucap Edward pasti.

"HAH!!" pekik Roland yang terkejut dengan titah atasannya yang ajaib ini, sambil melihat bosnya dari spion tengah. 

"Apa aku harus mengulang kata-kataku lagi?" tegas Edward dengan aura dingin dan menatap tajam Roland yang sedang menatapnya dari spion tengah. 

"Siap!" hanya kata itu yang bisa diucapkan mulut Roland yang kemudian menghubungi seseorang dengan telepon genggamnya.

10 menit kemudian.

"Heli sudah menunggu di lapangan di kampung depan, sedangkan kapal pesiarnya sekitar 20 menit tiba dipelabuhan," ucap Roland sambil menghela bernapas berat.

"hmm," jawab Edward sambil mengangguk pelan dengan pandangan memandang keluar jendela.

Setelah sampai di lapangan sudah ada heli yang menunggu untuk mengantarkan Edward ke pelabuhan. 

Sesampainya di pelabuhan ternyata terjadi kekacauan yang mana ada kapal feri yang sedang mati mesin terjebak di tengah laut yang sedang terjadi gelombang besar.

Seketika Edward berlari menuju kapal pesiarnya diikuti Roland serta beberapa pengawal pribadinya dan menyuruh nahkoda segera berangkat mendekat kearah kapal feri yang sudah terlihat miring akibat hantaman gelombang besar.

Edward mengamati para penumpang satu persatu dari teropong yang ia ambil di sebelah kemudi nahkoda. Berharap bahwa Risha bukan slah satu penumpang di kapal feri tersebut. Tetapi do'anya ternyata tak sesuain kenyataan yang ada. Dia melihat Risha diantara para pemumpang yang sedang terombang-ambing di lautan lepas.

"Cepat kemudikan kesana," teriak Edward yang nama tau kapal feri tersebut sudah dalam posisi miring hampir tenggelam dengan sebagian penumpang sudah berada di laut.

Dari kejauhan juga Roland mengamati dari teropongnya para penumpang yang terombang ambing gelombang laut yang besar. 

"Risha," lirih Edward yang mengetahui Risha sedang berusaha berenang bersama seorang wanita dan bayi didekapannya.

"Arahkan ke sebelah kanan kapal itu,  CEPAT!" teriak Edward yang mana langsung diikuti oleh nahkoda kapal.  

"Kemana dia?" teriak Edward yang mendapati hanya wanita dan bayinya saja yang segera di tolong oleh salah satu kapal nelayan.

Dia mengamati kembali lewat teropong yang dia bawa, "Risha dimana kamu?" lirih Edward cemas. 

"Itu bos?" teriak Roland yang mendapati seseorang tanpa pelampung berusaha menggapai permukaan berbekal tas raselnya tak seberapa jauh dari kapalnya berada. 

Byurrr

Seketika Edward terjun ke laut ketika kapalnya sedang mendekati seseorang yang sudah hampir tenggelam di bantu oleh Roland dan beberapa pengawalnya. 

"Bos dia tak bernafas," lirih Roland yang berhasil membantu Edward mengangkat dan membaringkan Risha.

"Kalian tolong penumpang yang lain yang masih berada di laut," perintah Edward kepada beberapa pengawalnya.

Edward segera memberikan pertolongan pertama kepada Risha dengan napas buatan dan CPR. "ayo Risha, come on. Kamu pasti bisa," lirih Edward sambil terus memberikan pertolongan pertama ke Risha. Kemudian tak beberapa lama Risha terbatuk- batuk kemudian pingsan. 

Tak berapa lama heli pribadi Edward sudah mendarat di atas kapal pesiar, "cepat antarkan kerumah sakit terdekat," teriak Edward sambil membopong Risha masuk kedalam helikopter.

Di atap Rumah Sakit sudah ada beberapa dokter dan perawat yang menunggu dengan sebuah brankar pasien. 

"Cepat tolong dia," titah Edward yang langsung di tanggapi oleh berapa dokter dan perawat yang menunggu dengan memasangkan beberapa alat ke tubuh Risha. 

"Kamu pasti bisa, kamu pasti kuat," lirih Edward yang terus menggenggam tangan Risha mengikuti disamping brankar Risha menuju IGD guna mendapat pertolongan pertama.

"Bos, sebaiknya Anda berganti pakaian dahulu," ucap Roland yang setia mengikuti bosnya sedari tadi, sedangkan Edward hanya membalas dengan anggukan dengan pandangan terus memandang Risha dari jendela IGD. 

"Tuhan, Selamatkan dia," lirih Edward sambil memejamkan mata. 

Jangan lupa Vote,  Like dan komen yaa... 

Trim's

~ Ryukirara ~

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status