Sejak meninggalkan negara yang Risha tempati, Edward menyuruh beberapa anak buahnya untuk mengawasi dan memantau kondisi Risha dari jauh serta melaporkan kepadanya hampir setiap hari.
Edward bahkan menempatkan mata-mata bayangan di tempat Risha bekerja dan di Lingkungan dimana Risha tinggal. Berkat laporan setiap hari yang Edward terima baik berupa foto maupun video, Edward lama-lama mempunyai perasaan yang lebih terhadap Risha walaupun yang bersangkutan tak mengetahui bila mempunyai penggemar rahasia.
Bahkan laporan mengenai Risha merupakan hiburan tersendiri bagi Edward untuk melepas kepenatan dan kejenuhan yang ia hadapi di tempat kerja.
Senyum bulan sabit tercipta dengan mata penuh cahaya bahagia kala memandang foto Risha yang sudah memenuhi galeri di handphone nya, "tunggu aku disana malaikat kecilku," lirih Edward sambil mengusap lembut benda pipih yang berada di tangannya yang mana ada gambar Risha disana.
Tepat sehari sebelum kejadian kapal yang di naiki Risha tenggelam, Edwar sudah mendapatkan berita perihat tentang kepulangan Risha ke Kampung halamannya."Apa benar yang kau katakan?" Ucap Edward setelah salah satu anak buahnya memberikan informasi di samping telinganya sedikit berbisik.
"Betul Tuan!" jawab pengawal tersebut sambil menunduk.
"kKapan dia akan berangkat?" ucap Edward kemudian."Menurut informasi yang saya terima, Nona Risha besok pagi berangkat, Tuan," jawab pengawal itu disamping Edward yang sedang sibuk mengamati laptop kerjanya yang mana seketika menghentikan ketukan jari diatas keyboard laptop.
"Siapkan penerbanganku kesana sekarang," ucap Edward seketika berdiri kemudian berjalan menuju pintu keluar sambil mengambil mantelnya yang menggantung di sebelah pintu.
"Wilson, kosong semua kan jadwalku seminggu kedepan dan hubungi Sammuel secepatnya. Suruh dia menyusul aku secepatnya," titah Edward kepada asistennya yang berjaga di depan ruangan kantornya yang mana membuat Wilson seketika kaget dan mematung, Tetapi segera di sadarkan oleh Roland, mereka kemudian bersama-sama mengikuti langkah kaki Edward dibelakangnya. Mereka berdua sibuk dengan telepon genggam masing-masing guna membatalkan jadwal yang bosnya pinta dan sibuk mengurusi keperluan bosnya.
"Pesawat Anda sudah siap bos," ucap Roland yang diangguki pelan oleh Edward.
"Langsung menuju bandara, kita segera berangkat," ucap Edward yang di angguki oleh Roland dan Wilson tanpa bantahan dan tanpa sanggahan.
Keesokan paginya pesawat mendarat setelah menempuh perjalanan hampir 20jam lebih.
"Bos kita sudah sampai," lirih Roland di samping Edward yang sedang memejamkan mata tetapi tidak tertidur.
"Siapkan kendaraan langsung menuju Penginapan S," ucap dingin Edward sambil berjalan kemudian memasuki mobil yang sudah terparkir tak jauh dari pesawat jet pribadinya.
Sesampainya di penginapan Edward segera berlari menuju ke dalam penginapan.
"Permisi, mau cari siapa ya?" tanya penjaga penginapan yang menghampiri Edward.
"Risha, saya mencari pengurus penginapan ini yang bernama Risha," ucap Edward dengan nafas sedikit tersengal-sengal.
"oh mbak Risha, mbak Risha-nya sudah berangkat naik bus ke pelabuhan sekitar satu jam yang lalu. Mungkin sekarang masih dalam perjalanan," jawab penjaga tadi yang mana membuat Edward langsung berlari menuju mobilnya dan mobilpun berjalan menuju pelabuhan dengan kecepatan penuh.
"Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menuju pelabuhan antar pulau?" tanya Edward ke Roland yang duduk di bangku depan.
"Paling cepat 1 jam 30 menit, itupun jikalau tak ada kendala di jalan," jawab Roland sambil mengutak atik tablet di tangannya.
"Apa ada yg lebih cepat menuju kesana?" tanya Edward kemudian.
"Ada, naik heli bisa mempersingkat waktu jadi 35 menit," jawab Roland kemudian.
"Siapkan itu sekarang juga dan juga siapkan kapal pesiarku disana," Ucap Edward pasti.
"HAH!!" pekik Roland yang terkejut dengan titah atasannya yang ajaib ini, sambil melihat bosnya dari spion tengah.
"Apa aku harus mengulang kata-kataku lagi?" tegas Edward dengan aura dingin dan menatap tajam Roland yang sedang menatapnya dari spion tengah.
"Siap!" hanya kata itu yang bisa diucapkan mulut Roland yang kemudian menghubungi seseorang dengan telepon genggamnya.
10 menit kemudian.
"Heli sudah menunggu di lapangan di kampung depan, sedangkan kapal pesiarnya sekitar 20 menit tiba dipelabuhan," ucap Roland sambil menghela bernapas berat.
"hmm," jawab Edward sambil mengangguk pelan dengan pandangan memandang keluar jendela.
Setelah sampai di lapangan sudah ada heli yang menunggu untuk mengantarkan Edward ke pelabuhan.
Sesampainya di pelabuhan ternyata terjadi kekacauan yang mana ada kapal feri yang sedang mati mesin terjebak di tengah laut yang sedang terjadi gelombang besar.
Seketika Edward berlari menuju kapal pesiarnya diikuti Roland serta beberapa pengawal pribadinya dan menyuruh nahkoda segera berangkat mendekat kearah kapal feri yang sudah terlihat miring akibat hantaman gelombang besar.
Edward mengamati para penumpang satu persatu dari teropong yang ia ambil di sebelah kemudi nahkoda. Berharap bahwa Risha bukan slah satu penumpang di kapal feri tersebut. Tetapi do'anya ternyata tak sesuain kenyataan yang ada. Dia melihat Risha diantara para pemumpang yang sedang terombang-ambing di lautan lepas.
"Cepat kemudikan kesana," teriak Edward yang nama tau kapal feri tersebut sudah dalam posisi miring hampir tenggelam dengan sebagian penumpang sudah berada di laut.
Dari kejauhan juga Roland mengamati dari teropongnya para penumpang yang terombang ambing gelombang laut yang besar.
"Risha," lirih Edward yang mengetahui Risha sedang berusaha berenang bersama seorang wanita dan bayi didekapannya.
"Arahkan ke sebelah kanan kapal itu, CEPAT!" teriak Edward yang mana langsung diikuti oleh nahkoda kapal.
"Kemana dia?" teriak Edward yang mendapati hanya wanita dan bayinya saja yang segera di tolong oleh salah satu kapal nelayan.
Dia mengamati kembali lewat teropong yang dia bawa, "Risha dimana kamu?" lirih Edward cemas.
"Itu bos?" teriak Roland yang mendapati seseorang tanpa pelampung berusaha menggapai permukaan berbekal tas raselnya tak seberapa jauh dari kapalnya berada.
Byurrr
Seketika Edward terjun ke laut ketika kapalnya sedang mendekati seseorang yang sudah hampir tenggelam di bantu oleh Roland dan beberapa pengawalnya.
"Bos dia tak bernafas," lirih Roland yang berhasil membantu Edward mengangkat dan membaringkan Risha.
"Kalian tolong penumpang yang lain yang masih berada di laut," perintah Edward kepada beberapa pengawalnya.
Edward segera memberikan pertolongan pertama kepada Risha dengan napas buatan dan CPR. "ayo Risha, come on. Kamu pasti bisa," lirih Edward sambil terus memberikan pertolongan pertama ke Risha. Kemudian tak beberapa lama Risha terbatuk- batuk kemudian pingsan.
Tak berapa lama heli pribadi Edward sudah mendarat di atas kapal pesiar, "cepat antarkan kerumah sakit terdekat," teriak Edward sambil membopong Risha masuk kedalam helikopter.
Di atap Rumah Sakit sudah ada beberapa dokter dan perawat yang menunggu dengan sebuah brankar pasien.
"Cepat tolong dia," titah Edward yang langsung di tanggapi oleh berapa dokter dan perawat yang menunggu dengan memasangkan beberapa alat ke tubuh Risha.
"Kamu pasti bisa, kamu pasti kuat," lirih Edward yang terus menggenggam tangan Risha mengikuti disamping brankar Risha menuju IGD guna mendapat pertolongan pertama.
"Bos, sebaiknya Anda berganti pakaian dahulu," ucap Roland yang setia mengikuti bosnya sedari tadi, sedangkan Edward hanya membalas dengan anggukan dengan pandangan terus memandang Risha dari jendela IGD.
"Tuhan, Selamatkan dia," lirih Edward sambil memejamkan mata.
Jangan lupa Vote, Like dan komen yaa...
Trim's
~ Ryukirara ~
Sejak kejadian kecelakaan tenggelamnya kapal feri yang Risha tumpangi tenggelam, yang mana menyebabkan banyak korban jiwa dan salah Satunya Risha yang saat ini sedang terbaring dalam kondisi koma sejak kejadian yang menimpanya. Edward selalu berada di samping Risha menunggu dan menjaga selama berhari-hari. Sehari setelah kejadian nahas itu, Sammuel langsung menyusul sang kakak dan mememani Edward selalu. Seminggu kemudian. "Maaf dok, kondisi pasien tenggelam di ICU semakin lemah," ucap salah satu perawat yang datang menghampiri dokter jaga yang sedang berjaga diruangan di sebelah ICU. "Cepat lakukan tindakan," jawab dokter tersebut sambil berlari menuju kedalam ruang ICU. Tetapi di tengah jalan dia di cegah oleh Edward. "Apa yang terjadi!" pekik Edward yang mengetahui Ruangan ICU tempat Risha dirawat menjadi ricuh. "Apapun yang terjadi selamatkan dia, jika
Semenjak kedatangan Orang Tua Risha di California tepatnya di los Angeles. Edward dan Sammuel lebih merasakan hari-harinya penuh warna dengan kehangatan dan perhatian yang di berikan oleh Orang Tua Risha. Apa lagi bagi Sammuel, kehadiran Orang Tua Risha membawa warna baru di kehidupan Sammuel. Dia bisa merasakan hangatnya rasa mempunyai keluarga dimana yang tak pernah ia rasakan selama ini. Seminggu kemudian Pak Danu dan Bu Marni pulang ke kampung halaman. Pada awalnya baik Edward maupun Sammuel tak rela jika Orang Tua Risha pulang ke kampung halamannya, tetapi apa boleh dikata, rela ataupun tak rela mereka harus merelakan Orang Tua Risha kembali. Sedangkan Risha masih dalam keadaan koma dan dirawat Rumah Sakit ternama di Los Angeles dengan pengawasan penuh. Bahkan Edward menempatkan beberapa Dokter dan Perawat khusus untuk memantau keadaan Risha setiap saat tanpa terlewat sedeti
Setelah mengantarkan kepulangan Orang Tua Risha ke Negara asalnya. Baik Edward Taupun Sammuel sama-sama merasa hampa seperti ada hilang dari diri mereka. Ingin sekali Sammuel menahan Orang Tua Risha untuk tinggal selamanya bersamanya. Tapi apa boleh buat mereka punya kehidupan dan kepentingan sendiri di Negara asalnya. Edward memandang hangat adiknya yang lambat laun telah sedikit berubah. Menjadi lebih hangat dan tenang. Senyum tipis tercipta di wajah tampan Edward. Flashback on "Selidiki kejadian di pelabuhan yang hampir merenggut nyawa kakakku," ucap Sammuel kepada bawahannya, sedangkan Edward sedang menikmati minuman beralkohol di sebelahnya sambil memainkan gelas ditangannya. "Awasi gadis ini, laporkan setiap gerak geriknya dan kirim orang untuk berjaga mengawasinya. Awasi diam-diam, jangan sampai terlihat dan jangan sampai ketahuan. Lap
Hampir semalaman Sammuel menjaga Risha tanpa tidur. Bahkan pagi harinya di sudah bersiap di kantor dalam keadaan fit dan segar walaupun tak beristirahat dikala malam harinya. "Apa istirahatmu nyaman tadi malam?"tanya Edward yang mengetahui bahwa adiknya tak dapat tidur dan tak beristirahat malam harinya yang di buktikan dengan pagi ini Sammuel mengenggam minuman soda kaleng, salah satu kebiasaan aneh Sammuel yang hanya di pahami oleh sang kakak, yaitu Edward saja. "Hemm," jawab singkat Sammuel hanya dengan kode dehemannya saja dan masih terus fokus dengan mengutak-atik Ipad yang berada ditangannya. Tanpa menghiraukan Edward yang sedari tadi mengamatinya sambil tersenyum tipis. "Minuman itu tak bagus untuk tubuhmu jika terus menerus di minum di pagi hari," ucap Edward yang kembali fokus dengan kertas yang menumpuk di meja kerjanya. Sambil sesekali melirik adiknya y
Ketika dalam perjalanan ke Rumah Sakit, Sammuel mengalami kejadian tak terduga, terpintas di benak Sammuel terbesit suatu rencara kala melihat gadis kecil yang menjajakan bunga ungu yang menarik pandangan matanya. Bunga kecil berwarna ungu itu pun menarik perhatiannya. Sama seperti warna favoritnya. Warna ungu yang mendominasai biasanya diartikan dengan sesuatu yang misterius, itulah sebabnya Sammuel menyukai warna itu. Disamping warna gelap yang juga warna favoritnya. "Berikan aku satu ikat," ucap Sammuel sambil merogoh saku jasnya. "Ini, Tuan," ucap anak itu sambil menodorkan seikat kecil bunga lavender dengan pita putih melingkar diikatannya. Sammuel menyodorkan beberapa lembar uang pecahan nominal terbesar yang mana membuat sang anak kaget bukan kepalang. "Ini terlalu banyak, Tuan, satu saja sudah cukup. Tapi aku tak mempuny
Edward merintis usaha eksport import barang dan jasa sejak masih berusia belia. Bahkan ketika berumur 15 tahun dia sudah mempunyai usaha kasino yang dia kelola dengan bantuan beberapa orang yang dia kenal di jalanan. Edward muda yang tak pernah mengenyam pendidikan yang layak tapi mempunyai pemikiran dan ide yang begitu revolusioner dengan otak encer dan kecerdasan diatas rata-rata untuk anak seumuran dengannya. Klan yang ia dirikan pun lambat laun di kenal dan disegani oleh beberapa Gank besar bahkan merambah ke beberapa negara. Disamping bisnis Legal yang ia kelola ada beberapa bisnis ilegal di dunia hitam yang membuatnya menjadi klan yang tak mudah disentuh maupun disinggung oleh siapapun. Bahkan beberapa kartel di negara latin dan gangster Asia pun mengakui kekuatan klan yang didirikan Edward dan Sammuel. EDSAM Corp. &
Kejadian tak terduga yang menimpa Sammuel membuat Edward membatalkan beberapa jadwal kerjasama di Negara Jerman dan bergegas berangkat menemui Sammuel setelah mendengar berita yang di sampaikan salah satu asisten pribadinya, Wilson. "Bagaimana keadaan adikku?" pekik Edward sambil memandang tajam kearah Wilson. "Tuan muda selamat, dikarenakan peluru yang seharusnya mengenai Tuan Muda meleset mengenai gadis kecil penjual bunga yang berada di sampingnya," jelas Wilson dengan keringat dingin mengucur di dahinya. "Ta-tapi, Tuan... ," suara Wilson tertahan ketika hendak memeberitahukan lanjutan kabar yang akan dia sampaikan. "Aku mengerti, biarkan saja. Ini resiko mereka yang telah membangunkan iblis yang sedang tertidur," sela Edward sambil tersenyum miring. Edward sudah teramat paham tabiat dari adiknya, Sammuel. Di tempat lain.&
Mobil Sedan mewah keluaran brand ternama membelah jalanan Ibu Kota, diikuti oleh beberapa mobil lain di belakangnya yang melaju beriringan. "Ahh, ternyata aku bau juga," lirih Sammuel sambil membaui kedua ketiaknya secara bergantian. Walaupun jas yang di pakai Sammuel penuh noda darah Levina yang sudah mengering, tetapi bau parfumnya masih menyamarkan bau anyir dari darah itu. "Pakaian ganti Anda sudah saya siapkan di markas, Tuan," sela Wilson yang seakan tau kode dari Tuannya. Sammuel hanya mengangguk pelan sambil menghembuskan napas beratnya."Aahh, apa menu hari ini ya?" pekik Sammuel yang merebahkan tubuhnya kesandaran kursi mobil sambil memejamkan mata. Sedangkan Wilson yang mendengar ucapan Sammuel langsung meremang seketika, Wilson hanya bisa menelan ludah kasar sambil melirik kearah supir yang duduk di sebelahnya yang juga sama-sama melirik Wilson sekilas dengan wajah sedikit keta