Share

7. Perpisahan yang tak direncanakan.

Setelah Risha keluar dari Rumah Sakit,  kehidupan Risha kembali normal tapi masih menyisahkan misteri bahwa sampai detik ini Risha masih belum mengetahui siapa nama kedua laki laki yang ia tolong bahkan ketika mereka pergipun tak sempat untuk berpamitan ataupun sekedar menyapa. 

Sedangkan yang Risha kejutkan dia mendapatkan Fee atau tip yang begitu banyak yang di titip kan ke Pak Dandi selaku pemilik penginapan tempatnya bekerja. Kehidupan Risha berjalan dengan normal kembali dan berjalan seperti sediakala. 

Enam bulan kemudian. 

"Risha,beneran kamu mau pulang kampung?" tanya Pak Dandi pemilik Restoran dan penginapan tempat Risha bekerja. 

"Iya Pak, sudah 2 tahun saya tidak pulang kampung. Kasian ibu sama bapak di kampung sudah kangen katanya," jawab Risha pasti. 

"Tapi pasti balik kesini lagi kan?" Tanya Dandi penuh harap. 

"Kalau itu saya masih belum tau Pak, saya juga tidak bisa janji buat kembali lagi, dikarenakan kondisi orang tua saya yang sudah usia lanjut dan tidak ada yang menjaga disana," jawab Risha sambil menundukkan kepala. 

"Yasudah, padahal Bapak senang sekali kamu kerja disini. Bapak sekarang jadi bingung ini mau mencari penggantimu mengawasi penginapan dan Restoran ini. Tak terasa Sudah 6 tahun kamu kerja sama Bapak disini," keluh Dandi sambil menghela nafas berat.

"Maaf Pak," lirih Risha, "Terima Kasih atas kepercayaan Bapak kepada Saya selama ini dan Terima Kasih banyak atas bantuannya selama ini," sambung Risha sambil berlinang air mata. 

"Sama sama Risha, ini uang gaji dan uang pesangon kamu dan ini titipan dari Bapak buat keluarga di kampung," ucap Dandi sambil menyerahkan tiga buah amplop ke arah Risha.

"Terima Kasih banyak Pak, Risha pamit dulu," ucap Risha sambil salim ke Pak Dandi yang juga sudah dianggap sebagai orang tuanya sendiri. 

Risha kemudian keluar dari kantor Pak Dandi yang mana langsung di sambut dengan tangisan Sisil yang sudah sesenggukan di luar ruangan. 

"Risha, tega kamu ya, trus gua sama siapa nanti," ucap Sisil sambil berderai air mata di pelukan Risha.

"Sudah-sudah," ucap Risha sambil menepuk-nepuk pelan punggung Sisil, "sering-sering kasih kabar ya? Nanti kalau ada waktu aku main-main kesini atau kamunya yang main-main ke kampung aku, disana udaranya masih asri lho," jawab Risha sambil menenangkan Sisil di pelukannya. 

Keesokan paginya Risha sudah berangkat menuju terminal guna berangkat ke pelabuhan dan dilanjutkan naik kapal feri dan beberapa kali angkutan darat menuju kampung halamannya.

"Huft, moga-moga saja gak mabuk perjalan gua. Sudah lama gak naik kendaraan," lirih Risha sambil menghela nafas panjang.

"Bismillah yang penting yakin," lirih Risha kembali yang menaiki bus yang mengantarkannya ke pelabuhan untuk menyeberang menuju pulau sebrang. 

Setelah hampir 2jam perjalanan

"Akhirnya nyampe juga di pelabuhan, hari apa sih ini, kok rame banget!" keluh Risha yang melihat hiruk pikuk di pelabuhan yang tergolong padat dan ramai.

Ketika bus yang ia tumpangi masuk kedalam kapal feri ada sedikit rasa was-was karena gelombang laut di selat yang akan ia sebrangi begitu besar dan tinggi sedangkan kapal feri yang ia tumpangi kelihatan sudah dimakan usia dengan muatan yang sudah penuh dan sesak. 

Awal perjalanan menyebrangi selat berjalan lancar tapi di tengah perjalanan tiba tiba sirine di kapal berbunyi dan membuat panik semua penumpang di dalam kapal.

Semua penumpang di bekali baju pelampung dan alat keselamatan untuk berjaga-jaga dengan kemungkinan buruk yang akan terjadi. 

Gelombang besar dan tinggi menerjang kapal, yang mana membuat kapal yang mengalami mati mesin menjadi oleng tak terkendali. 

Risha hanya bisa berpegangan pada pagar pembatas kapal sambil merapalkan doa-doa yang dia bisa dengan tubuh bergetar dan ketakutan.

Tiba-tiba kapal oleng akibat hantaman ombak besar yang membuat posisinya semakin miring, bahkan membuat sebagian orang terlempar ke laut dan lambat laun kapal tenggelam.

Banyak kapal-kapal kecil nelayan yang datang menghampiri guna menolong para penumpang, Risha yang berbekal ilmu renang sebisanya pun hanya berharap pasrah menunggu bantuan, tapi kemudian dia melihat seorang ibu dengan bayi di gendongannya hendak tenggelam dikarenakan hanya memakai satu pelampung. 

Dengan sigap Risha membuka ikatan pelampungnya dan berenang menghampiri ibu tadi dan membelitkan pelampungnya ke bayi yang ada di gendongan ibu tadi dan berusaha berteriak memanggil kapal nelayan yang berada jauh untuk segera menolongnya. 

"Ibu, coba gerakkan kaki dan tangan ibu menuju perahu nelayan disana jangan lepaskan ikatan kaitan pelampung ini," ucap Risha sambil sesekali tenggelam karena dia hanya mengandalkan gerakan kaki dan tangannya untuk tetap berada dipermukaan air. 

"Terima kasih nak, kamu sendiri bagaimana?" jawab ibu tadi dengan penuh cemas dan khawatir melihat Risha berusaha untuk tetap di permukaan air. 

"Ibu tenang saja, saya bisa berenang." Jawab Risha sambil membantu mendorong ibu tadi mendekati kapal nelayan terdekat.

Tapi tiba-tiba gelombang besar menerjang ibu itu dan Risha, yang mana membuat Risha tenggelam dan terpisah dengan ibu itu. 

Risha dengan sekuat tenaga menggerakkan kaki  dan tangannya agar supaya tetap di permukaan air. 

"akh!" pekik Risha yang merasakan kakinya kram dan hanya bisa menggerakkan satu kakinya saja itu pun dengan rasa sakit yang teramat sangat.

"Ya Alloh, mungkin aku hanya sampai di sini. Ibu bapak maafkan Risha," batin Risha yang merasakan tubuhnya semakin lemas dan sayup-sayup melihat riak air yang semakin menjauh dan semakin gelap. 

Jangan lupa Vote,  Like dan Komen yaa... 

Trim's

~ Ryukirara ~

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status