Vivi masuk dengan anggun dan diikuti oleh Kento di belakangnya, banyak pasang mata memandangi kecantikan Vivi. Wanita itu bak aktris papan atas dengan warna rambutnya yang terang. Vivi adalah kebalikan dari Shino, ia suka warna yang terang. Hari ini pun ia memakai pakaian yang mencolok. Ia memadukan dress warna merah selutut dengan motif bunga kecil di bagian bahu. “Dimana kakek?” tanya Vivi. “Di lantai 10 nona, mari saya antar.” ajak Kento dan dibalas anggukan manis oleh Vivi. “Siapa dia?” bisik Berry sambil mengintip dari ruangannya. “Ah, dia nona Vivian. Cucu Pak Jung yang tertua, dia seumuran dengan bos kita.” jelas Bu Dinan. “Hati-hati kau dengannya, dia lebih parah dari bu Shino.” sahut pak Imura sambil terus mengetik. “Kenapa dia memangnya? Dia tampak lebih ramah dari bu Shino. Bahkan, dia tersenyum menyapa para pegawai disini.” Berry mengangkat alisnya bingung. “Dia tidak seramah yang kau lihat, aku lebih suka dimarahi bu Shino daripada dia.” ucap pak Imura dengan wajah
“Adam? Ada apa kau mencariku?” tanya Pak Jung sambil mendekat ke pintu.Mereka tampak membicarakan hal penting disana, Vivi menatap Adam dengan sorot mata penuh kagum.“Jadi namanya Adam, ini gila. Jadi kakek tidak bercanda tadi saat akan menyuruhku untuk menunggu. Aku akan menerima perjodohan ini!” gumamnya pelan.“Nona Shino, apa tadi kau bersamanya?” ucap Pak Jung terdengar di telinga Vivi dengan jelas.Vivi melotot dan mulai mendekat pada ketiga orang tersebut, “Shino? Wanita vampir itu ada disini?”“Vivian, jaga bicaramu. Dia atasan kakekmu, jangan menghinanya dengan sebutan tidak pantas begitu,” tegur Pak Jung. Vivi langsung cemberut.Wajahnya kembali sumringah dan tersenyum kepada Adam, ia lalu menjulurkan tangannya.“Vivian, cucu pertama pria tua ini. Apa kau yang mau dijodohkan denganku? Aku siap menerima, bagaimana jika memakai adat pernikahan Jepang?” ujar Vivi dengan percaya diri.Mata Adam melirik ke Pak Jung meminta penjelasan soal perkataan cucunya barusan, pernikahan?
“Sudah selesai?” Adam menghampiri wanita itu untuk menanyakan keadaannya.“Ya, hanya kontrol biasa. Aku baik-baik saja.” ucap Shino sambil menyunggingkan senyumnya, ia tidak bisa terus-terusan memasang wajah sedih. Ia tidak ingin terlihat seperti wanita lemah bagi Adam.Adam menatap wanita itu dengan intens, ia kemudian menarik tangannya.“Ayo, ikut aku.” ajak Adam sambil berjalan dengan cepat.“Kau mau bawa aku kemana?” Shino melihat Adam dengan saksama, ia tidak bisa melepaskan genggaman tangan Adam yang sangat erat.“Nanti kau akan tahu,”Pria itu membawa Shino masuk dalam lift dan menekan lantai 6. Shino hanya diam sambil sesekali melirik Adam, tangannya masih digenggam oleh pria itu.“Kau tidak akan berbuat macam-macam denganku kan?” tanya Shino penuh curiga.Adam menggelengkan kepala sambil tertawa pelan, “Kenapa? Kau berpikir apa lagi tentangku? Kau ini sangat suka berprasangka buruk padaku."“Wajahmu mencurigakan, kau pria yang tidak mudah ditebak.” ucap Shino.“Tenanglah, kau
Bau kopi menyeruak di kafe ini, para barista tampak sibuk dengan pesanan pelanggan yang semakin penuh. Bermacam-macam aktivitas dilakukan disini, mulai dari mengerjakan tugas kantor atau kuliah, sekadar berbincang dengan teman lama atau sedang menghibur diri sendirian.Mereka tertawa dan tampak riang, namun tidak dengan meja yang diisi dua orang itu. Suasananya hening, mereka hanya saling bertatapan satu sama lain. Banyak pasang mata diam-diam menatap meja itu, di antaranya ada yang mengabadikan momen itu.“Permisi, apa aku boleh meminta tanda tanganmu?” Tampak 3 orang gadis sekolah sedang menyapa Kim Seok Hoon dengan wajah riang.“Ah, boleh.” Kim Seok Hoon kemudian tersenyum manis menerima secarik kertas dan pulpen yang diberikan salah satu siswi itu.Mereka saling memukul gemas satu sama lain sambil menahan diri untuk tidak jingkrak-jingkrak di depan idola favoritnya tersebut.“Namamu?” tanya pria itu den
“Lama sekali. Ah, panas sekali di luar, aku gerah sekali, kalian punya air dingin kan?” Vivi masuk tanpa izin ke dalam. Ia melewati mereka berdua dengan wajah tak bersalah.Shino mengangkat kedua tangannya meminta penjelasan Adam, matanya melotot ke Adam.“Kenapa tidak bilang padaku?” ucap Shino pelan.Adam memalingkan mukanya tidak tau harus menjawab apa, ini sudah terlanjur. Wajah Shino berubah menjadi sangat muram karena kedatangan Vivi.Sialan! Dia semakin merusak mood Shino hari ini, ada apa dengan hari ini? Mulai dari Kim Seok Hoon yang kembali menggodanya sampai Vivi datang ke rumahnya secara mendadak.“Hei, jalang! Kau ini tidak punya sopan santun ya? Berani-beraninya, kau mendatangi rumahku setelah perilaku burukmu di kantor?” ketus Shino sambil melipat tangan di dada. Ia duduk di depan Vivi saat ini, Adam di sampingnya terdiam menatap mereka berdua.Vivi menghabiskan segelas air dingin tersebut, ia menggeram kesal ketika dipanggil jalang oleh Shino.“Lihat ini,” Vivi memukul
Shino duduk melamun di kursi taman belakang rumahnya, ia ditemani oleh Taki. Kucingnya bermain dengan rerumputan bersama serangga yang beterbangan kesan-kemari. Hari ini sudah pukul 10 malam, namun ia tidak bisa tidur dikarenakan pikirannya soal Kim Seok Hoon yang terus tanpa henti memutar di otaknya. Pria yang selama ini dilupakannya kembali untuk masuk ke dalam hatinya. Dia teman masa kecil Shino yang sering mengejeknya vampir bersama Vivi saat kecil. Mereka sudah berteman sejak kecil dan persahabatan itu hancur setelah seorang pria menaruh hati pada salah satu sahabatnya. Flashback… “Kau masuk di kelas mana Shino?” tanya Vivi di samping Shino sambil mencari nama Shino di kertas yang berisi daftar nama seluruh siswa sekolah ini. Ajaran baru telah dimulai, kelas pun dirombak kembali. Shino dan Vivi berada pada kelas yang sama kemarin. Tetapi, tidak dengan tahun terakhirnya kali ini. Ia berpisah dengan Vivi dan Seok Hoon. “Aku tidak sekelas denganmu,” ucap Shino dengan wajah muru
Shino menghela napas kasar setelah mengingat kejadian tidak mengenakkan di masa lalunya. Karena pria itu, hidupnya berubah 180 derajat, persahabatannya hancur dan mereka bermusuhan bak orang tak dikenal satu sama lain. Sejak itu, Vivi tidak mau menyapanya dan memilih untuk pergi dari kehidupan Shino. Yaitu dengan berhenti dari perusahaan dan memilih bekerja di Hong Kong. Melepaskan diri dari wanita yang disukai pria idamannya membuat Vivi menjadi lebih waras dan bisa kembali bersemangat untuk hidup. Shino dikagetkan oleh sentuhan di pundaknya, ia menoleh dan mendapati Adam dengan mata merah karena efek mengantuk yang luar biasa. Pria itu mengucek matanya dan mengusap wajahnya berulang kali agar tersadar dari kantuknya, "Sedang apa kau disini?" "Tidak ada, aku hanya duduk menunggu tengah malam. Dengan begitu, aku bisa tertidur sebentar lagi tanpa harus meminum obat." ucap Shino dengan memainkan jari-jarinya. Adam menatap Shino dengan iba, ia kemudian duduk di sampingnya. "Saat aku
“Adam! Keluarlah dari kamar!” Shino mengetuk pintu kamar Adam berulang kali.Pintu terbuka dan Adam keluar menghampiri Shino di sofa. Ia berdiri di depan Shino dengan lemas. Matanya masih belum sepenuhnya terbuka, ia masih mengantuk karena tadi malam.“Ada apa memanggilku?” tanya Adam dengan suara seraknya.“Aku butuh bantuanmu, cuci muka dulu sana! Cepatlah,” perintah Shino sambil menghidupkan televisi.Adam berdecak kesal, sebenarnya a ingin tidur sampai nanti siang karena hari ini Shino memilih untuk tidak ke kantor karena mood nya sedang tidak baik.Tetapi, itu sepertinya tidak akan terjadi karena bosnya ini tidak akan membiarkannya berleha-leha sekalipun.Adam datang dengan muka yang lebih segar karena habis cuci muka, ia kemudian duduk di bawah sambil sesekali memeluk Taki.Shino memberikan obat tetes mata yang diberi Dokter Tanaka kemarin, ia kemudian tidur di sofa dengan posisi telentang.