Tse datang dengan senyum merekah. Hal ini dikarenakan raga Dave sudah menyatu dengan dirinya. Tse menatap Cheng sambil mengucapkan terima kasih. Sebab Tse sudah diizinkan memakai raga Dave. "Sepertinya Tuan Tse sedang bahagia?" tanya Luna. "Dia sudah menyinkronkan jiwanya dengan raga ayahmu. Dan di bulan purnama yang bersinar ini Dave harus menerima Tse. Meski dengan wajah muramnya," tunjuk Cheng ke arah Dave. Mereka menahan tawanya karena ulah Tse. Cheng sengaja mendekati Dave dan memperingatkan sesuatu. Sesuatu itu adalah takdir harus dijalankan. "Ayah, inilah takdir yang harus dijalankan. Tidak semua orang mendapatkan perlakuan istimewa dari Tuan Naga. Ayah akan mendapatkan reward dari Tuan naga yaitu umur panjang dan awet muda," jelas Luna. "Terserah dech, apa mau kalian. Ayah akan menerima semua ini dengan pasrah," ucap Dave yang benar-benar pasrah dengan keadaan. "Berapa lama kita kesana?" "Kurang lebih satu bulan. Dikarenakan dunia nyata menuju ke alam tunggu roh-roh yang
"Sesungguhnya itu ide yang sangat bagus sekali. Tapi sejujurnya aku nggak mau terbang kesana. Mereka akan marah kepadaku dan memberikan hadiah petir," jawab Cheng.Mereka menganggukan kepalanya. Tak lama Luna mendapatkan sebuah ide. Luna tersenyum melihat Cheng. Cheng tidak sengaja menangkap senyum Luna yang mengandung arti. Ia dapat menebak apa yang ada isi dalam kepala otaknya. Lalu Cheng berkata, "Senyum kamu mengandung arti." "Ya... pasti kamu bisa menebaknya," celetuk Luna. Cheng memusatkan pikiranya sambil menunduk. Ia mulai menstransfer isi kepala Luna. Cheng mengangkat wajahnya sambil bertanya, "Rupanya kamu ingin pergi ke jaman saat kakek menjadi CEO Torres Group?""Nah itu dia. Aku memiliki ide itu. Kita enggak mungkin kesana. Kalau kesana juga kita menghabiskan waktu. Belum lagi mendapatkan persetujuan dari sang raja langit," jawab Luna. Mata Davey menatap Luna dengan penuh kebahagiaan. Tak pernah terbayangkan Luna memiliki ide cemerlang. Namun Davey bingung, jika saja
Sani semakin panik. Ia bingung tidak ada yang mendampingi dirinya ketika menghadapi Dave. Selama kepanikannya itu Sani teringat akan satu hal. Yaitu surat wasiat palsu. Ya.. Sani memang memiliki surat wasiat palsu. Yang dimana Sani sudah membuatnya ketika sepuluh tahun lalu. Sani bisa memakai itu dan memperkuat semua bukti kalau dirinya adalah pemilik sah. "Dimas," panggil Sani. "Iya nyonya," sahut Dimas penuh hormat. "Lebih baik kamu kembali. Mintalah ke Pak Wartoyo mengambilkan map berwarna kuning!" titah Sani. "Baik nyonya." Dimas menganggukkan kepalanya. Dimas akhirnya pergi meninggalkan Sani. Pria berkaca mata itu langsung menuju ke mansion. Dimas hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar. "Selalu saja ketinggalan," keluh Dimas. Dimas tidak habis pikir dengan Sani. Setiap berangkat kantor selalu saja ketinggalan berkas. Dimas sering frustasi karena terlambat dan menunda pertemuan penting. Sani melenggangkan kakinya tanpa bersalah. Ia tersenyum penuh dengan percaya diri.
"Ada apa memangnya? Ada yang salah?" Luna tersenyum mengintimidasi Sani. Tak pernah terbayangkan jika Sani mendapatkan perlakuan buruk dari Luna. Ia sangat marah dan ingin menghabisi Luna saat ini juga. Sani mendekat dan menjambak rambut blondie Luna. "Kalau kamu melawanku, aku pastikan kamu hanya tinggal nama!" Sani menjambak rambut Luna. "Tinggal nama? Kalau kamu melakukannya aku pastikan kamu yang akan ditendang dari mansion milik Tuan Mark!" Luna berkata pelan namun menyakitkan. Sani melepaskan rambut Luna. Ia tiba-tiba saja mundur dan ketakutan. Benar saja Sani sangat ketakutan. Terlihat jelas dari sorot matanya jika dirinya tidak mau dilempar ke jalanan. "Takut! Kenapa takut?" ejek Luna. Mia yang sedari tadi melihat penampilan Sani menahan tawanya. Pasalnya matanya selalu tertuju ke bawah dan menatap kaki Sani sedang berlumuran sabun pembersih lanta bekas mengepel. Mia menahan tawanya lalu menyenggol lengan Luna. "Coba lihat ke bawah? Penampilan kaki Sani berlumuran sabun
“Sudah. Tapi aku belum membacanya,” jawab Mia. Luna menghempaskan bokongnya di sofa single. Ia tidak habis pikir dengan apa yang dilihatnya tadi. Bayangkan saja, Sani mengeluarkan otot-ototnya ketika marah. Bahkan Sani berani memeras orang hanya karena sepatu. Davey yang melihatnya tersenyum. Davey tahu kalau Luna sedang kesal. Ia malah mendekatinya sambil menatap wajah Luna. “Sudah, biarkan saja. Kamu sudah membuka kejelekan Sani,” ucap Davey. “Bukan begitu! Jika memiliki kekuatan maka aku akan menendang Sani ke Gunung Merapi.” Luna mengusap wajahnya tanda frustasi. “Waduh! Jangan ditendang kesana kak,” ucap Mia sengaja menyahutinya. “Kenapa?” tanya Luna. “Nanti tambah semakin parah. Pulang-pulang menjadi mak lampir dech,” jawab Mia. Mendengar kata Mak Lampir Luna tersenyum. Memang benar Sani sangat cocok menjadi Mak lampir. Dikarenkan dirinya memang sangat ambisi untuk rencana menggulingkan ayah angkatnya itu. Mia segera mengirimkan informasi para pemegang saham ke Luna. Se
“Saham adalah sebagai bukti kepemilikan perusahaan,” jawab Cheng sengaja membuka internet. “Oh, aku sangka makanan.” Zhang tersenyum konyol. “Kamu itu sedari tadi nanya makanan terus. Aku juga enggak tahu saham itu seperti apa? Yang pastinya Ratuku sedang membutuhkan saham yang banyak,” ucap Cheng. “Terus tugas aku apa?” tanya Zhang. “Kamu harus mencegah para pemegang saham datang ke perusahaan. Biar rapat umum pemegang saham itu batal,” jelas Cheng membuka lagi internetnya demi mencari informasi siapa saja pemegang saham di perusahaan itu. Setelah menemukan siapa saja para pemegang saham? Cheng sengaja memperlihatkan data-data itu ke Zhang. Zhang pun mengangguk paham. Ia tersenyum sambil menatap Cheng. “Sekarang kamu tugasnya adalah membatalkan keberangkatan mereka ke perusahaan ini. Kamu boleh mengeluarkan sifat jahilmu seperti tadi. Yang penting rencana ini berhasil!” perintah Cheng. Zhang akhirnya pergi meninggalkan Cheng. Ia tersenyum konyol sambil mencari orang-orang ters
“Kamu itu benalu di keluarga Torres Group! Kamu yang ingin menguasai harta milik Dave! Iya kan?” bentak Sani. “Apa tidak terbalik ya? Kalau Mia dan Luna berniat ingin menguasai aset Torres Group, maka dari dulu sudah melakukan kecurangan. Ngapain juga harus lama-lama tinggal bersama kami! Dan aku orang yang pertama akan mengetahui rencana busuknya mereka. Karena mereka adalah pengasuhku,” jelas Davey sengaja membela mereka. “Dan kamu... kamu itu benalu di keluarga kami. Kami awalnya enggak mau menerima kamu. Kamunya saja maksa seperti menginginkan sesuatu. Bukan ingin, namun ingin menguasai aset Torres. Kamu mendukung anak-anakmu demi menyakitiku dan ayahku. Itu fakta sesungguhnya. Bagaimana kalau kejahatanmu aku buka di publik ya?” “Baru sedikit yang terungkap Davey. Enggak semuanya. Aku masih penasaran rencana licik apa yang sedang ditata demi membangun beton kokoh disini. Jujur aku sengaja menunggunya. Aku ingin berperang sebagai heroes di game online memerangi kejahatan,” kata L
“Nanti kamu akan tahu sendiri,” jawab Mia. “Tahu apa?” tanya Davey tidak paham. “Cepat atau lambat dia akan melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian. Nanti dia membuat laporan dengan cara memutarbalikkan fakta. Dia akan menangis dan mulai memainkan banyak kata. Dan kamu yang akan masuk ke dalam penjara.” Luna berkata jujur. “Apa itu benar?” tanya Davey. “Ya... itu benar. Dia memang memiliki banyak rencana untuk menyalurkan rencana bakat terpendamnya yaitu melengserkan ayah,” jelas Luna. “Kita akan tahu siapa yang akan mendekam dalam penjara dalam beberapa tahun ke depan.” Davey menarik tangan Luna dan Mia masuk ke dalam ruangan CEO. “Kamu enggak tahu koneksinya Sani dimana saja. Apalagi di belakang Sani ada dua bos besar yang sejalan dengan pemikirannya,” lanjut Luna. “Apakah itu benar kakak?” tanya Mia mulai khawatir dengan keadaan. “Ya... tapi aku masih ragu dengan mereka.” Luna duduk di sofa singel. Lance dan Dave hanya mendengar pembicaraan mereka. Diam-diam Lance juga kh