-Pengadilan Agama Negeri Sukabumi-Zeira berdiri di depan gedung yang di sana terdapat segala pemrosesan. Tubuhnya mendadak berkeringat dingin dan kaku. Jubaedah menoleh tubuh cantik yang berbalut pakaian muslimah warna navy masih bergeming bak patung tepat di depan teras pengadilan."Ayo, bismillahirrohmanirrohim...." Tangan Jubedah menuntun lembut lengan Zeira."Bu, Zeira nggak jadi saja bercerainya!" ucap spontan Zeira dan badannya dibalikan bermaksud untuk meninggalkan teras pengadilan.Tiba-tiba Adam datang dari dalam sambil menggendong Zidan karena dia memang sudah terlebih dahulu tiba di pengadilan dengan membawa Zidan atas permintaan para hakim."Ayo, kamu hanya tanda tangan saja, kok!" ujar Adam begitu melihat Zeira seperti enggan masuk ke dalam."Lucu Pak Adam, ketika hendak nikah dulu sangat mudah saja dibarengi senyuman. Sekarang meski ke sini dan membeberkan aib suami serta diadili seperti kriminal!" jawab spontan Zeira serta dengan cepat keluar dari pengadilan. "Zeira!"
Nizam yang ditanya Tommy yang menjawab, "Mister, I'm his friend!" Kemudian dengan cepat menghampiri dan menjabat tangan Sander penuh paksaan kendati Sander berekspresi seperti kurang menyukainya. "Okey, Nizam. Ayo ikut saya!" ajak Sander sembari lebih dahulu berjalan. Ya, Tommy sudah ada di Belanda dan langsung akrab dengan Mark Dunhe. Dari Tommy inilah Mark tahu alasan Nizam kenapa tidak jadi bekerja padanya. Sehingga Tommy dibawa oleh Mark ke perusahaan milik Aldert. Mark yang sedang menunggu di parkiran mobil tepatnya di lobi ikut penasaran pada keluarga Angel lalu dia pun ke luar mobil serta cepat sekali masuk ke dalam lobi. "Pantesan Nizam bisa berubah dalam beberapa bulan, orang dia hidup berkecukupan di sini!" ucap Tommy serta saat bersamaan pintu lift pun terbuka, karena setelah berbicara pada Sander langsung masuk ke dalam lift tanpa menghiraukan Nizam yang masih terpaku oleh tamparannya. "Tommy, kamu sudah bertemu dengan Nizam?" tanya Mark yang sudah berdiri di depannya.
-Amsterdam Wedding Hall- Tak mengapa menjauhkan anak kandung dari ayahnya asalkan mendapat menantu kaya raya serta cantik. Tak mengapa juga ada wanita lain yang tersakiti hingga depresi karena lelakinya sedang tidur dengan wanita pilihannya. Adalah pikiran Aminah serta Adityawarman yang sedang berbahagia di samping ke dua pengantin tampan serta cantik keinginan mereka berdua. Pasal apa yang akan terjadi kelak itu dinomor keseratuskan dan disingkirkan dari benak juga pikiran mereka. Para tamu eksekutif undangan datang silih bergantian dari teman masa SMA, kuliah hingga kolega Angel. Tanpa terkecuali dari ibu tiri serta teman bisnis ayahnya. Mereka memberi selamat atas pernikahan yang unik menurut mereka. Kendati memakai gaun akan tetapi disisipkan adat kental Padang. Serta dari kudapan pun mereka mengadakan menu rendang yang nikmatnya terkenal seantero dunia. Tak ayal dari balik kelezatan makanan serta senyuman kebahagian di sana ada anak kecil serta seorang istri yang kecewa karenany
-Sukabumi-Setelah diadakannya piknik dadakan ke Pantai Karang Hawu bersama Zulkarnain serta Jubaedah. Zeira kembali ke rumahnya dan mereka pun bermalam di sana. Pikiran serta perasaan agak sedikit curiga pada kelakuan Arman serta Dahlan yang menurutnya seperti sedang memata-mati Zeira. Nampak oleh perhatiannya kalau gerak geriknya dipantau tak ada yang terlewatkan oleh keempat mata Arman serta Dahlan.Pada sore hari di samping halaman rumahnya, Zeira sedang duduk pada bangku kayu panjang di bawah pohon jambu air. Matanya berkaca-kaca begitu melihat foto pernikahan mantan di dalam pesan yang dikirim oleh Tommy. 'Pantas Abang langsung bisa melupakan Zeira dan Zidan, ternyata kehidupan Abang sangat luar biasa bersamanya!' ucapnya dalam hati."Zeira?" Tiba-tiba Zulkarnain duduk di sampingnya. "Ada apa?" jawab Zeira sembari mengelap air matanya dengan menggunakan ujung hijabnya. "Itu siapa?" tunjuk tangan Zulkarnain pada Arman serta Dahlan yang menurutnya seperti sedang mengintai rumah Zei
"Percuma gua ini memperkerjakan Lo, Arman! Ternyata Lo itu makhluk beg*!" desisan Dahlan sembari menyetir. Pikirannya pada rencana lain, dia pun cepat sekali memarkirkan mobilnya di depan para warga yang ada di pertigaan jalan. "Assalamu 'alaikum, Mang. Boleh saya sewa motornya hanya untuk 2 jam saja. Sebagai garansinya mobil saya ini diparkir di sini!" ujar Dahlan sembari mendekat ke arah salah satu warga yang sedang duduk di atas motornya. "W- w*'alaikumsalam w*rrohmatullah!" jaw*b w*rga agak kelagapan. "Tapi mau ke mana dulu? Punya SIM C?" sambungnya kemudian. "Alhamdulillah punya, ini ada kepentingan saja!" Dahlan meyakinkan seraya mengeluarkan dompetnya dan dikeluarkanlah KTP serta SIM C miliknya. "Ya, bolehlah. Bang! Kalau sehari 'kan 90,000. Kalau dua jam berapa ajalah!" ucap warga sembari memberikan kunci motornya beserta BPKB-nya. "Ini 100,000, Bang!" Cepat sekali Dahlan memberikan uang serta tangan mengambil kunci motor. Kemudian mengendarainya dan langsung meninggalkan
Tak begitu lama pengunjung berhamburan ke arah Jubaedah yang sudah ada di pangkuan Zeira. "Ibu...." Zeira kembali berteriak histeris ketika tangannya bersimbah darah dan itu berasal dari dada Jubedah. Ternyata tembakan percobaan itu melesat tepat ke arah dada Jubaedah yang sedang berdiri. Warga di sana pun langsung menelpon ambulans serta polisi karena mereka tahu ada kalau jatuhnya Jubaedah terkena peluru. "Cepatlah telepon polisi! Ini jelas tertembak!" ujar pemilik kedai. "Siapa yang menembak?" tanya penasaran warga lain yang ada di sana. Suasana menjadi sangat riuh. Tiba-tiba tempat ini menjadi sangat terang benderang karena mobil-mobil pengunjung kedai dinyalakan. Dalam hitungan menit polisi sudah datang dan langsung memeriksa Jubaedah. "Cepat bawa ke dalam ambulans!" perintah polisi. Secara kebetulan ambulans pun sudah di tempat. "Bagaimana masih bernapas 'kan dokter?" ucap Zulkarnain yang ada di dalam ambulans. "Masih Pak, tapi kita harus secepatnya ke rumah sakit agar segera
"Tapi kamu janji, Zeira!" Jubaedah menegaskan sorot pandangnya pada kedua mata Zeira yang sedang berkaca-kaca. "Ibu yakin, Nain bisa membuatmu menjadi seorang wanita yang beruntung telah lahir di dunia ini. Terlebih lagi biar Ibu tenang kalau dia bersamamu, Zeira." Wanita yang terlentang di atas meja operasi masih berbicara terus hingga jemarinya terkulai lemas. "Bu, Ibu...." Zeira serta Zulkarnain mencoba menyadarkan ibunya. Dokter serta suster yang berdiri terpaku memperhatikan dari tadi bergegas memberikan penangan pada Jubaedah. Sedangkan Zulkarnian spontan menggengam tangan Zeira untuk meninggalkan ruang operasi karena suster menggiring mereke agar segera meninggalkan ruangan. "Suster...tolong ibu saya...." Zeira memohon sedangkan tangan erat sekali digenggam oleh Zulkarnain. Sadar bahwa dirinya sedang menggenggam Zeira, wanita yang tidak ada hubungan dengannya dan ini adalah pertama kalinya. Pandangan pada tangan yang mengunci jemari lembut wanita bukan mahramnya. Ditepisnya
"Semuanya berubah!" Angel menggerutu sembari membetulkan koper Nizam yang tergeletak. Setelahnya dia duduk di dekat pamannya. "Paman...." Angel mengawali pembicaraan akan tetapi suara bel pintu ada yang menekan. Aldert yang beranjak untuk membukakan. "Nizam?" Pandangan pada makanan siap saji di tangannya. Nizam hanya tersenyum kemudian berbicara, "Eh, ada Mr. Aldert." Sejenak Nizam menepuk jidatnya. "Oh, Maaf, maksudnya, Paman. Paman sudah lama?" tanyanya kemudian. Aldert tidak menjawab. Tangannya melebarkan daun pintu. Nizam pun masuk. "Sayang, ini makanan yang kamu pesan tadi," ucap lembut Nizam. Serta langsung menaruh makanan itu di atas meja. Nizam mendekat ke arah Angel, lalu mengelus perutnya. "Bayi kita itu memang membuat jengkel sih, tapi apa pun akan aku lakukan, Sayang...." Penuturan Nizam membuat Angel melongo tak percaya. 'Kenapa Nizam sekarang kembali baik? Apa tadi dia berbuat itu karena kelelahan dan aku terlalu cerewet?' pertanyaan dalam benak Angel berkecamuk. "Sa